Minggu, 17 Juni 2012

Tanggung Jawab Paling Menyenangkan

   Puji Tuhan. Biarin 2 kata itu menjadi pembukaan dari cerita blog gue kali ini. By the way, udah cukup lama gue (males) nulis lagi di blog. Untuk kali ini, gue mau curhat deh. Curhat yg inspiratif sih :p Semoga ehehe.

   Iya, puji Tuhan. Puji Tuhan karena selama gue kuliah sastra Inggris di Binus, gue bisa jadi part timer sebagai guru les. Pertama kali kerja sebagai guru les bahasa Inggris, gue dapet kesempatan ngajar di sebuah tempat les kecil di deket rumah. Gaji gue waktu itu masih Rp 17.000 per jam dan gue hanya ngajar 2-3x seminggu, which means sebulan paling gede gue cuman dapet Rp 250.000. Meskipun gaji gue belum besar, gue merasa nyaman banget ngajar di situ. Di samping gue bisa dapet kesempatan untuk melatih diri gue sendiri menjadi seorang guru, gue juga ketemu anak-anak yg bikin semangat hidup gue membara! Haha. Eh, serius. Gue seneng banget bisa kenal murid-murid di tempat les itu. Itulah pertama kalinya juga gue menghadapi karakter seorang anak, yang namanya Jati, yang merupakan seorang anak super introvert.
   Jati adalah seorang anak yang super pendiem dan karen itu, awalnya gue susah komunikasi sama dia. Apapun yg gue berusaha omongin sama Jati, dia cuman diem aja. Dari sabar sampe bete banget udah pernah gue alamin waktu mengajar si Jati yg waktu itu masih duduk di kelas 1 SD. Btw, nilai-nilai Jati juga agak low, jadi gue bener-bener harus mengerahkan ide dan tenaga supaya si Jati ini mau belajar sama gue dengan berkomunikasi 2 arah. Lama kelamaan, puji Tuhan lagi nih, Jati mulai bisa diajak komunikasi 2 arah. Bahkan, nilai-nilainya yang tadinya kepala 5 dan 6, bisa naik jadi kepala 8 :') Saat pertama kali Jati dapet nilai 8, gue seneng bukan main! Gue bersyukur banget gue bisa membimbing Jati sehingga kehebatan dia yg sesungguhnya bisa muncul hehe.
   Cerita di tempat les di kali pertama gue ngajar itu banyak banget. Dari prihatinnya gue sama seorang murid laki-laki yg berperilaku kayak anak perempuan, yang kemudian dia curhat suka dikata-katain sama temennya, adanya murid-murid cewek genit yg suka-sukaan sama murid cowok yg paling ganteng, lalu sampe seorang murid yg juga gue inget namanya, yaitu Moses.
   Moses itu adalah seorang anak berpipi gembil yang lucu dan juga bandel. Dia sering banget isengin gue dan pura-pura nggakmau ngerjain soal yg gue kasih. Tapi, justru pada akhirnya dia yg paling deket sama gue. Dia bahkan pernah main ke rumah gue dan ngebawa anjing gue yg gualak itu jalan-jalan. Ah, kangen deh rasanya sama si iseng kecil itu :) Well, intinya gue sayang banget sama anak-anak murid di tempat les pertama gue itu. Rasanya, gue pengen banget ketemu mereka semua lagi :( Ohya, boss pertama gue itu juga baik dan lembut banget. Tapi, gimana pun juga ada kekurangan di tempat ngajar itu sehingga akhirnya gue memutuskan untuk quit. Waktu itu masalahnya adalah waktu. Gue sering ditelpon untuk dateng saat itu juga, yg dimana kondisinya gue baru pulang kuliah. Nah, karena gue merasa kewalahan, pada akhirnya gue dengan berat hati harus memutuskan untuk keluar.

   Kesempatan kedua untuk menjadi seorang pengajar/pembimbing gue dapet dari dosen gue yg menunjuk gue untuk menjadi seorang tutor bahasa Inggris untuk para mahasiswa junior. Waktu itu gue berharap banget untuk nggak dapet kelas IT, karena gue takut isinya cowok semua hahaha. Gimana pun juga, menjadi tutor mahasiswa merupakan hal baru bagi gue dan gue saat itu juga masih duduk di semester 3 sedangkan junior-junior gue duduk di semester 1. Untunglah, ketakutan gue waktu itu nggak terjadi. Malah sebaliknya, gue merasa bahagia banget bisa jadi tutor kelas 01 POT jurusan IT. Anak-anaknya menyenangkan dan baik-baik banget. Gue bahkan bisa deket sama mereka dan menikmati peran gue sebagai tutor untuk mereka. Puji Tuhan lagi nih, bagi mereka gue itu menyenangkan :p Hehe bagus, deh, seimbang! :D
   Gue juga berterima kasih sama anak-anak 01 POT kala itu karena meskipun kelas gue tidak dihitung absen sama sekali, hampir separuh dari kelas itu tetap setia mengikuti kelas gue. Dari 69 orang, bisa hampir 30 orang yg mengikuti kelas gue. Jadi, gue nggak perlu merasakan sedih karena kelas gue kosong. Puji Tuhan nggak pernah gue mendapati kejadian kayak gitu.
   Tibalah waktunya perpisahan. Di hari terakhir gue menjadi tutor bahasa Inggris di kelas 01 POT, gue meminta mereka untuk menulis kesan dan pesan untuk gue selama mengajar. Gue minta mereka untuk nggak usah menulis nama mereka supaya mereka bisa bebas menulis apapun tanpa ada beban. Puji Tuhan, isinya bagus-bagus, bahkan bikin gue terharu hehe. Lucunya, meski gue minta untuk nggak usah nulis nama, mereka diem-diem nulis nama mereka :D Mungkin mereka mau supaya gue tetap inget sama mereka, and well, they made it! How could I forget such sweet guys like you, guys? :) Beside, I make new friends and I'm thankful for it.
 
