Butuh berapa jumlah telapak tangan agar kau bisa balas menepuknya?
Cinta, jika hanya dari satu sisi?
Jawabku, bagaikan menelan sesendok madu palsu.
Manis di lidah, pahit di tenggorokan...
Lalu pahit itu bersarang di perutmu.
Kau bawa pahit itu kemana-mana.
Bibirmu pucat pasi, senyummu terpaksa.
Matamu sayu, kepalamu menunduk pasrah.
Pahit yang menyesatkan.
Kau hanya bisa pasrah, diam tak bergairah.
Cinta, jika hanya dari satu sisi?
Seperti serpihan kayu di telapak tanganmu...
Tipis, teramat tipis, tapi menyakitkan.
Kau gunakan tanganmu dengan merintih.
Serpihan kayu itu melukaimu, tak dapat kau gapai untuk kau keluarkan.
Darahmu membeku, meninggalkan luka.
Bekasnya sakit.
Cinta, jika hanya dari satu sisi?
Bagaikan bermimpi indah setiap malam, lalu kau bangun dengan akhiran yang sangat manis.
Tapi kau tahu itu semua palsu.
Kau tahu, itu hanya bayangan semu.
Mimpi indah yang mengajarimu berkhayal.
Mimpimu hanya dusta semata.
Kau terlena, kemudian dihempas pada kenyataan, 'maaf-ini-sekali-lagi-hanya-mimpi'.
Cinta, jika hanya dari satu sisi?
Haus yang kau rasa, dibayar dengan segelas air asin.
Lapar yang kau derita, dibayar dengan sepiring debu.
Saat kau harapkan sinar di balik kegelapan, yang kau terima hanya kebutaan.
Seperti mendapatkan hukuman, atas kebaikan yang kau lakukan.
Mencintai itu baik adanya.
Tapi dengan hanya dari satu sisi?
Kau dihukum.
Nama hukuman itu adalah sakit...
Cinta, jika hanya dari satu sisi?
Pengorbanan keindahan tiada tara.
Kau punya kehormatan dengan merasakannya.
Kau punya kebahagiaan meski tak berbalas.
Kau akan tersenyum walau hanya pada awal.
Keindahan yang bukan hanya semata.
Meninggalkan luka, tetapi sempat kau kenang indahnya.
Cinta, jika hanya dari satu sisi?
Berjuang untuk hal yang tidak sia-sia.
Penantian dan perjalanan masih lah tak berujung sekarang.
Kau kecap pahit untuk kau teguk manis.
Kau bawa hitam untuk kau petik putih.
Selalu ada pagi seusai malam.
Selalu kau temui musim semi seusai badai musim dingin.
Cinta, jika hanya dari satu sisi?
Ketidakadilan itu akan terbalaskan dengan senyuman indah seseorang di suatu hari nanti,
menawarkan kepadamu, untuk menggengam tanganmu.
Saatnya tiba, cinta datang dari dua sisi.
Kedua sisinya adalah tepat.
Kali itu, tidak lagi berupa tepukan dua tangan, melainkan genggaman.
Cinta, jika hanya dari satu sisi?
Jawabku, bagaikan menelan sesendok madu palsu.
Manis di lidah, pahit di tenggorokan...
Lalu pahit itu bersarang di perutmu.
Kau bawa pahit itu kemana-mana.
Bibirmu pucat pasi, senyummu terpaksa.
Matamu sayu, kepalamu menunduk pasrah.
Pahit yang menyesatkan.
Kau hanya bisa pasrah, diam tak bergairah.
Cinta, jika hanya dari satu sisi?
Seperti serpihan kayu di telapak tanganmu...
Tipis, teramat tipis, tapi menyakitkan.
Kau gunakan tanganmu dengan merintih.
Serpihan kayu itu melukaimu, tak dapat kau gapai untuk kau keluarkan.
Darahmu membeku, meninggalkan luka.
Bekasnya sakit.
Cinta, jika hanya dari satu sisi?
Bagaikan bermimpi indah setiap malam, lalu kau bangun dengan akhiran yang sangat manis.
Tapi kau tahu itu semua palsu.
Kau tahu, itu hanya bayangan semu.
Mimpi indah yang mengajarimu berkhayal.
Mimpimu hanya dusta semata.
Kau terlena, kemudian dihempas pada kenyataan, 'maaf-ini-sekali-lagi-hanya-mimpi'.
Cinta, jika hanya dari satu sisi?
Haus yang kau rasa, dibayar dengan segelas air asin.
Lapar yang kau derita, dibayar dengan sepiring debu.
Saat kau harapkan sinar di balik kegelapan, yang kau terima hanya kebutaan.
Seperti mendapatkan hukuman, atas kebaikan yang kau lakukan.
Mencintai itu baik adanya.
Tapi dengan hanya dari satu sisi?
Kau dihukum.
Nama hukuman itu adalah sakit...
Cinta, jika hanya dari satu sisi?
Pengorbanan keindahan tiada tara.
Kau punya kehormatan dengan merasakannya.
Kau punya kebahagiaan meski tak berbalas.
Kau akan tersenyum walau hanya pada awal.
Keindahan yang bukan hanya semata.
Meninggalkan luka, tetapi sempat kau kenang indahnya.
Cinta, jika hanya dari satu sisi?
Berjuang untuk hal yang tidak sia-sia.
Penantian dan perjalanan masih lah tak berujung sekarang.
Kau kecap pahit untuk kau teguk manis.
Kau bawa hitam untuk kau petik putih.
Selalu ada pagi seusai malam.
Selalu kau temui musim semi seusai badai musim dingin.
Cinta, jika hanya dari satu sisi?
Ketidakadilan itu akan terbalaskan dengan senyuman indah seseorang di suatu hari nanti,
menawarkan kepadamu, untuk menggengam tanganmu.
Saatnya tiba, cinta datang dari dua sisi.
Kedua sisinya adalah tepat.
Kali itu, tidak lagi berupa tepukan dua tangan, melainkan genggaman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar