Jumat, 27 Juli 2012

Yang Tidak Memiliki Usia

   "Ibu ingin dimakamkan di tempat kami pertama kali bertemu, nak", ujar ayahku, seorang lelaki tampan yang tua dan lelah. Keriput di wajahnya menunjukkan bahwa ia telah melewati tahun-tahun di hidupnya dengan menakjubkan. Ototnya yang kini rapuh masih mampu menunjukkan bahwa ia menapaki hidup melalui kerja kerasnya sebagai petani bertahun-tahun lalu. Aku menoleh ayahku dan tersenyum.
   "Ya, ayah. Teluk Kiluan, bukan?" tanyaku sambil mengelus telapak tangannya yang kasar.
   "Iya. Segera setelah proses kremasi selesai, mari kita sebar abu ibumu di sana, ya", jawab ayah kemudian memejamkan matanya, tertidur.

   Aku belum pernah menyaksikan kisah cinta luar biasa seperti yang ayah dan ibuku lalui. Maksudku, tentu saja sebagai penggemar buku aku sudah membaca ratusan kisah-kisah cinta yang menakjubkan, tetapi aku belum pernah menyaksikan kisah cinta yang indah secara langsung, kecuali kisah cinta kedua orangtuaku.
   Berawal dari kisah cinta yang layaknya percintaan Romeo dan Juliet, kedua orangtuaku menjalin cinta tanpa disetujui oleh orangtua mereka masing-masing. Seperti cerita-cerita cinta jaman dahulu, ayahku pun juga mengalami yang namanya dijodohkan. Tera, nama perempuan itu. Dia cantik sekali, menurut cerita ayahku. Banyak pria di desanya yang mengincar Tera, namun kedua orangtuanya telah bersikukuh menjodohkan ia kepada Hans, ayahku. Meski begitu, ibuku telah memikat hati ayahku terlebih dahulu. Di Teluk Kiluan, Lampung, mereka bertemu. Saat itu ayahku sedang berjalan-jalan dengan teman-teman sekampungnya dan tak sengaja bertemu dengan ibuku yang memang tinggal di Lampung. Dengan kulitnya yang hitam manis dan matanya yang indah, ibuku mendapatkan hati ayahku dan ayahku tak mampu berpaling kepada kecantikan Tera. Singkat cerita, ayah dan ibuku menikah setelah memperjuangkan cinta mereka.
   Pernikahan ayah dan ibuku nampaknya tidak lepas dari campur tangan kedua orangtua ayahku, yaitu kakek dan nenekku, yang masih tidak terima ayah menikahi ibuku. Ibuku sering sekali menangis akibat dikritik habis-habisan oleh nenekku, juga diperlukan kasar oleh kakak-kakak ayahku. Namun dengan dengan segenap cintanya pada ibuku, ayahku selalu membelanya. Meski di saat-saat sulit seperti itu aku dan kelima adikku belum lahir, namun aku yakin bahwa ayahku tidak akan pernah membiarkan ibuku menghadapi mertua dan kakak-kakak ayahku menyiksanya seorang diri. Aku tahu ayah. Dia sangat mencintai ibuku.

   Ayahku bukanlah seorang yang romantis. Ia bukan tipe seorang pria yang kerap memberikan kejutan-kejutan yang romantis untuk ibuku atau sekedar mengecup pipi ibuku di pagi hari sebelum bertani ke ladang. Ia hanya seorang pria biasa yang mencintai ibuku dengan sederhana. Ia selalu pulang tepat waktu untuk makan malam bersama keluarganya setiap hari. Ia tidak pernah melirik wanita lain di dalam hidupnya selain ibuku. Meski kadang aku menyadari bahwa ayahku selalu bertindak tegas kepada ibuku, aku tahu bahwa ayahku sangat mencintai ibuku dan akan melakukan apa saja untuk melindunginya.
   Cinta ibu kepada ayahku juga tidak akan pernah aku ragukan. Ia tahu bahwa ayah merupakan tipe pria tegas yang menyukai istrinya sebagai seorang ibu rumah tangga sejati. Ia mengharuskan ibuku memasak tiap hari untuk keluarganya dan ia melakukannya dengan baik. Rumah kami selalu rapi setiap harinya dan kami, anak-anaknya berhasil digembleng oleh ibu kami yang sangat tegas dalam mendidik. Meski kami berasal dari daerah yang sangat terpencil, namun kami berenam berhasil menamatkan pendidikan kami hingga bangku SMA dan kemudian menjalani hidup di Jakarta dengan berpenghasilan sangat baik.
   Meski keenam anaknya memilih untuk merantau ke Jakarta dan menetap di kota metropolitan itu, kedua orangtuaku bersikeras untuk tetap tinggal di kampung halaman tercinta mereka, di Bengkulu sana. Sesekali mereka datang berkunjung ke Jakarta dan menetap selama beberapa minggu atau bulan bersama kami para anak dan cucunya. Hingga suatu kali ibu meneleponku dan kali itu nada suaranya berbeda. Ia mengatakan bahwa ayahku pingsan saat sedang menonton bola di tv. Keesokan harinya, ayah dan ibuku terbang ke Jakarta. Ayahku menjalani rangkaian pemeriksaan kesehatan di rumah sakit dan kemudian kami mengetahui bahwa di otaknya terdapat sebuah tumor ganas. Kami pun segera tahu bahwa hidup ayah tidak lama lagi.

   Awalnya kami menyembunyikan keadaan ayah yang sebenarnya kepada ibu dan juga kepada ayahku. Aku takut mereka akan sangat panik dan kehilangan semangat hidup. Namun keputusanku berubah ketika suatu pagi aku mendengar ibu berdoa di samping ayah. Nampaknya beliau tahu bahwa ayahku sedang sakit keras. Usai berdoa ayahku mengecup kening ibu dan mereka berpelukan. Saat itu juga aku menghambur ke pelukan mereka kemudian dengan air mata yang menetes aku mengatakan agar mereka selalu bersiap menghadapi kemungkinan terburuk apapun.
   Ibuku sangat telaten mengurus ayahku yang sedang sakit itu. Namun meski ayah sedang sakit, ia tetap tak lupa memperhatikan ibu. Ayahku mengambilkan minum untuk ibu ketika mereka sedang makan dengan tangan tuanya yang gemetar. Ia juga mengolesi minyak angin di leher ibuku ketika menyadari bahwa ibu sedang tidak enak badan ketika masuk angin. Aku menyaksikan peristiwa-peristiwa indah itu dengan bersyukur. Terlintas di kepalaku perlakuan-perlakuan mesra ayah dan ibuku di usia senja mereka. Ketika mereka bergandengan tangan saat aku mengajak mereka berjalan-jalan menyusuri mall, saat ibuku mengecup pipi ayahku di ulangtahunnya yang ke 65, ketika ibuku dengan setia menjawab setiap panggilan masuk di telepon genggam ayahku karena ayahku sedang terbaring lemah akibat tumor itu, dan semua hal-hal kecil lainnya yang membuatku terharu. Cinta mereka memang sederhana namun indah.
   Ibuku mungkin terlalu mencintai ayahku sehingga sepanjang menemani ayahku dalam sakitnya, ia pun ikut menjadi lemah. Entah apa yang terjadi pada tubuh ibuku, namun keadaannya ikut memburuk bersamaan dengan ayahku. Tubuhku menjadi sangat kurus dan matanya memancarkan kesedihan. Ternyata ibuku tak sanggup menyaksikan ayahku tersiksa. Ia selalu berdoa pada Tuhan agar Tuhan meringankan penyakit ayahku, namun ia sendiri lupa mendoakan dirinya. 3 bulan setelah ayah divonis sekarat, ibuku kembali ke pangkuan Tuhan setelah ia sempat susah bernafas. Ia meninggal di pangkuanku.
   Di hari kematian ibu dan 6 hari sesudahnya, ayahku sangat berduka. Ia menangis dan terus menangis hingga kejang-kejangnya kumat. Setelah sempat pingsan selama 2 hari, ayahku siuman. Dan kalimat pertama yang ia ucapkan setelah ia sadar adalah, "Nak, aku rindu ibumu".

   Sebulan berlalu setelah kematian ibu, aku menyadari bahwa harapan ayahku untuk bertahan hidup semakin menipis. Keluarga kami pun harus bersusah payah bangkit setelah kematian ibuku karena kami masih punya ayah yang sekarang juga sedang terbaring sekarat. Hingga tiba di saat ayah memanggilku untuk mengutarakan sesuatu.
   "Aku tahu aku akan segera menyusul ibumu, nak", ujar ayahku sambil tersenyum lemah. Aku tidak menjawab dan memutuskan untuk mendengarkannya saja.
   "Aku segera rindu pada ibumu. 49 tahun kami melewati kehidupan pernikahan dan baru kali ini aku sangat merindukannya. Kami tidak pernah berpisah selama ini". Air mataku menetes.
   "Terkadang tumor ini membuatku lupa siapa aku dan orang-orang di sekelilingku tanpa aku inginkan. Tapi ada saat dimana aku selalu mengenali wajah ibumu. Dia memang jodohku dan aku merindukannya. Aku bersyukur telah mengenal perempuan semanis ibumu. Aku merindukan teh buatannya dan jemarinya yang lembut. Aku merindukan suaranya yang merdu. Aku merindukan ibumu. Dia pasti sudah menungguku di surga. Dengar, nak, kami akan segera menjadi sepasang pengantin surga", ujar ayahku.
   Aku mendengar dengan seksama setiap kata yang diucapkan ayahku kemudian bersyukur bahwa ayah sangat mencintai ibu dan demikian pula sebaliknya.
  Ayahku mengusap air mata di pipiku dan kemudian melanjutkan perkataannya sambil menutup mata, "Bu, sabarlah. Aku segera datang", bisik ayahku. Kemudian ia pun pergi.
   Tak ada tangis menyayat hati ketika kami sekeluarga melepas kepergian ayah. Begitu juga saat kami menabur abu ayahku di tengah-tengah teluk Kiluan. Saat itu kami begitu ikhlas dan bahagia menyadari bahwa ayah telah bertemu dengan pengantinnya di surga, yaitu ibuku. Tidak ada hal yang lebih indah dibanding menyaksikan pertumbuhan cinta kedua orangtuaku yang abadi. Aku belajar banyak dari kisah mereka dan bersyukur karena telah mengenalkan aku cinta yang seutuhnya. Meski sederhana, namun mereka tidak pernah berhenti mencinta. Aku memang belum mengenal maut dan kehidupan sesudahnya, namun kisah cinta kedua orangtuaku meyakinkan aku bahwa maut bukanlah pembatas kisah percintaan manusia. Karena yang tulus mencinta tidak akan pernah benar-benar terpisah, meski oleh maut sekalipun. Cinta, itulah satu-satunya hal di dunia yang tidak memiliki usia.






by:
Esra Masniari Tambunan

Selasa, 17 Juli 2012

50 Things About Me (You Should or You Shouldn't Know!)


Iseng-iseng pengen narsis dikit, ah, ngasihtau kalau gue itu.......


1. Esra Masniari Tambunan
2. Lahir di Pekanbaru di bulan penuh cinta, yaitu Februari tanggal 06 di tahun 1991
3. Anak sulung dari 4 bersaudara. Adeknya 2 cewek, 1 cowok.
4. Sayang banget sama keluarga, meski ngga selalu bisa membuat seneng mereka.
5. Setia banget sama warna pink.
6. Egoisnya tinggi tapi kata orang sih, shio kuda emang begitu #ngelesyakamuh
7. Galak! Yes, beware of Echa =D
8. Ngga suka digombalin! Sukanya ngegombalin *wink*
9. Selera cowoknya tinggi: ganteng, smart, cool, tajir, setia =D
10. Cinta mati sama duren! :9
11. Suka bangeeeeet nonton film bagus dan hanyut dalam film tersebut.
12. Suka bangeeeeeeeet travelling, karena menurut gue, travelling artinya berbahagia.
13. Paling nggasuka dibohongin dan dikira begini, padahal begitu! Langsung deh nanti galaknya muncul.
14. Sensitif lalu menjadi cengeng.
15. Kuliah di jurusan sastra Inggris, namun kadang menyesali ngga jadi ngambil jurusan psikolog dulu :'(
16. Cinta sama dunia tulis-menulis, meski kadang suka males nulis, dan bermimpi untuk menjadi seorang penulis terkenal! Amin
17. Nggabisa dipungkiri, suka banget nyanyi. Suka banget!
18. Suka baca buku, khususnya yg bertemakan fakta dan psikologi.
19. Kalau libur bangunnya siang banget, tapi sekarang lagi berlatih untuk bangun pagi. Biar jodohnya deket kata mama dan bou-bou yg bawel :D
20. Suka banget lasagna nya "Dixie", tapi sayangnya restoran yg berlokasi di daerah Lippo Karawaci itu udah tutup :'(
21. Bawel banget. Yes, gue suka banget ngobrol~
22. Suka banget yg namanya kebersihan dan kerapihan. Makanya suka mencak-mencak sama adek-adek dan sepupu-sepupu kalau kamar dan rumah diberantakin.
23. Pecinta anak kecil! Pengen banget cepet-cepet menikah dan jadi ibu :3
24. Pet lovers. Pengen melihara banyak hewan, kayak singa, beruang, burung dan musang.
25. Sayangnya cuman bisa pelihara anjing sekarang, namanya Juno. Dia lucu sekali. Aku sayang Juno ku :*
26. Panikan.
27. Susah banget tidur kalau ngga hening dan gelap.
28. Nggabisa diem.
29. Setia tapi gampang bosen :p
30. Dulu suka banget coklat, tapi sekarang biasa aja :O
31. Romantissss. *Ciee*
32. Suka hampir semua jenis musik, terutama hip hop, pop, dan reggae!
33. Punya impian jadi seorang hip hop dancer :))
34. Pengen jadi penyanyi terkenal tanpa digossipin macem-macem.
35. Suka meluk dan nyium. Sweet nyaa :''3
36. Berharap banget yg namanya cicak dan kodok itu ngga pernah ada di dunia ini :"""(
37. Ngga begitu suka pizza.
38. Entah kenapa selalu punya geng sedari SD :D
39. Usil dan kocak.
40. Gampang dibohongin tapi langsung cepet taunya. <<-- KASIAN!
41. Nggabisa a.k.a ngga berani mengendarai motor semenjak baru seminggu belajar motor udh nabrakkin kap lampu motor baru sampe pecah.
42. Pernah dilamar untuk menikah sama cowok yg baru seminggu PDKT sama gue-___- Bhahaha..
43. Cukup beruntung untuk bisa dapet akses bermacam-macam waktu ngefans sama Vita Marissa.
44. Ngga pernah beruntung tiap ikut quiz T.T
45. Suka banget sama The Script, Bruno Mars, Beyonce, Pussycat Dolls, Kelly Clarkson, Souljah, Sheila on 7, Maroon 5, Black Eyed Peas, Katy Perry, Ne Yo, dan ngga ketinggalan, Karmin!
46. Bisa ngerap meski ngga jago-jago banget.
47. Ngefans sama Edison Chen dan rela begadang demi nonton MTv Whateber Things waktu SMP dulu dan sedih banget waktu doi kena konflik video porno lalu ngundurin diri dari dunia keartisan :(
48. Selalu kepengen lychee martini all the time.
49. Kristen dan bukan fanatik ;)
50. Suka berbacot ria di akun twitternya: @echamsnr_t ;)


Ngga cukup sebenernya menggambarkan diri gue dalam 50 poin, tapi cukup segitu karena gue mau lo tahu gue dengan mengenal gue secara baik! :P

Sekian dan terimakasih~




Esra Masniari Tambunan.

Minggu, 17 Juni 2012

Simply Not Another Fairy Tale (Short Story)

   Cahaya itu datang lagi. Kali ini aku bisa merasakan hangatnya. Lalu kulihat wajah yang sudah tak asing lagi. Ya, wajah itu. Wajah yang sangat kukenal jelas, dan sangat kurindukan. "Bicaralah", ujarku dalam hati. "Aku rindu sekali mendengar suaramu". Kemudian sosok itu mendekat. Ia tersenyum. Lelaki berdada bidang itu kemudian menyapaku, "Hai, Lana".

   "Lana, lana? Bangun, dong". Aku menggeliat pelan. Mataku mengerjap-ngerjap, perih untuk kubuka.
   "Lana? Udah jam berapa nih? Bangun, dong. Bikinin sarapan untuk aku". Aku membuka mata dan tampaklah sebuah wajah tampan di depanku, Michael.
   "Tumben banget sayang, aku lebih dulu bangun? Kamu capek banget ya?" ujar Michael, suamiku. Kemudian ia mengecup keningku. "Selamat pagi", katanya manis. Aku tersenyum membalas ucapannya. "Maaf ya, bang, aku telat bangun. Sekarang aku bikin sarapan dulu, deh". Michael mengangguk sambil kemudian mengelus lenganku yang melenggang menuju kamar mandi untuk menyikat gigiku serta membasuh mukaku dengan air dingin, lalu segera melakukan kewajibanku sebagai istri di pagi hari, yaitu membuatkan sarapan.


   Aku mengaduk-ngaduk secangkir teh yang sudah mulai mendingin di hadapanku. Mataku menerawang jauh, memikirkan mimpi semalam. Ia lagi. Randy. Lagi-lagi Randy muncul di mimpiku, membuat aku galau tak karuan. Sepanjang pagi ini aku sibuk tertegun memikirkan mimpiku semalam. Mengapa lagi-lagi Randy muncul di mimpiku? Kukira, setelah aku menikah, aku tidak akan lagi memimpikan Randy. Namun ternyata tidak; tidak ada yang berubah. Lagi-lagi bayang Randy merasuki mimpiku. "Hhh...", aku menghela napas. Kurasakan mataku mulai membasah, lalu air mulai tergenang di pelupuk kedua mataku. Air mata itu kutahan sebisa mungkin untuk mengalir, yang kemudian aku sesap dalam-dalam.

   Randy Hermawan. Nama itu masih terngiang jelas di telingaku. Sosoknya yang ramah dan sangat kukenal itu selalu lekat di benakku. Mengapa tidak? Randy adalah sahabatku semasa SMP. Ia adalah satu-satunya sahabat lelaki ku saat itu. Kedekatan kami terjalin saat kami masih duduk di bangku kelas 1 SMP. Randy adalah teman semeja pertamaku, yang membuat aku mengenalnya.
   Bicara mengenai Randy tak akan pernah habis. Randy adalah sosok sahabat yang menyenangkan. Ia supel dan cerdas. Randy juga tidak banyak omong, namun juga tidak pendiam. Terkadang dia usil, namun keusilannya hanya sekedar iseng belaka, tidak membuat aku repot. Di mataku ia merupakan sahabat yang sempurna. Meski aku juga memiliki sahabat-sahabat perempuan, Randy tidak pernah mencampuri urusanku dengan mereka. Aku dan Randy memiliki lingkaran persahabatan kami sendiri. Tidak seperti cerita novel kebanyakan, aku dan Randy bukan teman berbagi cerita curhat-curhatan, namun kami saling percaya satu sama lain. Selain sering saling mengirim pesan singkat melalui telepon genggam kami, aku dan Randy juga sering janjian mendengarkan radio di malam hari. Randy juga bukan sahabatku untuk sekedar kongkow-kongkow. Jarang sekali kami untuk sekedar jalan bersama, namun aku tetap merasa Randy adalah sahabat kentalku.

   Ia memandangiku, namun tidak tersenyum. Aku menatapnya dari kejauhan. Kemudian ku saksikan ia berbincang-bincang dengan teman-temannya. Aku terbangun. Masih pukul 5. Aku menghela nafas. Lagi-lagi, aku bermimpi mengenai Randy. Mengapa ini semua terjadi? Mengapa sering sekali Randy hadir di setiap mimpiku? Padahal aku tidak sedang rindu atau memikirkannya! Aku memijit kepalaku. Pening rasanya, karena masih mengantuk. Kutatap wajah Michael, suamiku, yang masih pulas tertidur. Kudekap erat lengan kokohnya itu. Aku hampir menangis. "Kebangun, lan?" ujar Michael sambil tetap terpejam. Kemudian ia melingkarkan lengannya ke tubuhku. Aku tertidur kembali, merasa nyaman di pelukan suami yang telah menikahiku 3 bulan lalu itu.

   Aku masih hafal jelas hobi Randy: bermain sepakbola. Hobi Randy tentu bukanlah hobiku. Aku lebih memilih untuk menggeluti olahraga bulutangkis dibanding olahraga sepakbola. Namun, bagi Randy, sepakbola adalah kecintaannya. Ia sangat menikmati jam-jam dimana ia berlatih menendang dan mengoper benda bulat yang dimainkan oleh kaki itu bersama teman-temannya. Ada waktu dimana aku ingin menonton pertandingan sepakbola Randy. Kala itu, Randy menitipkan telepon genggamnya padaku. Aku tersenyum mengingat Randy. Ah, Randy. Masih ingatkah ia padaku sekarang? Sudah 9 tahun berlalu semenjak kelulusan SMP kami, dimana aku dan Randy berpisah. Semenjak itu pula aku belum pernah lagi bertemu dengan Randy.
   Tentu saja aku rindu pada Randy. Di hati kecilku, aku tahu bahwa Randy adalah cinta pertamaku dan Randy tidak pernah beranjak dari hatiku. Ia tetap tinggal dan bersemayam di hatiku, meski telah menahun berlalu semenjak perpisahan kami.