   Kesempatan ketiga datang untuk gue menjadi seorang pengajar. Masih inget jelas betapa happy nya gue pada bulan November 2011 kemarin, waktu gue mendapatkan pekerjaan menjadi seorang guru les bahasa Inggris di Green Garden, Jakarta Barat. Waktu itu gaji awal gue cukup besar sehingga gue bisa memakai gaji gue untuk traveling ke Jogja dan juga uang shopping dan hanging out. Puji Tuhan, gue jadi jarang banget minta uang tambahan ke orangtua hehe.
   Tentu aja, nggak semua hal enak gue dapetin selama kerja di situ. Higher income with higher risk, tentunya. Boss gue baik, tapi nggak sebaik itu. Orangtua murid juga cenderung perfectionist dan unfriendly. Gue maklumi karena mereka berasal dari kalangan borju yg berpikir, "gue udah bayar mahal, gue mau dapet yg terbaik dong, tentunya!" Beberapa murid gue di awal-awal juga ada yg sedikit sombong dan susah diatur. Untunglah, lama-lama gue mampu menyimbangi mereka :D Jarak tempat les-rumah yg jauh juga sering membuat gue kecapekan dan pontang-panting ngerjain tugas. Tidur larut malam juga udah jadi makanan gue sehari-hari kala itu.
   Namun, murid-murid gue merupakan salah satu penyemangat gue untuk tetap mengajar waktu itu. Terutama Raphael, my sweetest kid. Si tampan yg satu ini jadi sahabat gue selama mengajar di situ. Raphael itu anak yg pintar dan kritis. Menjadi guru privat Raphael merupakan tantangan yg cukup tinggi karena selain dia murid sekolah internasional, dia juga merupakan anak yg doyan cerita. Maklum, anak kecil. Persis adek bungsu gue, deh! Terkadang, karena sukanya dia bercerita sama gue, waktu belajarnya jadi kebuang, deh. Btw, guru-guru lain bilang, gue cepet banget bisa beradaptasi sama si Raphael ini karena guru-guru sebelumnya cenderung susah deket sama dia. Puji Tuhan, bukan? Hehe. Raphael juga pernah ngasih gue permen, coklat, dan bahkan sepaket spidol lucu yg dia beli waktu jalan-jalan ke Singapore. Padahal apa sih yg gue kasih sama bocah itu selain telinga setia dan permen karet, cemilan favorit dia? :D How nice this little man is.
   Kemanisan Raphael tingkat tertinggi adalah waktu gue mengutarakan niat untuk berhenti mengajar dikarenakan waktu yg nggak memungkinkan lagi pada bulan Mei kemaren. Raphael mengajukan berbagai pilihan supaya gue nggak jadi berhenti mengajar. Inilah pilhan-pilihannya:
1. Ganti jadwal kuliah
2. Keluar kampus
3. Pindah kampus
4. Pindah rumah ke daerah Green Garden
5. Jadi guru les kumon dia aja
6. Karena gue bilang gue nggakbisa matematika, dia nyuruh gue les kumon bareng sama dia
7. Jadi guru les piano dia aja
8. Kerja di Mcd Green Garden (supaya bisa tetep ketemu)
   Ah, kan, sedih jadinya gue nulis begini hahaha. Betapa manisnya anak itu! Dia bahkan sampe menyalahkan dirinya dengan bilang. "I know that I'm too noisy, that's why you want to quit, miss". It's not, dear. I love you too much and I love teaching there, but it's just I can't teach there any longer. So sorry :""( My heart was breaking for sure when I had to quit, when I had to leave my students. Sedih banget rasanya.
   Murid-murid gue yg lain pun begitu. Mereka minta gue untuk memikirkan lagi untuk tidak berhenti mengajar di situ. But, I just can't. Ada yg ngambek lah, bilang gue yg give up sama mereka (of course noot!) sampe mereka pun nyerah dan nanya, "Can you visit sometimes?" Which the answer is, "With my hugest pleasure ever".

   Jadi guru emang nggak gampang. Selain harus terus belajar dan berusaha untuk terlihat 'sempurna' karena guru harus jadi seorang panutan, jadi guru juga harus memastikan anak-anak berprestasi dan berbudi baik. Jadi guru juga merepotkan. Kenapa merepotkan? Karena ada hal yang bernama 'perpisahan' dan rasa sedihnya merepotkan hati sekali. Jadi guru juga bukan cuman mengajar materi doang, namun harus punya telinga yg setia mendengar, tangan yg selalu terbuka untuk menolong, dan hati yg senantiasa anti penuh untuk membagi kasih. Well, sebagai seorang guru, gue juga menjadi seorang murid. Kenapa? Karena murid-murid gue sukses mengajarkan gue arti berbagi kasih dan berbagai pelajaran berharga lainnya. Ah, I miss my students already. They are such little angels that God sent to me to teach me how to be a human.
   Well, I love you my students. Thanks for everything you guys give to me. Thanks for the love. Thanks for the lesson. I miss you so much. Be good, be healthy, and grow up well. Draw a smile every single day because you're too precious to be sad.
   I believe I'll meet my students again someday because we should meet again. See you, dolls. I love you. I love you. I love you.



Biggest love. Tightest hug. Much kisses,



Miss Esra.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar