(The Backpengkor Ladies)
9 jam di kereta cukup membuat kami encok. Kami mulai berpikir untuk pulang ke Jakarta naik kereta eksekutif supaya bisa tidur di perjalanan, namun kami urungkan karena kami nggak punya duit :D Pukul 05:00 WIB kami pun tiba di Yogyakarta dengan selamat (dan tepos). Foto-foto bentaran di stasiun Tugu Yogyakarta, kami lalu nungguin dijemput Albo (sepupunya Cindy) sambil ngopi-ngopi dan sarapan roti di Indomaret Jln. Malioboro. Antusias, tentu saja. Meskipun tidur nggak tidur, gue dan kawan-kawan melanjutkan perjalanan menuju pantai-pantai di Yogyakarta, sesuai rencana awal kami, menaiki mobil rentalan yang disupiri oleh Pak Yoyon.
Di mobil, gue sempet pengen tidur karena toh perjalanan ke pantai memakan waktu 2-3 jam. Tapi, nyatanya gue nggakbisa tidur! Kursi mobilnya sih empuk, nggak bikin pantat ledes, tapi pemandangan selama di perjalanan itu loh, bikin gue antusias banget! Mata yang ngantuk jadi segar karena dimana-mana pemandangannya serba hijau. Gue aja sempet turun untuk mengambil foto pemandangan kota Yogyakarta di pagi hari itu. Keliatan si Merapi cantik sekali dibalut awan dan kabut tipis. Ini fotonya:
(Temen gue, Arum, di pantai Siung)
(Pantai Siung, Yogyakarta)
Setelah main-main di pantai Siung, kami yang belum sikat gigi dan mandi dari semalem itu pun melanjutkan perjalanan menuju pantai Sundak. Tapi, karena udah keburu laper, kami berhenti di pantai terdekat, yaitu pantai Indrayanti, untuk mamam. Dan sampai di pantai Indrayanti, lagi-lagi gue puas. Pantai di pengunungan Kidul itu air lautnya berwarna biru kehijau-hijauan. Ngambil foto di sana pun hasil fotonya nggak perlu diedit karena warna aslinya udah cantik banget! Habis makan siang, kami pun lanjut hunting foto sambil main-main. Seneng banget pokoknya :)
(Gue di pantai Indrayanti)
Setelah dari pantai Indrayanti, kami lanjut ke pantai Depok karena denger-denger ada Air Show gitu di sana. Pantai Depok sih bukan pantai yang bisa dibilang asik buat dikagumi, soalnya di sana banyak nelayan. Pantainya bau amis karena banyak ikan hasil tangkapan para nelayan. Sampai di sana pun ternyata Air Show nya udah selesai. Nggak mau kecewa, kami main ATV aja. itu loh, kayak motor-motoran. Gue yang nggak bisa naik motor jadi bahagia karena gue bisa main kebut-kebutan juga kayak yang lain. MUEHEHE.
Kenyang makan, kami naik sepeda mengitari kota Malioboro. Daaaann, gue dapet surprise dari 5 cewek gokil itu! Berhubung 4 hari sebelumnya gue ultah, mereka bikin surprise waktu kami lagi di jalan Malioboro. Tiba-tiba grup pengamen jalanan nyanyiin lagunya Jamrud yang tentang ulangtahun gitu (aye lupe judulnye). Terus Elda dan Arum ngebawain kue ultah. Nggak lama kemudian, gue disiram air sama mas-mas yang lewat (setelah disetujui oleh Mastah dkk). Basah kuyup kayak gitu, muka dan badan gue juga abis dipeperin kue ultah. Aduh, meuni sayang kan. Mending gue mamam itu kue! Anyways, thanks surprisenyaaa. Lumayan jadi tontonan di jalanan gue :p
Hari Kedua
Hari kedua di Yogyakarta, kami dapet surprise! Surprisenya yaitu kami boleh nginep gratis tis tis di rumahnya saudaranya Albo! Yippiiee :D Kami juga dapet motor gratis, yaitu motor temen-temennya Albo, buat jalan-jalan ke Kaliurang. Albo, dan 3 temennya baiiiikk sekali! Mereka mau nemenin kami jalan-jalan ke Kaliurang, dan juga nyari helm yang cukup untuk kami berenam! Thanks ya, booo and friends ;) Dengan semangat 45, kami, para ciwik-ciwik naik motor ke Kaliurang. Mastah, Arum dan Nitira yang bawa motor, sedangkan gue, Elda dan Cindy dibencong hehehehehe. Tapi tenang, gue yang bayar bensin :p Di perjalanan ke Kaliurang, kami para cewek super malah kebut-kebutan hahaha. Tapi tetep aja nggabisa lebih cepet dibanding Albo cs karena kami nggak tau jalan. Sampai di daerah Kaliurang, kami bingung yang mana daerah wisatanya, jadi kami pun cus ke Merapi.
Gue dibuat takjub sama Merapi, sekaligus terharu. Pemandangannya, lagi-lagi bagus. Semakin naik, gue semakin terpesona karena gue melihat bekas-bekas erupsi Merapi tahun 2010 kemaren. Ada beberapa batang pohon yang hangus dan nggak bisa tumbuh lagi, jalanan retak, bahkan akhirnya gue melihat rumah mendiang mbah Marijan, mantan juru kunci Merapi. Gue juga melihat bangkai mobil APV punya wartawan VIVAnews yang menyelamatkan warga. Papan berisikan cerita mengenai perjuangan Yuniawan Wahyu Nugroho dan Tutur, seorang tenaga medis PMI Bantul, memperingatkan warga akan letusan Merapi bikin gue terharu dan sempet terdiam sesaat. Nggak lama kemudian, hujan pun turun. Nggak lebat, juga bukan gerimis, tapi cocok sama suasana hati yang lagi mellow karena terkesima sama kejadian Merapi dan cerita mengenai para korbannya 2 tahun silam. "Tuhan itu maha dahsyat", ungkap hati gue kala itu.
Malamnya di rumah sodaranya Albo, sempet terjadi peristiwa konyol. Waktu itu kami habis jalan-jalan bersepeda ke alun-alun Kidul, tempat dimana ada pohon beringin kembar. Setelah puas main-main di sana, kami bersepeda sejauh 5km untuk mencapai rumah Albo. Sewaktu mau beli makan, tiba-tiba mati lampu dan Nitria merasa dia lagi kayak digangguin makhluk halus. Gue, yang bukan seorang pemercaya takhayul dan bukan seorang penakut, awalnya nggak ngerti. Tapi, lama-lama ngeliat gelagat Nitria yang aneh dan jujur, bikin males, gue merasa takut. Badan gue pun sempet lemes dan hampir jatuh. Gue belum pernah di keadaan yang kayak gitu sebelumnya. Rasanya, pergelangan lengan gue sakit dan kayak ada yang mau 'masukin' gue. Buru-buru gue ucapkan doa Bapa Kami lantang-lantang. Sesaat kemudian, badan gue kembali normal. Setelah itu, gue, Arum dan Mastah memutuskan untuk naik motor betigaan, mau beli makan, berhubung Elda udah demam dan punya penyakit maag. Si Mastah yang udah panik setengah mati memutuskan untuk nyari gereja HKBP di daerah Kotabaru, pengen nginep di situ aja. Kami nyari jalan dengan insting seorang manusia yang sedang terancam dan ketakutan, dan untungnya berhasil! Kami pun tiba di jalanan besar Malioboro, tapiiii ketangkep polisi karena kami bonceng bertigaan dan nggak pake helm!
Sialnya, pas digiring ke kantor polisi, penyakit maag Arum kambuh dan Mastah diserang sesak nafas sampe pingsan. Arum pun membawa Mastah ke RS terdekat naik becak. Lalu gue? Ditinggal di pos polisi :/ Diinterogasi polisi sendirian gitu, gue hampir nangis waktu mau ngejelasin. Untungnya, setelah bercerita sejujur-jujurnya tentang apa yang terjadi, polisi memaklumi. Btw, nama pak polisinya Pak Apriyanto. Dia malah sempet cerita-cerita tentang keluarga dia-__- Pak Apriyanto yang baik itu pun memaafkan gue :D Baik yah, coy, polisi Jogja! Gue, Arum dan Mastah pun pulang ke rumah sodaranya si Albo, setelah si Albo jemput kami di pos polisi huehehhe. Sampai di rumah, kami berenam tidur sekamar dan semuanya fine-fine aja tuh!
Hari Ketiga
Hari Ketiga di Yogyakarta, yaitu tanggal 12 Februari 2012, gue dan kawan-kawan memutuskan untuk ke gereja HKBP Kotabaru, buat ibadah minggu. Oonnya, karena kami naik sepeda, kami terlambat untuk ke gereja manapun! Alhasil, kami nggak jadi ibadah minggu di Yogyakarta :( Pukul 08:30 kami tiba di tempat penyewaan sepeda, kemudian kami pergi ke Borobudur dengan menaiki mobil yang sudah kami sewa. Di perjalanan menuju Borobudur, gue sempat tertidur. Maklum, beberapa hari cuman tidur zombie. Otot paha gue juga sakit sekali semaleman karena menggowes sepeda 20km lebih selama 2 hari itu. Yeah, namanya juga backpengkoran! Pengkor banget deh badan pokoknya :D
Tiba di kawasan Candi Borobudur, paha gue yang udah gue olesin salep pun masih sakit dan lemes. Alhasil, gue langsung ke WC buat nempelin 2 koyo cabe ke kedua paha gue. Rasanya sakiittt, kayak dicubitin! But, it really worked! Hehe. Gue jadi bisa naik ke Candi Borobudur yang megah. Kawasan hijau di sekitar Candi Borobudur, lagi-lagi menyegarkan mata ngantuk gue. Tapi, sayang, entah kenapa gue merasa Candi Borobudur tidak seindah dan segereget 6 tahun lalu, ketika pertama kali gue dan teman-teman SMP mengunjunginya. Mungkin dikarenakan Candi Borobudur sempat hancur akibat erupsi Merapi 2 tahun lalu, jadi harus dipugar. Menurut gue, tampilan Candi Borobudur sekarang jadi kurang orisinil :( But, tetep deh gue terkesima, terutama ketika melihat pemandangan dari atas candi.
(Candi Borobudur)
Pulang dari Borobudur, kami mampir ke pasar Beringharjo. Nitria ngeborong abesss. Sedangkan gue sudah dipesankan mama untuk nggak usah belanja apa-apa, karena toh nanti barangnya suka nggak kepake kata mama. Yasudah, gue cuman beli tas sama baju batik doang. Sedangkan Mastah dan Arum lebih memilih untuk belanja di Mirota Batik. Cindy dan Elda? Nggak usah ditanya. Duit mereka sudah ledes. Gue pun ikut ledes karena nombokkin mereka-___-
Hari ketiga merupakan hari terakhir gue dan kawan-kawan di Yogyakarta. Kereta yang akan membawa kami kembali ke Jakarta adalah kereta ekonomi AC Gajahwong, yaitu pukul 19:26. Meskipun judulnya 'kereta ekonomi', tapi ternyataaaa, keretanya jauh lebih nyaman dibanding kereta bisnis Senja Utama. Keretanya masih bersih; mungkin dikarenakan kereta Gajahwong adalah kereta yang baru beroperasi setahun belakangan ini. Tapi, hal seru belum berhenti di hampir-detik-terakhir kami berada di Yogyakarta. Kami hampir ketinggalan kereta!!! Awalnya, karena kami diajak makan sama mamah, omnya Albo, yang baru pulang dari luar kota (Mamah itu orang karo, 'paman' dalam bahasa karo disebut 'mamah'). Si mamah lah empunya rumah tempat kami nginep geratis. Wew, kami ditraktir makan di Rumah Makan Oemah Semar, dong! Selama kami di Yogyakarta, kami cuman sekali makan di restoran! Itu pun ditraktir mamah :D Dan emang dasar gadis-gadis gakmau-rugi, kami mesen makanan yang paling mahal hahaha. Kami makan jam 18:30, dan kereta berangkat satu jam kurang kemudian. Kami berinisiatif buat bungkus makan malam kami, biar kami nikmati di kereta aja, jadi kami nggak ketinggalan kereta. Tapi emang dasar mesti seru, sampai di stasiun Lempuyangan, kereta kami baru saja berangkat. Dengan aksi ngebut mamah dan kawan-kawan Albo, kami diantar ke stasiun Tugu buat mengejar kereta Gajahwong yang emang transit di situ untuk beberapa saat. Emang dasar mesti seru lagi; gue, Mastah dan Elda yang berada di satu mobil mesti nungguin Nitria, Cindy dan Arum yang ada di mobil temennya Albo. Mereka dateng lewat bagian depan stasiun, sedangkan kami lewat bagian belakang stasiun. Kebetulan, tiket ada di Nitria. Gue, Mastah dan Elda super panik karena menurut petugas kereta, kami harus buru-buru karena kereta bakalan berangkat beberapa menit lagi.
Kami lari sana-sini, mondar-mandir, bolak-balik dan juga berkali-kali mohon sama petugas kereta supaya menunggu Nitria, Cindy dan Arum yang nongolnya lama, sambil bawa barang yang buanyak dan buerat! Untungnya, akhirnya kami melihat Nitria, Cindy dan Arum. Kami pun nggak ketinggalan kereta! Itu semua juga berkat bantuan mamah yang nggak tau kenapa bisa melewati batas pengantar demi memperjuangkan kami supaya nggak ketinggalan kereta. Hehehe (makasih mamah..)
Di dalam kereta, kami masih ngos-ngosan dan ketawa-ketiwi inget kejadian yang rempong sebelumnya. Penumpang lain juga senyum-senyum karena mereka tau bahwa kami hampir ketinggalan kereta. Tapi, penumpang sebelah gue cukup resek. Dia kayak keganggu gitu sama kehebringan kami. Yaelah, bu, kayak nggak pernah hampir ketinggalan kereta aja! #eh Setelah cukup tenang, gue dan kawan-kawan menyantap bungkusan makan malam traktiran si mamah. Setelah mengurus Elda yang masih demam, gue, Arum dan Mastah lanjut ke kabin dapur buat ngecharge hp sekaligus ngopi-ngopi dan main kartu UNO. Setelah gue dan Arum menang main kartu UNO 1000 Rupiah dan hp kami akhirnya fully charged, kami memutuskan untuk kembali ke kursi kami, lalu bobok cantik. Lumayan, gue bisa tidur selama 4 jam. Pukul 06:00 WIB tanggal 13 Februari 2012, gue dan my backpengkoran ladies tiba di stasiun Pasar Senen, lalu segera melanjutkan perjalanan ke rumah kami masing-masing. Di taxy, gue tidur pules. Sampai rumah, setelah bercengkrama beberapa saat dengan sisa-sisa suara yang juga ledes alias habis dengan keluarga gue; gue tidur selama 10 jam. Berhubung badan super lemas, terutama paha, juga suara gue ledes, gue sms boss buat minta izin tidak bisa masuk kerja (ngajar) hari itu. Untung dimaklumi...
Yah, begitulah kisah perjalanan gue dan para gadis backpengkoran selama 3 hari di Kota Pelajar, Yogyakarta. Seru, sedih, haru, sebel, kesel, bahagia adalah emosi-emosi yang kami rasakan selama 3 hari ditambah 2 hari perjalanan di Yogyakarta. Meskipun rada sebel karena gue nggakbisa upload foto banyak-banyak di blog dikarenakan lemotnya untuk ngupload foto di sini, jadi nggakbisa pamer deh :p hahaha. Tapiiii semua foto-foto sudah lengkap abisss gue upload ke fb, kok! Check it out huehehe.
Well, gue nggak kapok traveling! Bahkan, gue semakin cinta. Yang bisa gue petik palingan adalah, find your match traveling partner(s). Jangan sampe salah pilih partner ketika traveling, deh. And now, saatnya gue merencanakan perjalanan-perjalanan gue selanjutnya. Tapi, nunggu tabungan cukup dulu hehe. Gimanapun juga, gue nggak mau ngandelin duit orangtua. Gue pengen jadi seorang travel writer, oleh karena itu kewajiban gue sendiri lah untuk berusaha keras demi memenuhi cita-cita gue tersebut. Doakan akuuuuhh!!!
p.s: Ada kata-kata bijak yang menyentuh ketika gue menapakkan kaki di daerah rumah mbah Marijan, di kawasan Merapi. Begini bunyinya, "Ajining menungso iku gumatung ana ing tanggungjawabe marang kewajibane". "Kehormatan seseorang dinilai dari tanggung jawab terhadap kewajibannya" :)
by:
Esra Masniari Tambunan