   Tidak mudah bersahabat dengan lawan jenis, begitu kata orang-orang kebanyakan. Bisa saja kedua insan itu saling jatuh cinta atau salah satunya jatuh cinta sedangkan yg lain hanya menganggap sahabat saja, tidak lebih. Antara aku dan Randy, aku tidak tahu apa yg terjadi. Mungkin lama-kelamaan aku kagum pada sosok Randy yg sederhana dan membuatku merasakan lebih terhadap Randy. Ketika teman-teman sekelas kami mengolok-olok persahabatan kami, awalnya aku masa bodoh. Namun entah mengapa, lama-kelamaan aku merasa risih. Aku menjauhi Randy beberapa saat kala itu. Enggan berbicara lama-lama pada Randy dan enggan bermain bersamanya. Singkat kata, aku dan Randy menjadi jauh.
   Bodohnya diriku saat itu. Seharusnya aku tahu bahwa aku tidak mungkin menjauhi sahabatku yg satu itu.  Tentu saja setelah menjauh dari Randy selama beberapa saat, aku kemudian merasa rindu pada Randy. Namun ternyata aku salah. Jarak sudah terlanjur membunuh kami perlahan-lahan. Randy juga ternyata merasa gerah akan sindiran teman-teman kami. Intinya, kami tidak pernah sama seperti dulu lagi.

   Aku kehilangan sosok Randy. Randy dan aku tidak pernah lagi bersahabat erat seperti dahulu. Ada jarak yg menyakitkan yg membatasi kami berdua. Aku tidak tahu mengapa, namun hingga masa SMP berakhir, aku tidak bisa membalut retakan hubungan persahabatan kami begitu saja. Di hari terakhir sekolah, aku yg harus pindah rumah bersama keluargaku ke kota lain keesokan harinya, hanya bisa merasakan jantungku berdegup cemas saat melihat punggung Randy berjalan menjauh dariku. Harusnya saat itu aku memanggilnya. Harusnya saat itu aku merekatkan ikatan kami lagi. Harusnya aku tahu bahwa rasa sakit keretakan itu membawaku pada rasa tersiksa selama bertahun-tahun. Harusnya aku mampu, minimal, memanggil namanya.


   "Sayang, nanti malam kita makan di luar ya?" ujar suara suamiku di seberang telepon.
   "Tumben. Emang kenapa?" jawabku sambil memilih-milih anggur yg ingin kulahap.
   "Hari ini kan anniversary kita, sayang. Masa lupa?" Nada bicaranya terdengar kecewa.
   Aku tertegun sesaat. Oh ya, tanggal 25.
   "Duh, maaf bang, bukannya lupa. Mungkin aku sudah terbiasa dengan pernikahan jadinya month anniversary nggak kehitung lagi hehe", ujarku.
   "Dasar kamu. Yaudah pokoknya nanti malam aku pulang kantor langsung jemput kamu ke rumah, ya. Dandan yg cantik, ya, sayang".
   "Aku sudah cantik, sayang. Nggak mandi pun aku sudah cantik", candaku.
   "I know, baby. That's why I marry you", kemudian suara tawa Michael terdengar renyah di telingaku.


   Malam ini dengan balutan gaun hitam panjang bergliter berdada rendah serta berpotongan paha yg tinggi, aku siap menikmati dinner romantis yg Michael rencanakan. Aku asyik menikmati rib steak sambil bercengkrama mesra dengan suamiku yg humoris itu ketika tiba-tiba mataku menangkap sosok tak asing yg sukses membuat badanku panas seketika. Randy... Benar, itu pasti dia. Aku melihat Randy sedang duduk sendiri di meja yg tak jauh dari mejaku. Tenggorokanku tercekat. Seketika senyumku hilang dan Michael menyadari itu.
   "Sayang, kok tiba-tiba diem? Ngeliat apa sih?" tanyanya sambil menengok ke arah mataku sedang menatap.
   Aku menunduk. "Nggak. Tadi rasa saus dagingnya agak asin", kilahku cepat.
   "Masak sih? Tumben banget masakan di sini nggak sempurna, sayang".
   "Aku mau ke toilet sebentar", kataku cepat sambil buru-buru menuju toilet.

   Di toilet, aku menatap cermin dan mematung. Aku melihat Randy lagi. Setelah 9 tahun berlalu dan akhirnya aku melihatnya lagi? Aku hampir tidak mempercayai mataku. Tapi, aku tidak tahu apa yg harus aku lakukan. Ingin sekali aku menyapanya dan melepas rinduku. Tetapi aku tahu, meski suamiku sedang tidak bersamaku sekarang, aku tidak akan berani berbuat begitu. Juga, aku tidak berani kembali ke kursiku sekarang dan melihat Randy lagi dari arah kursiku. Aku tidak tahu harus bagaimana.

   Aku menangis. Ya, sesampai di rumah dan setelah Michael tertidur pulas, aku keluar kamar dan berdiri di balkon rumahku sambil mengalirkan air mata yang tidak dapat lagi kutahan. Aku menyesal tidak menyapanya tadi, namun tidak juga tahu apa yg semestinya kulakukan. Yg aku tahu, rinduku padanya telah membunuhku dan aku mau tidak mau harus menikmatinya.

   Sebulan berlalu setelah kejadian itu, aku bermimpi lagi mengenai Randy. Di mimpiku, Randy masih lah bersosokkan seorang anak laki-laki SMP yg bertubuh lebih pendek dariku. Ia melirikku dan tersenyum padaku. Lalu aku terbangun. Aku menangis. Aku terlalu rindu padanya. Mungkin aku terdengar cengeng, namun semenjak aku melihat Randy lagi setelah 9 tahun berlalu, aku semakin merasa pikiranku agak kacau. Dan mimipiku kali ini membawaku pada tekad untuk mencari tahu Randy lagi. Kali ini, aku harus bertemu dan berbincang dengannya.
   Tidak mudah mencari tahu mengenai Randy. Setelah aku kembali log in pada akun Facebook ku yg hampir setahun tidak lagi kubukan, aku mengetikkan nama lengkap Randy dan mencari akun Facebooknya. Tidak kuperdulikan lagi ratusan notifikasi Facebook ku yg saat itu sudah menggunung.
   "Dapat!" seruku dalam hati ketika melihat akun Facebook Randy dengan foto profilnya yg masih bisa kukenali dengan baik. Foto sederhana yg sempat membiusku. Tidak ada yg luar biasa dari wajah itu, namun tetap bisa membuat anganku melayang-layang tak menentu.
   Ketika aku hampir berniat menambahkan akun Randy ke akun pertemananku, aku termangu. Ingin apa aku setelah Randy menerima akun pertemananku? Entahlah. Aku mengurungkan niatku. Setelah menimbang-nimbang selama beberapa saat, aku memutuskan untuk langsung mengirimi pesan ke Facebooknya saja.
  
   "Hai, Ran. Apa kabar?:)"
   Sent.
   Seminggu berlalu dan selama seminggu itu pula aku rajin memeriksa Facebook ku untuk melihat balasan dari Randy. Seminggu berlalu dan akhirnya aku melihat bahwa Randy telah membalas pesanku. Aku terhenyak.
   "Hai, Lan. Gue baik-baik aja. Kenapa nih?"
   Aku kecewa. Debaran di jantungku saat membuka pesannya terganti menjadi rasa mencelos yg dalam di dadaku. Setelah 9 tahun berlalu dan sapaan ramah pesanku di akun Facebooknya dan dia hanya menjawab datar pertanyaanku? Tanpa menanyakan balik kabarku? Sebegitu dinginnya kah ia mau berbuat terhadapku? Bukankah aku sahabatnya? Dulu.
   Aku hampir memutuskan untuk tidak usah saja membalas pesannya. Namun rasa rinduku mengalahkan hal itu.
   "Gak apa-apa. Kan udah lama nggak ketemu hehe. Tinggal dimana sekarang, Ran?"
   Sent.
   Setelah menghela nafas sebentar, aku membuat teh untuk diriku sendiri. Sambil menyesap tehku dalam-dalam, aku beranjak kembali ke Facebook ku. Namun ternyata, tanpa disangka ada sebuah pesan lagi masuk ke Facebookku. Randy membalas pesanku!
   "Masih di Salemba, Lan. Lo?"
   Tanpa berpikir panjang aku segera meminta pertemanan ke akun Randy. Dengan harap-harap cemas dan menggigit-gigit kukuku, aku menunggu Randy untuk menerima permintaanku. Dengan begitu kami jadi bisa lebih leluasa untuk mengobrol melalui fitur chat yg dimiliki Facebook. Satu jam berlalu dan aku kecewa. Nampaknya Randy telah sign out. Aku memutuskan untuk membalas pesannya saja.
   "Gue sekarang di Kebon Jeruk, Ran. Btw, request gue segera diconfirm ya. Gue mau ngobrol banyak sama lo :)"
   Sent.
   "Mau ngobrol apa, Lan?" Randy membalas pesanku lagi! Aku heran. Kenapa dia tidak segera menerima permintaan pertemananku saja? Seketika aku menjadi sedih.

   "Kok lo gitu sih, Ran? Masa iya lo nggakmau nerima permintaan pertemanan di Facebook dari temen lama lo?"
  
   "Ye dia nanya balik haha".

   "Ah, elo mah. Gue mau ngobrol, Ran".

   "Loh, ini lagi ngobrol. Tapi dari tadi lo nggak ngomong apa-apa. Bedanya apaan?"

    "Biar lebih cepet, Ran".

    "Ini gue bales cepet, kan? Gue lagi on line kok, sampe malem".

   Aku tidak tahan lagi berbalas pesan yg tidak ada kemajuan seperti ini.
   
   "Gue kangen sama lo, kali. 9 tahun, Ran, kita nggak ketemu".

   Lama menunggu balasan pesan Randy dan aku kembali gugup. Kira-kira apa yg akan Randy katakan?

   "Hahahaha". Itu saja jawabannya setelah hampir setengah jam aku menunggu.

   "Ketawa?"

   "Yaiya".

   Sedih membaca pesannya, namun aku tidak mau tahu lagi. Aku harus mengutarakan isi pikiranku selama ini padanya.

   "Gue kangen lo, Ran. 9 tahun nggak ketemu, lo selalu muncul di mimpi gue. Gue nggak ngerti kenapa begitu. Tapi yg jelas, gue pikir setelah menikah sama Michael, gue bakal berhenti mimpiin elo karena toh gue merasa jatuh cinta sama Michael. Dia pria yg hampir sempurna. Tapi gue masih tetap mimpiin lo, bahkan sampe semalem. Gue masih aja mikirin lo, si sederhana. Lo sahabat gue selama di SMP dan gue kangen masa-masa itu. Gue kangen bercanda sama lo. Gue kangen lo nelpon gue cuman untuk nanya PR. Gue kangen duduk sebangku sama lo terus bercanda-canda. Gue kangen main drama sekelompok sama lo. Gue kangen main balap mobil sama  lo. Gue kangen ngerjain elo. Gue kangen lo usilin. Gue kangen lo minjem gunting sama gue. Gue kangen kerja kelompok bareng elo. Gue kangen tukeran hp sama lo. Gue kangen mergokin elo yg lagi ngupil. Gue kangen ngeliat lo main basket meskipun elo pemain basket yg paling pendek, Ran. Gue kangen elo, Randy. Dan butuh keberanian besar untuk gue ngomong kayak gini sama lo. Maafin gue, Ran. Gue cuman mau elo tahu kalau gue ternyata selalu mencintai elo dan maaf, karena gue baru sadar selama 9 tahun ini. Maaf... Gue cuman pengen memutar waktu ke 9 tahun lalu, Ran, dan mengulang-ulang waktu itu. Gue pengen waktu berhenti di waktu ketika kita masih SMP. Maaf, Randy. Gue cuman kangen elo. Bahkan nomor handphone lo pun masih bersarang di otak gue sampai sekarang. Sesusah itu menghapus kenangan sederhana itu, Ran. Sesederhana ketidakmengertian gue akan perasaan gue sama lo. Sesederhana perasaan rindu gue yg tidak gue minta elo membalasnya. Sesederhana itu semua. I love you, Ran. I'm sorry for that..."

   Sent. Aku menghela nafas panjang. Setitik air mata perlahan muncul di sudut mataku. Aku menyesap tehku dalam-dalam.


   5 tahun berlalu semenjak aku mengirim pesan terakhirku kepada Facebook Randy. Dia tidak pernah membalasnya hingga detik ini. Pada awal-awal aku mengiriminya pesan itu, aku rajin mengecek Facebookku. Terkadang saat Michael sudah tertidur pun aku diam-diam mengecek Facebookku, namun tetap tidak ada balasan dari Randy. Aku memperhatikan bahwa Randy sudah beberapa kali mengganti foto profilnya namun tidak sekalipun menggubris pesanku atau menerima permintaan pertemananku. 2 tahun menikah dengan Michael, aku menjadi sibuk menikmati peranku sebagai ibu dari Brianna Holly, anak pertamaku dan Michael. Kehadiran Brianna sempat membuatku mengalihkan penantian dari balasan pesan dari Randy. Namun jujur, dari hatiku yg terdalam aku masih menantikan balasan pesannya.

   7 tahun berlalu dan tidak ada tanda-tanda bahwa Randy akan membalas pesanku. Dia tidak akan membalas pesanku, aku berkesimpulan. Penantianku berakhir dengan sesederhana itu. Sesederhana kisahku dengan Randy, cinta pertamaku. Tidak ada yg spesial. Good bye, Randy. Love is simple. Simple as you.***







by:
Esra M. Tambunan

  

                  


Tanggung Jawab Paling Menyenangkan

   Puji Tuhan. Biarin 2 kata itu menjadi pembukaan dari cerita blog gue kali ini. By the way, udah cukup lama gue (males) nulis lagi di blog. Untuk kali ini, gue mau curhat deh. Curhat yg inspiratif sih :p Semoga ehehe.

   Iya, puji Tuhan. Puji Tuhan karena selama gue kuliah sastra Inggris di Binus, gue bisa jadi part timer sebagai guru les. Pertama kali kerja sebagai guru les bahasa Inggris, gue dapet kesempatan ngajar di sebuah tempat les kecil di deket rumah. Gaji gue waktu itu masih Rp 17.000 per jam dan gue hanya ngajar 2-3x seminggu, which means sebulan paling gede gue cuman dapet Rp 250.000. Meskipun gaji gue belum besar, gue merasa nyaman banget ngajar di situ. Di samping gue bisa dapet kesempatan untuk melatih diri gue sendiri menjadi seorang guru, gue juga ketemu anak-anak yg bikin semangat hidup gue membara! Haha. Eh, serius. Gue seneng banget bisa kenal murid-murid di tempat les itu. Itulah pertama kalinya juga gue menghadapi karakter seorang anak, yang namanya Jati, yang merupakan seorang anak super introvert.
   Jati adalah seorang anak yang super pendiem dan karen itu, awalnya gue susah komunikasi sama dia. Apapun yg gue berusaha omongin sama Jati, dia cuman diem aja. Dari sabar sampe bete banget udah pernah gue alamin waktu mengajar si Jati yg waktu itu masih duduk di kelas 1 SD. Btw, nilai-nilai Jati juga agak low, jadi gue bener-bener harus mengerahkan ide dan tenaga supaya si Jati ini mau belajar sama gue dengan berkomunikasi 2 arah. Lama kelamaan, puji Tuhan lagi nih, Jati mulai bisa diajak komunikasi 2 arah. Bahkan, nilai-nilainya yang tadinya kepala 5 dan 6, bisa naik jadi kepala 8 :') Saat pertama kali Jati dapet nilai 8, gue seneng bukan main! Gue bersyukur banget gue bisa membimbing Jati sehingga kehebatan dia yg sesungguhnya bisa muncul hehe.
   Cerita di tempat les di kali pertama gue ngajar itu banyak banget. Dari prihatinnya gue sama seorang murid laki-laki yg berperilaku kayak anak perempuan, yang kemudian dia curhat suka dikata-katain sama temennya, adanya murid-murid cewek genit yg suka-sukaan sama murid cowok yg paling ganteng, lalu sampe seorang murid yg juga gue inget namanya, yaitu Moses.
   Moses itu adalah seorang anak berpipi gembil yang lucu dan juga bandel. Dia sering banget isengin gue dan pura-pura nggakmau ngerjain soal yg gue kasih. Tapi, justru pada akhirnya dia yg paling deket sama gue. Dia bahkan pernah main ke rumah gue dan ngebawa anjing gue yg gualak itu jalan-jalan. Ah, kangen deh rasanya sama si iseng kecil itu :) Well, intinya gue sayang banget sama anak-anak murid di tempat les pertama gue itu. Rasanya, gue pengen banget ketemu mereka semua lagi :( Ohya, boss pertama gue itu juga baik dan lembut banget. Tapi, gimana pun juga ada kekurangan di tempat ngajar itu sehingga akhirnya gue memutuskan untuk quit. Waktu itu masalahnya adalah waktu. Gue sering ditelpon untuk dateng saat itu juga, yg dimana kondisinya gue baru pulang kuliah. Nah, karena gue merasa kewalahan, pada akhirnya gue dengan berat hati harus memutuskan untuk keluar.

   Kesempatan kedua untuk menjadi seorang pengajar/pembimbing gue dapet dari dosen gue yg menunjuk gue untuk menjadi seorang tutor bahasa Inggris untuk para mahasiswa junior. Waktu itu gue berharap banget untuk nggak dapet kelas IT, karena gue takut isinya cowok semua hahaha. Gimana pun juga, menjadi tutor mahasiswa merupakan hal baru bagi gue dan gue saat itu juga masih duduk di semester 3 sedangkan junior-junior gue duduk di semester 1. Untunglah, ketakutan gue waktu itu nggak terjadi. Malah sebaliknya, gue merasa bahagia banget bisa jadi tutor kelas 01 POT jurusan IT. Anak-anaknya menyenangkan dan baik-baik banget. Gue bahkan bisa deket sama mereka dan menikmati peran gue sebagai tutor untuk mereka. Puji Tuhan lagi nih, bagi mereka gue itu menyenangkan :p Hehe bagus, deh, seimbang! :D
   Gue juga berterima kasih sama anak-anak 01 POT kala itu karena meskipun kelas gue tidak dihitung absen sama sekali, hampir separuh dari kelas itu tetap setia mengikuti kelas gue. Dari 69 orang, bisa hampir 30 orang yg mengikuti kelas gue. Jadi, gue nggak perlu merasakan sedih karena kelas gue kosong. Puji Tuhan nggak pernah gue mendapati kejadian kayak gitu.
   Tibalah waktunya perpisahan. Di hari terakhir gue menjadi tutor bahasa Inggris di kelas 01 POT, gue meminta mereka untuk menulis kesan dan pesan untuk gue selama mengajar. Gue minta mereka untuk nggak usah menulis nama mereka supaya mereka bisa bebas menulis apapun tanpa ada beban. Puji Tuhan, isinya bagus-bagus, bahkan bikin gue terharu hehe. Lucunya, meski gue minta untuk nggak usah nulis nama, mereka diem-diem nulis nama mereka :D Mungkin mereka mau supaya gue tetap inget sama mereka, and well, they made it! How could I forget such sweet guys like you, guys? :) Beside, I make new friends and I'm thankful for it.
 
   Kesempatan ketiga datang untuk gue menjadi seorang pengajar. Masih inget jelas betapa happy nya gue pada bulan November 2011 kemarin, waktu gue mendapatkan pekerjaan menjadi seorang guru les bahasa Inggris di Green Garden, Jakarta Barat. Waktu itu gaji awal gue cukup besar sehingga gue bisa memakai gaji gue untuk traveling ke Jogja dan juga uang shopping dan hanging out. Puji Tuhan, gue jadi jarang banget minta uang tambahan ke orangtua hehe.
   Tentu aja, nggak semua hal enak gue dapetin selama kerja di situ. Higher income with higher risk, tentunya. Boss gue baik, tapi nggak sebaik itu. Orangtua murid juga cenderung perfectionist dan unfriendly. Gue maklumi karena mereka berasal dari kalangan borju yg berpikir, "gue udah bayar mahal, gue mau dapet yg terbaik dong, tentunya!" Beberapa murid gue di awal-awal juga ada yg sedikit sombong dan susah diatur. Untunglah, lama-lama gue mampu menyimbangi mereka :D Jarak tempat les-rumah yg jauh juga sering membuat gue kecapekan dan pontang-panting ngerjain tugas. Tidur larut malam juga udah jadi makanan gue sehari-hari kala itu.
   Namun, murid-murid gue merupakan salah satu penyemangat gue untuk tetap mengajar waktu itu. Terutama Raphael, my sweetest kid. Si tampan yg satu ini jadi sahabat gue selama mengajar di situ. Raphael itu anak yg pintar dan kritis. Menjadi guru privat Raphael merupakan tantangan yg cukup tinggi karena selain dia murid sekolah internasional, dia juga merupakan anak yg doyan cerita. Maklum, anak kecil. Persis adek bungsu gue, deh! Terkadang, karena sukanya dia bercerita sama gue, waktu belajarnya jadi kebuang, deh. Btw, guru-guru lain bilang, gue cepet banget bisa beradaptasi sama si Raphael ini karena guru-guru sebelumnya cenderung susah deket sama dia. Puji Tuhan, bukan? Hehe. Raphael juga pernah ngasih gue permen, coklat, dan bahkan sepaket spidol lucu yg dia beli waktu jalan-jalan ke Singapore. Padahal apa sih yg gue kasih sama bocah itu selain telinga setia dan permen karet, cemilan favorit dia? :D How nice this little man is.
   Kemanisan Raphael tingkat tertinggi adalah waktu gue mengutarakan niat untuk berhenti mengajar dikarenakan waktu yg nggak memungkinkan lagi pada bulan Mei kemaren. Raphael mengajukan berbagai pilihan supaya gue nggak jadi berhenti mengajar. Inilah pilhan-pilihannya:
1. Ganti jadwal kuliah
2. Keluar kampus
3. Pindah kampus
4. Pindah rumah ke daerah Green Garden
5. Jadi guru les kumon dia aja
6. Karena gue bilang gue nggakbisa matematika, dia nyuruh gue les kumon bareng sama dia
7. Jadi guru les piano dia aja
8. Kerja di Mcd Green Garden (supaya bisa tetep ketemu)
   Ah, kan, sedih jadinya gue nulis begini hahaha. Betapa manisnya anak itu! Dia bahkan sampe menyalahkan dirinya dengan bilang. "I know that I'm too noisy, that's why you want to quit, miss". It's not, dear. I love you too much and I love teaching there, but it's just I can't teach there any longer. So sorry :""( My heart was breaking for sure when I had to quit, when I had to leave my students. Sedih banget rasanya.
   Murid-murid gue yg lain pun begitu. Mereka minta gue untuk memikirkan lagi untuk tidak berhenti mengajar di situ. But, I just can't. Ada yg ngambek lah, bilang gue yg give up sama mereka (of course noot!) sampe mereka pun nyerah dan nanya, "Can you visit sometimes?" Which the answer is, "With my hugest pleasure ever".

   Jadi guru emang nggak gampang. Selain harus terus belajar dan berusaha untuk terlihat 'sempurna' karena guru harus jadi seorang panutan, jadi guru juga harus memastikan anak-anak berprestasi dan berbudi baik. Jadi guru juga merepotkan. Kenapa merepotkan? Karena ada hal yang bernama 'perpisahan' dan rasa sedihnya merepotkan hati sekali. Jadi guru juga bukan cuman mengajar materi doang, namun harus punya telinga yg setia mendengar, tangan yg selalu terbuka untuk menolong, dan hati yg senantiasa anti penuh untuk membagi kasih. Well, sebagai seorang guru, gue juga menjadi seorang murid. Kenapa? Karena murid-murid gue sukses mengajarkan gue arti berbagi kasih dan berbagai pelajaran berharga lainnya. Ah, I miss my students already. They are such little angels that God sent to me to teach me how to be a human.
   Well, I love you my students. Thanks for everything you guys give to me. Thanks for the love. Thanks for the lesson. I miss you so much. Be good, be healthy, and grow up well. Draw a smile every single day because you're too precious to be sad.
   I believe I'll meet my students again someday because we should meet again. See you, dolls. I love you. I love you. I love you.



Biggest love. Tightest hug. Much kisses,



Miss Esra.
 

Kamis, 08 Maret 2012

Ranselan Ke Bogor dan Tidung

   Sekitar tahun 2010 dan 2011 lalu, gue punya beberapa cerita perjalanan seru yang belum gue tumpahkan ke blog gue yang namanya baru ganti ini. Sebagai seorang gadis manis yang bercita-cita sebagai seorang penulis profesional favorit, seharusnya gue udah ceritain pengalaman ini dari lama ya! Huh, teledor. Ok, deh, gue akan mulai bercerita.
   Gue lupa tepatnya kapan, tapi di bulan September 2010 lalu, gue dan beberapa teman naposo gereja gue, yaitu HKBP Serpong, mengunjungi pulau Tidung, salah 1 pulau kecil di sebelah utara Jakarta. Dengan menggendong tas ransel kami yg berisi macam-macam perlengkapan kami untuk 2 hari 1 malam di pulau Tidung, kami ngumpul di gereja. Setelah semuanya lengkap, kami nyari angkot untuk nganterin kami ke pelabuhan Muara Angke. Setelah rempi nyari angkot, kami pun dapet tumpangan angkot yang tadinya diisi beberapa penumpang, namun terpaksa diturunin sopirnya karena kami mau bayar untuk menyewa angkot itu huaha. Angkot itu pun kemudian berisikan 14 orang dengan sesaknya. Biarpun sempit-sempitan dan panas-panasan, rasanya seru aja soalnya rame-rame!
   Setelah tiba di pelabuhan Muara Angke, kami pun melanjutkan perjalanan kami untuk naik kapal menuju pulau Tidung. Di kapal yg sangat sederhana itu, kami menghabiskan waktu sekitar 4 jam sampai akhirnya tiba di pulau Tidung! Gue dan temen-temen yg tadinya enjoy aja nyanyi-nyanyi dan cerita-cerita heboh di kapal, lama-lama pun bosen juga karena udah 4 jam di kapal hahaha. Setiba di pulau Tidung pun kami sempat dibuat kaget karena ternyata belum dapet penginapan. Untungnya, setelah ngaso sebentar di salah satu warung sambil makan indomie, kami dapet juga rumah singgah untuk menginap.
   Well, kesan pertama gue waktu di pulau Tidung adalah: kecewa. Gue pikir pulaunya masih astri dan cantik. Nggak taunya, banyak sampah dan pulau kecil itu udah penuh sama rumah penduduk. Selama kami di sana, kami nyewa sepeda untuk jalan-jalan. Jalan-jalan naik sepeda pun kurang asik, karena jalanannya sempit. Tapi, langit waktu malam harinya masih banyak banget bintangnya! At least, I love starry skies. Sewaktu di pulau Tidung, gue dan temen-temen naposo makannya sangatlah sengsara! Makan malam pertama kami adalah nasi bungkus yg isinya cuman nasi putih, plus kuah pop mie. Yak, bener-bener cuman itu! Karena waktu itu udah nggak ada lagi yg jual lauk! Biar begitu kami nggak kesel, malahan ngakak sepanjang makan karena miris banget rasanya hahaha. Sarapan pertama kali di sana juga miris. Kami beli nasi uduk, tapi isinya bener-bener nasi uduk tanpa lauk, kerupuk, sama sambal. Buat temen-temen cowok gue, itu rasanya disaster banget. Hahahaha. Makanya, waktu perjalanan pulang kami kembali ke Serpong dan kami dapet nasi bungkus isi sayur sama tempe aja sueneng banget rasanya hehehe.
   Selain kesialan kami mengenai konsumsi selama di pulau Tidung, kami cukup seneng selama di sana karena kebersamaan kami bener-bener menyenangkan. Sewaktu konvoy naik sepeda pun kami nggak sengaja nemuin wilayah pantai yang nggak ada orangnya sama sekali kecuali kami hehehe. Tapi, tetep sih masih ada sampahnya, dan nggak ada pantai pasirnya. At least, kami bisa foto-foto sih :)

                              (Waktu nemuin pantai sepi)


   Selama di pulau Tidung kami juga sempet jalan-jalan ke jembatan Cinta, andalan si pulau Tidung. Kami juga sempet main-main di pulau Tidung kecil, sampai matahari terbenam, lalu foto-foto lagi hehe.


                                          (Sunset and Friends)


   Selama di pulau Tidung, sayangnya gue nggak mencoba banana boat atau snorklingnya. Entah kenapa waktu itu sedang nggak tertarik. Jadi waktu beberapa teman naposo lain menikmati permainan banana boat di pantai, gue memutuskan pulang duluan ke rumah singgah sama seorang teman. Dan super sialnya, ketika gue mencari sepeda pinjaman gue di parkiran sepeda, sepeda gue raib! Menyedihkan. Mana hari itu hari terakhir kami di pulau Tidung pula. Setelah panik dan nggak ngerti mau ngapain, gue pun bener-bener nggak tau mau ngapain. Diem-diem, gue pun memutuskan untuk nggak usah bilang sama tukang sepeda pinjaman tentang raibnya sepeda gue karena gue nggak bawa duit buat ganti tuh sepeda. Lagipula logikanya, pulau Tidung itu kecil. Kemana coba itu sepeda?? Sialan banget itu maling. Duh, jadi merasa bersalah lagi ke si tukang sepedanya :| Tapi dugaan gue, sepedanya sih udah balik kok :p


   Lain cerita sama perjalanan ke pulau Tidung, pada bulan Agustus 2011 kemaren, gue dan sepupu gue, Nitria, memutuskan untuk ngebolang ke Bogor. Lagi-lagi, dengan membawa ransel hitam milik bapak tersayang, gue berangkat menuju Bogor. Kali ini, kami naik kereta. Lucunya, kami nggak ngecek sebelumnya mengenai kereta menuju Bogor dari stasiun Serpong. Dan setiba di stasiun Serpong, ternyata kereta langsung menuju Bogor udah nggak ada. Jadi kami harus naik kereta menuju Tanah Abang dulu, deh! Waktu kami tiba, ternyata kereta yang menuju tanah Abang yang lagi mau jalan cuman kereta ekonomi yang bayarnya 1500 perak. Karena gue seneng susah-susah dan repot-repotan, gue pun tancap gas alias ngacir beli tiket dan ngejar kereta yang udah hampir jalan itu. Alhasil, kereta udah mulai berjalan, dan gue langsung lompat ke dalam keretanya sambil dibantu bapak-bapak penjual sayuran yg udah ada di dalam kereta. Seru banget, loh! Rasanya super sekali hahaha. Di dalam kereta, ternyata gue baru sadar, kereta itu penuh sama pedagang sayur dan buah, yang bawa barang-barangnya dalam karung. Mungkin untuk dijual lagi. Gue cukup was-was sih, karena bawa barang berharga, kayak handphone. Bukan was-was sama para penjual sayurnya, tapi sama banyaknya pengamen metal yg agak urakan dan nyeremin. Bukannya mau ngejudge berdasarkan penampilan luar, tapi nggak ada salahnya berhati-hati toh? Apalagi kami perdua perempuan dan baru kali itu naik kereta 1500 an hehe. Untungnya, sampai di stasiun Tanah Abang kami aman-aman aja. Dari stasiun tanah Abang, kami lanjut naik kereta AC menuju stasiun Cilbut, Bogor, kemudian dijemput sama tante gue di sana.

   Selama 3 hari 2 malam di Bogor, kami nginep gratis di rumah tante gue, adeknya nyokap. Makan gratis, bobok gratis, bahkan transportasi selama di sana pun gratis! Hehe. Kenalan atau saudara selama traveling itu sangat berguna sekali, loh...
   Sewaktu di Bogor, tante gue membawa gue dan Nitria untuk mengunjungi air terjun Curug Nangka. Kami senang dan semangat sekali karena pada awalnya nggak tau ada air terjun Curug Nangka tersebut. Lalu setelah mendaki bukit menuju ke air terjunnya selama kurang lebih setengah jam, kami yg udah kecapekan pun jadi lupa sama rasa capek kami karena kami menemukan air terjunnyaaa!!

                                      (Bergaya di depan si air terjun cantik)






   Rasanya segar dan puaaas banget! Gue, yg emang paling ngefans sama kecantikan alam, sangat seneng bisa mencapai air terjun tersebut. Usaha pendakian kami pun nggak sia-sia. Hehe! Setelah berenang-renang dan main-main di air terjunnya, kami memutuskan untuk turun dan makan siang. Tetapi sewaktu berjalan ke bawah bukit, kami tergoda lagi sama kolam anak air terjun yang lain. Kami pun berenang-renang lagi di 2 kolam anak air terjun yang kami temuin sewaktu turun ke bawah.

                  (Renang di anak air terjun)


   Actually, selama di Bogor, petualangan gue dan Nitria cuman ke air terjunnya aja. Kami agak dibatasi kemana-mana tanpa tante gue :s Sisanya, kami bergereja di gereja Khatolik, karena keluarga tante gue beragama Khatolik. Gue sih nggak ngerti apa-apa selama misa, soalnya pake bahasa latin hehe. Entah deh jemaat lain ngerti juga atau nggak. Sepulang gereja kami ke taman topi. Nggak seru, yg seru cuman es duren enak yg kami beli di sana doang. Terus kami makan di resto makanan sunda yg bikin betek karena semua makanannya nggak ada rasa peses-pedesnya sama sekali. Sebenernya mau ke Taman Raya Bogor, tapi tante gue cancel-_- Agak repot sih, kalau dibates-batesin gitu huhu. But, luckily, I've been to Taman Raya Bogor before, so nggak ke sana lagi juga nggak apa-apa, deh. Lagipula, my tante is so baik, mau jadi guide kami di Bogor dan menyediakan keperluan kami selama di sana! *big grin*

   Nah, begitulah 2 kisah perjalanan ransel gue. Sederhana kan? Tapi, tetep meaningful. Buktinya, gue masih inget jelas cerita perjalanannya dari awal sampai akhir, padahal udah lama berlalu. Yaa, bagi gue, traveling bukan cuman ngeliat dunia, tapi juga DUNIA. Artinya, bukan masalah enak-enakannya, tapi juga ngeliat dunia dari sisi yang selama ini nggak pernah gue rasakan: makan dengan lauk miris dan naik kereta 1500 perak bareng pedagang-pedagang sayur. Rasanya menyenangkan kok. Karena gue jadi belajar untuk banyak bersyukur. Hidup gue emang tidak berlimpahkan harta, tapi juga nggak susah sekali. Setidaknya gue lebih beruntung dibandingkan orang-orang kecil di luar sana. Lagipula, hal yg paling menyenangkan dari traveling adalah; ketika lo sadar, perjalanan repot dan susah ternyata jauuuuh lebih seru dibandingkan destinasi perjalanan lo sendiri. Karena pengalaman, ilmu dan kebijakan lo jadi bertambah. Man, destinasi perjalanan adalah untuk melihat dunia, tetapi perjalanannya sendiri adalah bertujuan untuk melihat DUNIA.



Esra Masniari Tambunan

Rabu, 15 Februari 2012

3 Hari di Kota Pelajar (Ketika Kisah Backpackeran Menjadi Backpengkoran)

   Traveling adalah salah satu hobby gue. Gue suka hal-hal berbau baru dan tantangan. Oleh karena itu, bepergian selalu menjadi kesukaan gue. Lucunya, bagi gue, menjadi seorang backpacker adalah pilihan yang menyenangkan ketimbang bermewah-mewah ketika traveling. Gue suka repot, itu intinya. Gue suka nyasar, gue suka basah-basahan, gue suka capek, gue suka hal-hal sederhana; intinya gue suka backpackingan. Gue sendiri sih masih merupakan seorang traveler pemula. Baru tahun ini pula gue traveling dengan menggunakan uang hasil keringet gue sendiri. Kemaren-kemaren gue masih seenak jidat ngandelin duit orangtua buat traveling. Tapi gue sadar, buat mewujudkan mimpi gue, yaitu sebagai seorang travel writer, gue mesti mengandalkan diri gue sendiri. Oleh karena itu, gue nyari kerja, dan akhirnya sekarang gue bekerja jadi seorang guru les bahasa Inggris. Buat seorang mahasiswi part-timer, gajinya lumayan laah. Hehe. Gue sendiri baru pernah backpackingan tanpa orangtua itu ke Pulau Tidung, Bogor, Bali, dan terakhir ini, ke Yogyakarta.

   Tanggal 09 Februari 2012 kemaren, adalah tanggal yang gue tunggu-tunggu. Setelah beberapa bulan merencanakan perjalanan dengan sepupu gue ke kota pelajar itu; gue akhirnya jadi juga ke Yogyakarta. Setelah awalnya merencanakan perjalanan cuman sama Nitria, sepupu gue, akhirnya dapet 4 biji yang pengen ngikut kita. Mereka adalah: Elda (adek gue), Cindy (adek sepupu gue), Arum (temen gereja gue) dan Mastah (temen gereja juga). Setelah rempong abis-abisan karena si Masta gajelas boleh pergi atau engga, kita pun berangkat ke Yogyakarta menaiki sebuah kereta bisnis bernama Senja Utama, pada pukul 19:30 WIB. Dengan membawa gembolan (baca: tas ransel guede berat beserta 1 tas lagi) dengan menaiki bus jelek dari pom bensin Karang Tengah; gue, Nitria, Elda dan Cindy pun tiba dengan cafeknya di stasiun KA Pasar Senen. Di sana, Arum dan Masta udah nyampe duluan. Dengan semangat 45, gue dan 5 sekawanan gue yang cewek semua itu pun ready ke Yogyakarta. Selama di kereta, kita bercanda-canda sama beberapa penumpang yang juga masih anak muda. Sebenernya, itu semua karena ulah si Mastah yang gilakk, nggak tau malu juga, sih. Tapi lumayan, suasana jadi nggak garing. Tapi, 9 jam di perjalanan menuju Yogyakarta ternyata bikin pantat ledes, alias tepos, alias pegel abis bowk! Gue, yang tadinya fine-fine aja sama keadaan kereta bisnis, tiba-tiba sadar bahwa: gue ngga akan bisa tidur di kereta yang tanpa-AC-dan-bangkunya-keras-abis ini! Setiap gue coba tidur, ujung-ujungnya pasti bangun dan meringis. Sebenernya sempet tidur 1 jam tapi dibangunin sama si Mastah yang juga nggakbisa tidur. 'Aaarghh' banget kan-___- Saking sakitnya pantat kami, Mastah pun mulai menjuluki kami seorang backpengkor, bukan lagi backpacker; karena pengkor abis deh kami punya pantat! :D

                                                           (The Backpengkor Ladies)

   9 jam di kereta cukup membuat kami encok. Kami mulai berpikir untuk pulang ke Jakarta naik kereta eksekutif supaya bisa tidur di perjalanan, namun kami urungkan karena kami nggak punya duit :D Pukul 05:00 WIB kami pun tiba di Yogyakarta dengan selamat (dan tepos). Foto-foto bentaran di stasiun Tugu Yogyakarta, kami lalu nungguin dijemput Albo (sepupunya Cindy) sambil ngopi-ngopi dan sarapan roti di Indomaret Jln. Malioboro. Antusias, tentu saja. Meskipun tidur nggak tidur, gue dan kawan-kawan melanjutkan perjalanan menuju pantai-pantai di Yogyakarta, sesuai rencana awal kami, menaiki mobil rentalan yang disupiri oleh Pak Yoyon.
   Di mobil, gue sempet pengen tidur karena toh perjalanan ke pantai memakan waktu 2-3 jam. Tapi, nyatanya gue nggakbisa tidur! Kursi mobilnya sih empuk, nggak bikin pantat ledes, tapi pemandangan selama di perjalanan itu loh, bikin gue antusias banget! Mata yang ngantuk jadi segar karena dimana-mana pemandangannya serba hijau. Gue aja sempet turun untuk mengambil foto pemandangan kota Yogyakarta di pagi hari itu. Keliatan si Merapi cantik sekali dibalut awan dan kabut tipis. Ini fotonya:




   Cantik banget kan?! Perjalanan menuju pantai-pantai di Yogyakarta pun bener-bener bikin mata seger, apalagi setelah semaleman sumpek di kereta hehehe. Setelah 2,5 jam berkendara, kami pun tiba di pantai pertama, yaitu pantai Siung. Wihhhh the beach is so amazing! Emang sih, di sana nggakboleh berenang karena berbahaya, tapi gue sangat puas sama pemandangannya! Pantainya masih bersih dan sepi. Langitnya biru banget, terus ada awan putih melengkung yang bentuknya hampir kayak pelangi. Batu karangnya besar-besar, airnya masih jernih. Gue seperti lagi berada di belitung! Pokoknya, hunting landscape di sana itu puaaas.
                                                       (Temen gue, Arum, di pantai Siung)

                                                               (Pantai Siung, Yogyakarta)

   Setelah main-main di pantai Siung, kami yang belum sikat gigi dan mandi dari semalem itu pun melanjutkan perjalanan menuju pantai Sundak. Tapi, karena udah keburu laper, kami berhenti di pantai terdekat, yaitu pantai Indrayanti, untuk mamam. Dan sampai di pantai Indrayanti, lagi-lagi gue puas. Pantai di pengunungan Kidul itu air lautnya berwarna biru kehijau-hijauan. Ngambil foto di sana pun hasil fotonya nggak perlu diedit karena warna aslinya udah cantik banget! Habis makan siang, kami pun lanjut hunting foto sambil main-main. Seneng banget pokoknya :)
                                                                (Gue di pantai Indrayanti)
Setelah dari pantai Indrayanti, kami lanjut ke pantai Depok karena denger-denger ada Air Show gitu di sana. Pantai Depok sih bukan  pantai yang bisa dibilang asik buat dikagumi, soalnya di sana banyak nelayan. Pantainya bau amis karena banyak ikan hasil tangkapan para nelayan. Sampai di sana pun ternyata Air Show nya udah selesai. Nggak mau kecewa, kami main ATV aja. itu loh, kayak motor-motoran. Gue yang nggak bisa naik motor jadi bahagia karena gue bisa main kebut-kebutan juga kayak yang lain. MUEHEHE.

   Perjalanan ke pantai-pantai di Yogyakarta berakhir di pantai Depok. Kami nggak jadi lanjut ke pantai Sundak karena capek banget. Badan udah rontok dan minta istirahat, dan yaa itu, pantat juga udah ledes, sisa perjalanan kereta semalemnya. Kami pun ke hotel Bhinneka, yang sudah gue booking sebelumnya. Kami sekamar berenam. Setelah mandi dan tidur 15 menit an, gue terbangun karena temen gue protes, ada beberapa bapak-bapak yang mondar-mandir di jendela kamar kami. Ya sebenernya itu sih ulah si Mastah juga. Dia joget-joget di jendela buat lucu-lucuan, eeh memancing birahi bapak-bapak kesepian seberang kamar kami kali, ya :D Setelah protes sama si manager hotel Bhinneka, gue dan 5 sekawanan gue pun beranjak nyari makan malem di daerah jalanan Malioboro. Dengan duit 10 ribu Rupiah, kami sudah kenyang makan nasi kucing di angkringan, plus mimi kopi susu joss. Kopi susu joss adalah kopi susu pake areng. Nikmat!
   Kenyang makan, kami naik sepeda mengitari kota Malioboro. Daaaann, gue dapet surprise dari 5 cewek gokil itu! Berhubung 4 hari sebelumnya gue ultah, mereka bikin surprise waktu kami lagi di jalan Malioboro. Tiba-tiba grup pengamen jalanan nyanyiin lagunya Jamrud yang tentang ulangtahun gitu (aye lupe judulnye). Terus Elda dan Arum ngebawain kue ultah. Nggak lama kemudian, gue disiram air sama mas-mas yang lewat (setelah disetujui oleh Mastah dkk). Basah kuyup kayak gitu, muka dan badan gue juga abis dipeperin kue ultah. Aduh, meuni sayang kan. Mending gue mamam itu kue! Anyways, thanks surprisenyaaa. Lumayan jadi tontonan di jalanan gue :p


Hari Kedua

  Hari kedua di Yogyakarta, kami dapet surprise! Surprisenya yaitu kami boleh nginep gratis tis tis di rumahnya saudaranya Albo! Yippiiee :D Kami juga dapet motor gratis, yaitu motor temen-temennya Albo, buat jalan-jalan ke Kaliurang. Albo, dan 3 temennya baiiiikk sekali! Mereka mau nemenin kami jalan-jalan ke Kaliurang, dan juga nyari helm yang cukup untuk kami berenam! Thanks ya, booo and friends ;) Dengan semangat 45, kami, para ciwik-ciwik naik motor ke Kaliurang. Mastah, Arum dan Nitira yang bawa motor, sedangkan gue, Elda dan Cindy dibencong hehehehehe. Tapi tenang, gue yang bayar bensin :p Di perjalanan ke Kaliurang, kami para cewek super malah kebut-kebutan hahaha. Tapi tetep aja nggabisa lebih cepet dibanding Albo cs karena kami nggak tau jalan. Sampai di daerah Kaliurang, kami bingung yang mana daerah wisatanya, jadi kami pun cus ke Merapi.

   Gue dibuat takjub sama Merapi, sekaligus terharu. Pemandangannya, lagi-lagi bagus. Semakin naik, gue semakin terpesona karena gue melihat bekas-bekas erupsi Merapi tahun 2010 kemaren. Ada beberapa batang pohon yang hangus dan nggak bisa tumbuh lagi, jalanan retak, bahkan akhirnya gue melihat rumah mendiang mbah Marijan, mantan juru kunci Merapi. Gue juga melihat bangkai mobil APV punya wartawan VIVAnews yang menyelamatkan warga. Papan berisikan cerita mengenai perjuangan Yuniawan Wahyu Nugroho dan Tutur, seorang tenaga medis PMI Bantul, memperingatkan warga akan letusan Merapi bikin gue terharu dan sempet terdiam sesaat. Nggak lama kemudian, hujan pun turun. Nggak lebat, juga bukan gerimis, tapi cocok sama suasana hati yang lagi mellow karena terkesima sama kejadian Merapi dan cerita mengenai para korbannya 2 tahun silam. "Tuhan itu maha dahsyat", ungkap hati gue kala itu.

   Malamnya di rumah sodaranya Albo, sempet terjadi peristiwa konyol. Waktu itu kami habis jalan-jalan bersepeda ke alun-alun Kidul, tempat dimana ada pohon beringin kembar. Setelah puas main-main di sana, kami bersepeda sejauh 5km untuk mencapai rumah Albo. Sewaktu mau beli makan, tiba-tiba mati lampu dan Nitria merasa dia lagi kayak digangguin makhluk halus. Gue, yang bukan seorang pemercaya takhayul dan bukan seorang penakut, awalnya nggak ngerti. Tapi, lama-lama ngeliat gelagat Nitria yang aneh dan jujur, bikin males, gue merasa takut. Badan gue pun sempet lemes dan hampir jatuh. Gue belum pernah di keadaan yang kayak gitu sebelumnya. Rasanya, pergelangan lengan gue sakit dan kayak ada yang mau 'masukin' gue. Buru-buru gue ucapkan doa Bapa Kami lantang-lantang. Sesaat kemudian, badan gue kembali normal. Setelah itu, gue, Arum dan Mastah memutuskan untuk naik motor betigaan, mau beli makan, berhubung Elda udah demam dan punya penyakit maag. Si Mastah yang udah panik setengah mati memutuskan untuk nyari gereja HKBP di daerah Kotabaru, pengen nginep di situ aja. Kami nyari jalan dengan insting seorang manusia yang sedang terancam dan ketakutan, dan untungnya berhasil! Kami pun tiba di jalanan besar Malioboro, tapiiii ketangkep polisi karena kami bonceng bertigaan dan nggak pake helm!
   Sialnya, pas digiring ke kantor polisi, penyakit maag Arum kambuh dan Mastah diserang sesak nafas sampe pingsan. Arum pun membawa Mastah ke RS terdekat naik becak. Lalu gue? Ditinggal di pos polisi :/ Diinterogasi polisi sendirian gitu, gue hampir nangis waktu mau ngejelasin. Untungnya, setelah bercerita sejujur-jujurnya tentang apa yang terjadi, polisi memaklumi. Btw, nama pak polisinya Pak Apriyanto. Dia malah sempet cerita-cerita tentang keluarga dia-__- Pak Apriyanto yang baik itu pun memaafkan gue :D Baik yah, coy, polisi Jogja! Gue, Arum dan Mastah pun pulang ke rumah sodaranya si Albo, setelah si Albo jemput kami di pos polisi huehehhe. Sampai di rumah, kami berenam tidur sekamar dan semuanya fine-fine aja tuh!


Hari Ketiga
   
   Hari Ketiga di Yogyakarta, yaitu tanggal 12 Februari 2012, gue dan kawan-kawan memutuskan untuk ke gereja HKBP Kotabaru, buat ibadah minggu. Oonnya, karena kami naik sepeda, kami terlambat untuk ke gereja manapun! Alhasil, kami nggak jadi ibadah minggu di Yogyakarta :( Pukul 08:30 kami tiba di tempat penyewaan sepeda, kemudian kami pergi ke Borobudur dengan menaiki mobil yang sudah kami sewa. Di perjalanan menuju Borobudur, gue sempat tertidur. Maklum, beberapa hari cuman tidur zombie. Otot paha gue juga sakit sekali semaleman karena menggowes sepeda 20km lebih selama 2 hari itu. Yeah, namanya juga backpengkoran! Pengkor banget deh badan pokoknya :D
   Tiba di kawasan Candi Borobudur, paha gue yang udah gue olesin salep pun masih sakit dan lemes. Alhasil, gue langsung ke WC buat nempelin 2 koyo cabe ke kedua paha gue. Rasanya sakiittt, kayak dicubitin! But, it really worked! Hehe. Gue jadi bisa naik ke Candi Borobudur yang megah. Kawasan hijau di sekitar Candi Borobudur, lagi-lagi menyegarkan mata ngantuk gue. Tapi, sayang, entah kenapa gue merasa Candi Borobudur tidak seindah dan segereget 6 tahun lalu, ketika pertama kali gue dan teman-teman SMP mengunjunginya. Mungkin dikarenakan Candi Borobudur sempat hancur akibat erupsi Merapi 2 tahun lalu, jadi harus dipugar. Menurut gue, tampilan Candi Borobudur sekarang jadi kurang orisinil :( But, tetep deh gue terkesima, terutama ketika melihat pemandangan dari atas candi.

                                                                    (Candi Borobudur)
   Pulang dari Borobudur, kami mampir ke pasar Beringharjo. Nitria ngeborong abesss. Sedangkan gue sudah dipesankan mama untuk nggak usah belanja apa-apa, karena toh nanti barangnya suka nggak kepake kata mama. Yasudah, gue cuman beli tas sama baju batik doang. Sedangkan Mastah dan Arum lebih memilih untuk belanja di Mirota Batik. Cindy dan Elda? Nggak usah ditanya. Duit mereka sudah ledes. Gue pun ikut ledes karena nombokkin mereka-___-

   Hari ketiga merupakan hari terakhir gue dan kawan-kawan di Yogyakarta. Kereta yang akan membawa kami kembali ke Jakarta adalah kereta ekonomi AC Gajahwong, yaitu pukul 19:26. Meskipun judulnya 'kereta ekonomi', tapi ternyataaaa, keretanya jauh lebih nyaman dibanding kereta bisnis Senja Utama. Keretanya masih bersih; mungkin dikarenakan kereta Gajahwong adalah kereta yang baru beroperasi setahun belakangan ini. Tapi, hal seru belum berhenti di hampir-detik-terakhir kami berada di Yogyakarta. Kami hampir ketinggalan kereta!!! Awalnya, karena kami diajak makan sama mamah, omnya Albo, yang baru pulang dari luar kota (Mamah itu orang karo, 'paman' dalam bahasa karo disebut 'mamah'). Si mamah lah empunya rumah tempat kami nginep geratis. Wew, kami ditraktir makan di Rumah Makan Oemah Semar, dong! Selama kami di Yogyakarta, kami cuman sekali makan di restoran! Itu pun ditraktir mamah :D Dan emang dasar gadis-gadis gakmau-rugi, kami mesen makanan yang paling mahal hahaha. Kami makan jam 18:30, dan kereta berangkat satu jam kurang kemudian. Kami berinisiatif buat bungkus makan malam kami, biar kami nikmati di kereta aja, jadi kami nggak ketinggalan kereta. Tapi emang dasar mesti seru, sampai di stasiun Lempuyangan, kereta kami baru saja berangkat. Dengan aksi ngebut mamah dan kawan-kawan Albo, kami diantar ke stasiun Tugu buat mengejar kereta Gajahwong yang emang transit di situ untuk beberapa saat. Emang dasar mesti seru lagi; gue, Mastah dan Elda yang berada di satu mobil mesti nungguin Nitria, Cindy dan Arum yang ada di mobil temennya Albo. Mereka dateng lewat bagian depan stasiun, sedangkan kami lewat bagian belakang stasiun. Kebetulan, tiket ada di Nitria. Gue, Mastah dan Elda super panik karena menurut petugas kereta, kami harus buru-buru karena kereta bakalan berangkat beberapa menit lagi.
   Kami lari sana-sini, mondar-mandir, bolak-balik dan juga berkali-kali mohon sama petugas kereta supaya menunggu Nitria, Cindy dan Arum yang nongolnya lama, sambil bawa barang yang buanyak dan buerat! Untungnya, akhirnya kami melihat Nitria, Cindy dan Arum. Kami pun nggak ketinggalan kereta! Itu semua juga berkat bantuan mamah yang nggak tau kenapa bisa melewati batas pengantar demi memperjuangkan kami supaya nggak ketinggalan kereta. Hehehe (makasih mamah..)

   Di dalam kereta, kami masih ngos-ngosan dan ketawa-ketiwi inget kejadian yang rempong sebelumnya. Penumpang lain juga senyum-senyum karena mereka tau bahwa kami hampir ketinggalan kereta. Tapi, penumpang sebelah gue cukup resek. Dia kayak keganggu gitu sama kehebringan kami. Yaelah, bu, kayak nggak pernah hampir ketinggalan kereta aja! #eh Setelah cukup tenang, gue dan kawan-kawan menyantap bungkusan makan malam traktiran si mamah. Setelah mengurus Elda yang masih demam, gue, Arum dan Mastah lanjut ke kabin dapur buat ngecharge hp sekaligus ngopi-ngopi dan main kartu UNO. Setelah gue dan Arum menang main kartu UNO 1000 Rupiah dan hp kami akhirnya fully charged, kami memutuskan untuk kembali ke kursi kami, lalu bobok cantik. Lumayan, gue bisa tidur selama 4 jam. Pukul 06:00 WIB tanggal 13 Februari 2012, gue dan my backpengkoran ladies tiba di stasiun Pasar Senen, lalu segera melanjutkan perjalanan ke rumah kami masing-masing. Di taxy, gue tidur pules. Sampai rumah, setelah bercengkrama beberapa saat dengan sisa-sisa suara yang juga ledes alias habis dengan keluarga gue; gue tidur selama 10 jam. Berhubung badan super lemas, terutama paha, juga suara gue ledes, gue sms boss buat minta izin tidak bisa masuk kerja (ngajar) hari itu. Untung dimaklumi...

   Yah, begitulah kisah perjalanan gue dan para gadis backpengkoran selama 3 hari di Kota Pelajar, Yogyakarta. Seru, sedih, haru, sebel, kesel, bahagia adalah emosi-emosi yang kami rasakan selama 3 hari ditambah 2 hari perjalanan di Yogyakarta. Meskipun rada sebel karena gue nggakbisa upload foto banyak-banyak di blog dikarenakan lemotnya untuk ngupload foto di sini, jadi nggakbisa pamer deh :p hahaha. Tapiiii semua foto-foto sudah lengkap abisss gue upload ke fb, kok! Check it out huehehe.
    Well, gue nggak kapok traveling! Bahkan, gue semakin cinta. Yang bisa gue petik palingan adalah, find your match traveling partner(s). Jangan sampe salah pilih partner ketika traveling, deh. And now, saatnya gue merencanakan perjalanan-perjalanan gue selanjutnya. Tapi, nunggu tabungan cukup dulu hehe. Gimanapun juga, gue nggak mau ngandelin duit orangtua. Gue pengen jadi seorang travel writer, oleh karena itu kewajiban gue sendiri lah untuk berusaha keras demi memenuhi cita-cita gue tersebut. Doakan akuuuuhh!!!



p.s: Ada kata-kata bijak yang menyentuh ketika gue menapakkan kaki di daerah rumah mbah Marijan, di kawasan Merapi. Begini bunyinya, "Ajining menungso iku gumatung ana ing tanggungjawabe marang kewajibane". "Kehormatan seseorang dinilai dari tanggung jawab terhadap kewajibannya" :)



by:
Esra Masniari Tambunan

Rabu, 04 Januari 2012

Happy Nu Yeaaaaaarr!!!!

   HAPPY NEW YEAR 2012 EVERYONE! Yes, it's 2012! Tahun yang digossipin bakal jadi tahun kiamat oleh banyak orang. Takut, huh? Jujur aja ada rasa-rasa seureum gitu. Tapi yasudahlah, dibawa enjoy dan positif aja :)
    Tahun 2011 bener-bener tahun yang menyenangkan buat gue. Gue merasa menjadi lebih berkembang dalam hidup! Terutama, beberapa wishes gue terkabul bul bul! Dimulai dari lolos jadi salah satu volunteer untuk acara Ubud Writers and Readers Festival 2011 selama 8 hari yang super kece dan unforgettable. Gue dapet seribu pengalaman keren yang bener-bener baru dan bermanfaat buat gue. Gue juga dapet temen dari berbagai suku dan negara, lalu bertukar pikiran yang bikin gue makin open-minded *cie*. Sebelum ikut UWRF, gue juga memulai perjalanan traveling gue yang pertama tanpa orangtua, ke Bogor, naik kereta ekonomi, bawa ransel! Haha. Di Bogor gue juga naik bukit untuk mencapai air terjun di Curug Nangka. Capek abis! Tapi seruuuu dan takjub banget sama air terjun di situ.
   Di tahun 2011 juga, gue langsung dapet kesempatan untuk aktif jadi salah seorang liason officer untuk Transnational Higher Education Summit 2011 yang berselang hanya 1 minggu setelah pulang dari Bali untuk kegiatan UWRF. MESKIPUN supervisornya GALAK GAJELAS *hahahaha* tapi gue bersyukur bisa ikut berpartisipasi dalam acara yang melibatkan dosen-dosen dan para petinggi dari berbagai universitas di seluruh Indonesia, bahkan dari berbagai negara. Mantep, kan? Buat gue yang tadinya seorang cewek pasif, boleh lah dibilang keyen ikut beginian :p
   Ohya, di tahun 2011 gue juga akhirnya ikut kepanitiaan di kampus untuk acara seminarnya Raditya Dika, salah satu penulis favorit gue. Capek, tapi fun. Meskipun sempet agak kecewa sama beberapa panitia juga, tapi gue bisa menyelesaikan tugas gue sebagai koordinator acara seminarnya Radit. Tapi yang bikin sedih, sampai detik ini sertfikat kepanitiaan gue belum juga sampe di tangan gue! HUH!! :/
   Tahun 2011 juga merupakan tahun wish-terkabul! Gue bisa nonton konsernya THE SCRIPT!!! You know what? That was my first concert! Thanks to my lovely mom who bought me the ticket concert :') You're the best, mommy!! Naaah, kebetulan, gue juga pernah bikin artikel tentang The Script, loh. Di dalam artikel itu, gue nulis juga kalau gue berharap The Script dateng ke Jakarta dan gue bisa nonton mereka! Dan terkabul ;;) Senangnyaaaa~
   Di tahun 2011 ini juga gue dapet kerjaan! The real job with the real salary wkwk. Gue terpicu nyari kerjaan karena gue berharap banget punya duit sendiri untuk traveling keliling Indonesia dan dunia hoho :D Awalnya karena emang gue suka banget traveling dan bercita-cita dari dulu buat menjelajah dunia, lalu gue ketemu temen-temen seperjuangan di UWRF dan ternyata mereka rata-rata sama kayak gue, suka traveling! Tapi tingkat traveling mereka udah jauh lebih canggih dan luas daripada gue! Nah, gue pun jadi terpicu buat sama kayak mereka deh! Apalagi waktu di UWRF, gue ketemu traveler writer Indo favorit gue, Trinity! Makin semangat buat ngewujudin cita-cita dong, gue :))
   Kemenangan team Vocal Group gue sehingga mendapatkan juara II dan hadiah sebesar Rp 7.000.000 juga bikin tahun 2011 kemaren tahun yang semarak dan menyenangkan buat gue. Kebersamaan, temen-temen baru, kebijakan yang semakin bertambah, pengalaman-pengalaman yang super baru dan super keren, momen-momen istimewa, bahkan masalah besar, dan airmata yang sempat membanjiri relung hati merupakan kejadian-kejadian hasil tahun 2011 yang sangat gue syukuri. Yang gue tahu, pada tahun 2011 Tuhan itu baik sama gue. Tapi, bukan cuman tahun 2011, melainkan dari dulu, Tuhan itu baik sama gue. Bener kata orang, Tuhan akan memberikan apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan, tepat pada waktunya. Buktinya, dari tahun ke tahun gue merasa makin siap untuk menjadi seorang dewasa. Well, resolusi gue tahun 2012 adalah, gue bakal selalu berusaha menjadi orang yang lebih PD dari sebelumnya karena gue agak kurang percaya diri sama diri gue. Gue juga bakal selalu berpikiran positif karena umumnya gue sering jatuh akibat pikiran-pikiran negatif gue. Yaa, berhubungan sama ketidak percayaan diri gue yang juga, nih. Lalu, di tahun 2012 gue harus traveling ke 3 tempat berbeda. Sampai saat ini plan yang udah pasti adalah ke Jogja pada bulan Februari dan ke Medan pada bulan Agustus. 1 tempat lagi yang gue impikan adalah mengunjungi Bangkok pada bulan September. Semoga terkabul ya :) Eh iya, 1 lagi. Gue sudah harus menemukan tambatan hati gue, seorang pria untuk menjadi pacar dan calon suami pada tahun 2012 ini :D Gue sudah nggak mau pacaran main-main lagi, lelah hati. Gue juga udah nggak mau bersuamikan bule kelak, seperti cita-cita gue dulu-dulu. Gue maunya sama pria batak kristen yang beriman. Gue pengen bikin orangtua gue bangga dan bahagia lahir batin. Pokoknya, semua yang gue lakukan untuk mereka! Lulus kuliah 3,5 tahun juga tekad gue. Gue yakin kok, membahagiakan orangtua pastinya mendapatkan restu mereka, sehingga gue juga akan hidup bahagia selamanya. Amin. Amin. Amin. Sekali lagi, SELAMAT TAHUN BARU!!!!! #ketjup #peyuk :) :) :)