Minggu, 30 Oktober 2011

Becoming a Runner Up!

   Actually, I'm now doing my assignment(SSS) - it's more than one, so I'm using triple "s"! - but suddenly I remember one thing! I-haven't-posted-my-story-about-becoming-a-runner-up! Hihi :p Well, I will break from my assignment(SSS) for some minutes to complete my story! B-)

   It's last week (22/10/11). Gereja gue mengadakan festival Vocal Group untuk kategori remaja+pemuda/i berdasarkan WIJK (daerah perumahan tinggal jemaat). Kebetulan WIJK tempat gue tinggal bernama WIJK Galilea. Ohya 1 team diharuskan berjumlah 7-10 orang. Besar hadiah adalah: Juara I mendapatkan Rp 10.000.000,- Juara 2 mendapatkan Rp 7.000.000,- Juara 3 mendapatkan 5.000.000,- Juara harapan I,II,III mendapatkan @ Rp 1.000.000,- dan 4 team yang tidak mendapatkan juara diberi @ Rp 500.000.-. Singkat cerita, melalui proses panjang pemilihan personel tetap WIJK gue, yaitu WIJK Galilea, akhirnya terkumpul lah 10 orang. They are: I myself (berperan sebagai suara 1 & mendapat bagian solo), Ester (adek gue, berperan sebagai suara 2 & mendapat bagian solo), Elda (yeah, adek gue lagi; sebagai pianis team kami), John (berperan sebagai suara 1), Bobby (berperan sebagai suara 1), Herry (berperan sebagai suara 1), Masta (berperan sebagai suara 2 & mendapat bagian solo), Gerald (berperan sebagai suara 1), Rina (berperan sebagai suara 3), dan Mariana (berperan sebagai suara 1). Gue, merupakan the oldest personnel :D Dan secara nggak langsung jadi "mommy" nya anak-anak. Btw, range umur mereka 13-19.

   Sewaktu latihan yang cuman sekitar 7x, kita tuh banyak menemukan kendala-kendala. Kita banyak banget cekcok waktu latihan hahaha. Untungnya, pelatih kita, yaitu bokap gue sendiri, memandu kami dengan baik sekali. Awalnya gue udah sempet hopeless karena vokal kita masih hancur-hancur dan nggak sesuai, tapi menjelang hari H lomba, kita memukau diri kita masing-masing karena team kami sudah jauuuuh lebih baik cara bernyanyi dan koreo grafinya :) :) Singkat cerita, team kami menyabet juara 2!!!!!!!!!! Lega, seneng, bahagia, puas, dan norak deh waktu kami tau kalau kami mendapat juara 2 hahahaha. Ternyata usaha kami untuk latihan sampe suara habis terbayar sudah :) But, deep down in my heart, I'm kinda missing our group togetherness when practicing. Untuk itu, sehari setelah lomba, kami menghabiskan waktu untuk shopping bareng, lunch bareng, jugaaaa main timezone bareng hehehe. I love my team!! Once again, congratulation Galileaaaaaaa! :)


p.s: The songs we sang are "Tetaplah Hidupmu Dalam Dia" & "Gohi Au Tuhan". Well, unfortunately, there's no video when we're singing :( :( :( :(

Selasa, 11 Oktober 2011

Ubud Writers and Readers Festival 2011

   Hello! I really couldn't wait to write my journey during Ubud Writers and Readers Festival 2011! There are TOO MANY experiences and stories I have to write because my journey during there was really cool! Well, okay, here it is written: my story :)



   On the 3rd October 2011, gue dan kedua temen gue; Delia dan Icha, berangkat ke Bali. This is our longest trip ever without our family around! Kita berangkat ke Bali dalam tujuan menghadiri acara Ubud Writers and Readers Festival 2011 yang disponsori sama ANZ. We're really excited, but also nervous because we had a job there for 5 days! Pesawat yang kita tumpangi (asik, bahasanya baku banget) mengalami traffic light sehingga kami bertiga mesti menunggu keberangkatan penerbangan di dalam pesawat selama kurang lebih 40 menit. Sempet bosen sih, but thank GOD, we arrived in Bali safely, also hungrily :D Waktu nyampe bandara Ngurah Rai awalnya mau maem dulu, tapi taunya supir yg ditugasin sama Miss Nove udah langsung ngejemput kita. Yasudah, kita langsung cuss ke guesthouse tempat kita bakal stay selama 8 hari. Supir ini baik dan ramah banget, loh. And you know what? We found that 90% of Balinese people are really really nice and friendly! :') That was the reason why me and my friends fall in love with Ubud. They got wonderful and warm people everywhere! Huhu *nyeka air mata* Ok, so, that's the beginning of our story.

   Tanggal 4 Oktober 2011, gue dan kedua temen gue bangun pagi-pagi. Rumah Ibu Cat, our lovely guesthouse, sangatlah hijau dan segar. Udaranya jadi sejuk bgt, sampai-sampai gue menghadapi 2 pilihan sulit: lekas bangun buat menikmati sinar matahari pagi, or continue my sleep karena udaranya super enak buat tidur! Lol. Tapi akhirnyaaa pilihan jatuh kepada lekas-bangun-buat-menikmati-sinar-matahari-pagi karena jam 11 kita bertiga harus udah ada di Left Bank Lounge, buat menghadiri briefing. Nah, sewaktu briefing iniii, kita bertiga masih kayak kambing cengok, nggak ngerti mau ngapain. Sempat pula duduk di teras depan lounge dan menghalangi orang-orang untuk masuk-,- Pokoknya kayak anak ilang, deh! Sempat pula terlontar ucapan "pengen pulang" dari mulut kami bertiga karena merasa "lost" banget. Tapi untungnya, ada seorang anak volunteer lain, namanya Tika, yang nyamperin kita lalu ngajak ngobrol sampe kita merasa semuanya bakal baik-baik aja. Dan ternyata, itu terbukti. After we had met Tika, we also met many other people and we talked to them. Once again, they're really nice! Ketakutan kami pun lama-lama lenyap sudah.

   Memasuki masa-masa kerja, yaitu dari tanggal 5 Oktober 2011, "hidup keras" pun dimulai :D Gue menyebutnya "hidup keras" karena selama jadi Volunteer buat UWRF, gue dan ketiga temen gue bukan liburan. Kita bener-bener kerja, bener-bener serius. Sebisa mungkin, gue dan temen-temen gue ini bersikap professional. For an instance: I, Delia, and Icha CANNOT ride a motorbike, padahal di Ubud itu, GAK ADA ANGKOT. Jadi, otomatis selama di sana, kita mesti kesana-kemari jalan kaki or naik sepeda. Jalanan di Ubud itu nanjak, dan dari guesthouse ke berbagai tempat kerja or basecamp (buat ngambil free lunch) itu jauh banget. Misal, dari basecamp ke guesthouse kalau jalan kaki 40 menit plus ngos-ngosan, dan kalau naik sepeda 20 menitan, juga plus ngos-ngosan. Tapi, walaupun begitu, kita nggak pernah terlambat dateng ke tempat kerja, dong! *cieee* Selama di sana kita juga melakukan penghematan, yaitu makan dengan duit seadanya. BUKAN pelit, tapi kita berusaha tidak meminta transferan uang tambahan selama di Bali dari orangtua, jadi buat makan pagi kita SELALU beli S*ri Roti buat sarapan, untuk lunch kita makan makanan gratis yang disediain buat para volunteers di basecamp, lalu for supper? Mie instant :D Tapi untuk makan malam, kita nggak selalu makan mie instant, sih. Kadang kita beli sate yang seharga Rp 6000 or martabak telor seharga Rp 12000 hehe. Impian gue makan ayam betutu di Bali pun pupus sudah :D Eh iya, untungnya makan malam pertama kami di sana ditraktir sama Pande, temennya Miss Nove dan Miss Nove serta Kartika, temannya yang baik hati juga pernah membuatkan kami sarapan hehe :"> Tapi, dengan cara sederhana kayak gini, kita jadi merasa tough dan mandiri, loh! Gue juga merasa sehat banget karena nggak sembarang ngemil-ngemil dan kita membiasakan diri untuk berjalan kaki (Itung-itung olahraga). Kita sadar, kalau kita harus beradaptasi dengan berbagai lingkungan berbeda. Intinya, menyesuaikan diri dimanapun kita berada. Karena toh gue nggak nyesel sama sekali ikutan acara UWRF ini. I got PLENTY GREAT things from this event! Sesuai peribahasa yang berlaku, "Berakit-rakit dahulu bersenang-senang kemudian; Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian". Huehehehe.

   Masa-masa dimana gue kerja sebagai volunteer di bagian Children & Youth Program itu BENAR-BENAR menyenangkan! My partner was a very nice Scottish woman names Christina McMellon. She's a british woman that means she's really good in English :D Gue banyak sekali bertukar pikiran sama dia. She's also an open-minded person, whom I really like. She told me not to be afraid to speak incorrectly because the most important part is I speak. She also said that my English is very great :p I don't know whether she was honest or she just triend to build a good relationship with me, but I don't care! She's my great partner and we're friends! :D Who cares about grammar? :D Nah, selama kita berdua kerja di bagian Children & Youth Program, kita merasa klop banget. We were working to help the writers when they held a seminar in Bale Banjar Ubud. Sometimes, pekerjaan gue merangkap sebagai translator, terutama ketika seminarnya merupakan bilingual section, juga sebagai translator untuk Christina, karena di seminar yang bukan bilingual section, she couldn't catch anything! Of course it happened because Christina only speaks English and Lao; (she's now living in Laos, taking her phD). I don't mind it because it's one of great opportunities for me to improve my English, wasn't it? Huehehe.

                                            (My volunteer ID card)

                                            (My volunteer friends & I)

   Selama mengikuti UWRF 2011, gue banyak mendapatkan teman-teman dari mancanegara: Australia, Inggris, Amerika, India, dan dari berbagai belahan wilayah Indonesia. Di situlah gue juga merasakan gimana bahagianya gue waktu gue banyak menemukan teman-teman dengan kesamaan interests dengan gue. Kami sama-sama suka belajar budaya, lalu kita melakukan perbincangan pertukaran budaya. Kami sama-sama suka nulis, jadi gue diberi tahu mengenai peluang-peluang untuk mempublish tulisan-tulisan gue. Kami sama-sama suka baca buku, yang membuat gue bisa sama-sama mengeluhkan ending mengecewakan dan cheesy dari sebuah buku bagus. Kami sama-sama suka travelling, yang membuat gue dapet "janji" bahwa suatu hari nanti, kalau gue berkunjung ke negara/kota tempat dimana mereka tinggal, gue boleh tinggal gratis tis tis di rumah mereka (asik abis). Selain mendapatkan teman-teman yang seumuran dan berusia lebih tua, gue juga mendapatkan teman-teman kecil yang berasal dari 2 SMP di daerah Bojonegoro. 5 hari gue kerja di bagian Children & Youth Program, 4 kali lah, anak-anak ini menghadiri seminarnya. Gue pun jadi mengenal mereka, beserta guru-guru mereka, juga student Liason mereka, mbak Amel. And you know what? I think I was really  blessed because they are super kind and sweet! Gue sering bercanda sama anak-anak ini, terutama waktu mereka kedapetan ngomongin anak bule yang ganteng pake bahasa Indonesia, dan ternyata busted banget: si anak bule ini bisa ngomong bahasa Indonesia :D :D Guru-guru mereka juga baiknyaaa ya ampun. Gue nggak tahu kenapa gue sangat terberkati bisa mengenal orang-orang baik kayak mereka, deh! Di hari terakhir gue ketemu anak-anak manis ini serta guru-gurunya, yaitu di acara closing party, gue sempat meninggalkan teman-teman gue untuk ngobrol-ngobrol juga taking pictures together with these Bojonegoro people. It was really fun! Tapi, juga agak mengharukan karena gue inget banget salah satu dari mereka bilang ke gue, "Mbak, ini hari terakhir kita ketemu, ya. Besok kita udah pisah". Huhu :( :( *masih terharu ingetnya* Mereka juga kemudian menanyakan facebook serta my cellphone number. Lalu mereka juga sempat nanya-nanya tentang Jakarta, karena sebagaian besar dari mereka belum pernah ke Jakarta. Meilina, salah satu dari anak-anak itu bilang sama gue bahwa di Bojonegoro itu terkenal sebagai wilayah penghasil minyak. *Sip! I've put it on my memory, dear!* Ohya gue juga bertanya sama mereka bahwa kalau suatu hari nanti gue berkunjung ke Bojonegoro, bolehkah gue nginep di rumah mereka? And their answer was really sweet: "Boleh banget, mbak" :"") Gue juga berjanji, kalau mereka dateng ke Jakarta gue bakal jadi free guide mereka yang juga bakal menyediakan free home stay! Aaaa, they're such little angels! I miss them already, anyway...

   Having parties and attending seminars during UWRF 2011 were also great memories to be remembered! Saturday night party was SUPERB GREAT! :D We were dancing under the moon happily! Sempat juga hujan rintik-rintik tapi nggak membubarkan kebahagiaan kita malam itu. We kept dancing until mid night! :D It was really fun. Bahkan temen gue, seorang anak India polos aja ikut joget walaupun sambil bawa ransel di punggungnya :D Lucunya, temen gue yg paginya kerja bareng gue buat seminar anak-anak, ternyata malam itu berubah menjadi seorang DJ! Haha, super kewl! Mereka merupakan orang-orang yang professional, dan baik hati sekali. Sumpah, gue sama sekali nggak menyesal kenal sama mereka semua. Hiks!

   Menghadiri seminar juga merupakan hal yang menyenangkan. Karena dari berbagai seminar yang sempat kami hadiri, kami mendapatkan banyak wawasan tambahan; terutama mengenai kehidupan. Gue belajar banyak mengenai karakter orang melalui seminar-seminar UWRF. Salah satunya adalah seminar metalnya mbak Djaenar Maesa Ayu, seorang penulis kontroversial yang menurut gue, merupakan salah seorang pekerja seni hebat melalui karya-karya beraninya. Cok Sawitri juga merupakan senimanwati yang inspiring bagi gue, terutama untuk hasil-hasil karya theaternya, yang even gue nggak terlalu ngerti cukup membuat gue merasa HARUS berani tampil beda dan sekali lagi, open-minded. Dan Trinity, penulis favorit gue, yang 2 seminarnya nggak bisa gue hadiri karena bertabrakan sama jam kerja gue di sana, ternyata sangat murah hati. Gue sempet ketemu dia, ngobrol, juga foto bareng dan dapet tanda tangan seusai dia menjadi chair dari sebuah seminar. Pokoknya, acara UWRF ini sangat sangat sangat bermanfaat bagi gue, dan banyak sekali memberikan gue pelajaran bagus dan berarti buat bekal hidup gue nantinya. Juga yang lebih penting, friends. I got so many friends from all around the world. Because of that, tanggal 9 Oktober 2011 pada malam harinya, dimana gue dan temen-temen harus berpisah dengan teman-teman sesama volunteer lainnya, merupakan perpisahan berat yang sempat bikin gue nggak pengen pulang ke rumah. Kita saling berpelukan nggak rela gitu. Gue, yang awalnya nggak bisa jauh-jauh dari keluarga, jadi merasa lebih dewasa dan siap untuk memiliki pengalaman lain berikutnya setelah ikutan acara ini, gladly.

   Tanggal 10 Oktober 2011, gue, Delia, dan Icha berangkat ke bandara bareng sama Christina dan Sudhakar, our Indian friend. Oh iya, gue belum cerita kalau Sudhakar is a very cute guy :D Dia sering digodain selama di sana haha. He's a very nice guy too. Ah, kalau bicara mengenai masalah orang-orang selama di sana, gue cuman punya 1 kata: BAIK! Bahkan ibu dan bapak Wayan serta anaknya, pengurus rumah Ibu Cat juga bikin gue nggak rela pisah karena mereka super duper baik juga ramah. 2 anjing di rumah Ibu Cat, Hammish dan Kalypso juga bikin gue sedih waktu harus kembali ke Jakarta karena selama gue di rumah Ibu Cat, mereka benar-benar manis dan nurut sama gue. Sangat disayangkan gue nggakbisa ketemu Ibu Cat, pemilik guesthouse kita karena beliau lagi di luar negeri. Dari cerita-cerita yang gue dapet mengenai Ibu Cat, gue sangat kagum sama Ibu Cat ini karena dia benar-benar perduli lingkungan serta makhluk hidup. I wish I could meet her. (Terimakasih banyak juga ya, bu, sudah meminjamkan rumahnya selama 8 hari sama kami :) Tuhan memberkati ibu)

   Pokoknya gue rasa gue meninggalkan hati gue di Ubud. Karena gue udah jatuh cinta; jatuh cinta sama semua yang gue alami selama di sana. Gue cuman berharap bisa ketemu lagi sama mereka semua suatu hari nanti :') Well, thank you very much for an amazing opportunity, UWRF 2011. I love and appreciate anything about art so much more than before. God bless Ubud and all people I know from this event. ***



p.s: Bunch of thanks for Miss Novenia, our "mommy" during this festival who is really nice to us. Thanks for everything you did for us during in Ubud. You're really a great lecturer! I'm sorry for any mistakes I did coincidentally or accidentally. God bless you :)

Jumat, 30 September 2011

Jomblo - Jombelo - Jombhlo - Jhombhlo - Jomblow - Whatever

   Jomblo is Single kalo kata orang-orang di negeri Paman Sam sana. Yaa, artinya (lagi) nggak punya pacar. Gitu. Sesimple itukah? Iya, sesederhana itu, sesingkat itu... Tapi, yang gue rasakan tidak sesederhana itu, loh!
   Hmm.. I've been jomblo since.... August 26th 2010-___- Yeah, udah setahun lebih huahuahuahuaua. Miris gak? Nggak juga, sih. Lebih banyak nggak berasa jomblonya ketimbang miris-miris sedih berasa gitu. Eh, sorry ya, gue bukannya nggak laku, loh! Gue emang nggak cantik, bukan tipe cewek-cewek kebanyakan, tapiiii tetep aja dong ada yang suka sama gue, pdkt sama gue, nembak gue. Pokoknya, masih ada kok yang pada pengen jadi pacar gue! Gue juga nggak tau kenapanya mereka pengen jadi pacar gue, tapiiii gue sih yakin gue charming :D Maksut gue, everyone is charming, tau. Everyone is stunning pokoknya :) GOD never makes mistake. HE made us just like HIS look hihi.
   Lanjut nih mengenai jomblo-jombloan. Entah kenapa yaa, hati gue itu belum benar-benar berlabuh sama seseorang. Hati gue emang bukan kapal, sih... Tapi penggunaan majas personifikasi itu bisa memperindah bahasa, loh. #eaa #promosijurusan Gue emang banyak milih, sih, karena berhubung gue udah, ehm, tua, jadi gue pikir lebih baik bersikap bijaklah dalam memilih :D Gue bukannya nggakbisa lagi jatuh cinta, karena kenyataannya gue pernah jatuh cinta lagi sama seseorang. Tapi karena berbagai hal na-ni-nu ba-bi-bu, gue merasa feeling gue ke pria itu hilang begitu aja... Seenggaknya orang itu sempet mengisi hari-hari gue meski kita berlabel "temenan", dan gue bahagia.

   Bagi gue, banyak loh, keuntungan jadi jomblo itu.
   1. Lo bisa bebas kemana kaki lo bawa lo melangkah
       Dulu gue sempet pacaran lama sama seseorang yang over protective. Gue mau ke sini nggak boleh. Gue mau ke situ nggak boleh. Gue mau nonton pertandingan bulutangkis di istora nggakboleh karena dia lagi sakit (apa hubungannya coba?) Gue lagi males sms-an dia marah. Gue ikut kegiatan apaaa gitu, dia marah, nggak dibolehin. Gue sampe lupa. Punya pacar apa punya satpam sih? Rasanya kok apa-apa dibatesin bgt. Padahal kan, pasir semakin digenggam semakin banyak keluarnya. I mean, pacaran over protective itu nggak banget, deh. Taruhan nih, suatu saat nanti yang sering diover protective-in sama pacarnya, mau secinta apapun dia, pasti bakal bosen & pengen putus. Sekarang gue jomblo, jadi kemana-mana enak. Mau belanja abis pulang kampus terus makan es krim cone strawberry sambil nyari ojeg, it's OK. Mau tidur siang abis pulang kampus tanpa mesti sms-in someone dulu bilang, "Aku udah di rumah, nih. Mau tidur boleh nggak?" juga nggak apa-apa. Gue mau melancong ke Bogor naik kereta kayak liburan kemaren juga nggak mesti dilarang sama pacar. Intinya, kemana kaki gue melangkah, di situ gue menemukan kebahagiaan. When I have a boyfriend later, I'll make sure that he will not give me a fence or rein! I wanna be free like a bird. I don't have wings, but I have feet, though!

   2. Bisa sesibukan apapun yang lo mau
       Iya, bisa sesibuk apapun yang gue mau, loh. Gue bisa ikut berbagai kegiatan kampus, bisa main game sampe leher pegel, bisa ngapain aja deh, yang penting sibuk!

   Gue nggak tau keuntungan jomblo apa lagi. Tapi, yang jelas, waktu gue jomblo, gue bisa ngeliat spion masa lalu gue dan mengambil hikmah sama gaya pacaran gue yang dulu; yang mengutamakan pacar bgt. Nggak punya pacar emang kadang nggak enak, karena waktu ada yang nanyain tentang siapa-pacar-lo-sekarang lo cuman bisa ngasih jawaban yang monoton: "jomblo". Nggak punya pacar juga kadang bikin sedih karena pengen punya tempat sandaran waktu lagi capek, kesel, kecewa, marah, sedih. Keluarga sama temen-temen sih ada, tapi kan beda posisi. Tapi buat gue, lebih baik jomblo daripada diiket yang bikin nggak bebas kemana-mana. Lebih baik jomblo daripada punya pacar asal-asalan, yang low quality. Lebih baik jomblo daripada punya pacar tapi kayak nggak punya pacar. Lebih baik jomblo daripada punya pacar ganteng, kaya, baik, tapi gue nggak cinta. Lebih baik jomblo, karena jomblo means masih bisa memilih. Lebih baik jomblo, karena... gue jomblo, dan tulisan ini gue persembahkan untuk para JOM-BLO!



***

Senin, 22 Agustus 2011

Boneka Hilang (Paul's story when he's 5 years old)


 Suatu hari ada orang menebang kayu dan ada suara kikiki dan orang itu takut ternyata itu suara boneka. Orang itu mengambil boneka itu lalu boneka itu dikembalikan pada pemilik bukunya yaitu Elda. ***

:DDDD this is a story which was created by Paul Gordon Tambunan, my only brother. He's now 8 years old and on 17th August he'll be 9. This is his first story created by himself when he was 5. I am so proud of my young brother because he wrote another stories :D It means that he loves writing too just like I do hihiw! I'll post them later!

Curhat Cerita Pendek (Cucepen)


Cerita 1

Hari jumat lalu di kampus (19-08-11), 10 menit sblm UAS SP, gue yg lg sibuk belajar *asek* disamperin 2 cewek. Ternyata mereka KOREAN. Mereka ngmong sm gue pake bahasa Indo & guess what? Seumur hidup, baru kali ini ada yg ngomong Indo sm gue tp gue cengo gk ngerti! huahua. Aksen Indo org Korea lucu abits, cyinn. Dan akhirnya seorg yg namanya Su Jin nanya, "do you speak English?" I said, "yes". Mereka sueneng bgt. Tapi terrnyata mereka mau nyebarin semacem agama sesat gityu deh. *Nah, kali ini gue yg  gak seneng". Untungnya sih iman gue masih good~ Pokoknya gue mah ber "uh-oh" & "and then" ajahh buat nanggepin mereka. Terus lucunya, mereka bilang, "you must be like K-pop! Most Indonesian nowadayas like K-pop so much!" & gue cmn jwb, "Ugh.. not really" wgwgwg :D I just wanna say, thank GOD & semoga itu cewek 2 daripada nyebarin yg aneh2 lbh baik bikin grup macem GAK GAK GAK KUAT aja deh. ok? -fin-

p.s: lupa lagi nih, nitip salam ke pemain bulutangkis korea yang imyut & manis, Lee Yong Dae. ugh..


Cerita 2

Pas pulang dari kampus, gue, si-anak-angkot, juga mengalami satu insiden yang membetekkan. Jadi ada satu mobil sebelah angkot yg gue juga gak gitu ngerti kenapa bikin supir angkot yg gue naikin betekk. Terus ada bapak-bapak penumpang angkot yang pake peci, baju koko, juga sarung tereak-tereak, "Cina pasti tuh yg bawa mobil! Cina ya! Kalau Cina potong aja lehernya!" Ieuw.. Rasisme sekali bapal-bapak freak inihh. Mana ternyata yg bawa mobil cewek pribumi bersama pacarnya, kok! Yeaa, mungkin mereka lg asyik pacaran sambil nyetir gitu kan. Tapi ini bapak-bapak freak udah dibilangin bukan orang Cina yg bawa mobilnya kok masih aja ngomel-ngomel gaje bilang, "Kalau Cina langsung aja tuh bawa ke polda! Gorok aja lehernya!"

Gue benci banget sama orang yang rasisme & gakbisa menghargai perbedaan. Coyyy, di dunia ini NGGAK ADA orang yang punya sidik jari sama. So, artinyaaaaa, semua orang diciptakan Tuhan berbeda-beda! Kalau mau yang sama melulu sihhh, jadi maho ajah sono. Kan sama tuh! Kalau masih mau sama yang beda gender yah, belajar deh menghargai perbedaan. Karena perbedaan itu indah. Ibarat selembar kertas putih yang mau dilukis pake crayon putih, jadinya opo toh? Nothing. Jadi, kalau mau membuat sesuatu keragaman yang indah, kertas putih itu mesti diwarna sama crayon warna-warni juga. So, buat apa sih rasisme? Kampungan, tau nggak? -fin-








FIN.

Juno Mau Dituker? Enak Aja!


Iyalah, enak aja! Bermula pada suatu pagi, beberapa minggu yang lalu. Waktu itu gue lagi di angkot (gak kewl bgt) dlm perjalanan menuju kampus untuk kuliah SP. Ada sms masuk tuh. Ternyata dari bokap. Inilah percakapannya:

Daddy: Hello Dear, ternyata di ktr Bapak banyak pecinta doggie. Coba deh Echa fikirin kita ganti anjing kita dengan yang lebih bagus, soalnya ada yg mau ngasih...

Gue: gakmau pak

Daddy: Nanti nyesel deh... ada yg mau ngasih jenis Akita githu.

Gue: ini aja udah mau nangis mikir juno diganti. gak, pak.

Daddy: He....he....animal just like things. Remember this, Non.

Gue: not really for me. echa yg ngurusn dia dr masih belum bisa jln. pokoknya mah kalau dia gak mati gak boleh diganti..

Daddy: Hmmmm........mmmm, Kl nunggu mati mah lame.....keburu gak ada lagi nyang bagoes.

Gue: msh banyak di toko hewan. pokoknya gakmau ah, pakkk

Daddy: Iya uwes....


   Jadi begitulah isi smsnya. Percakapan singkat sama bokap lewat sms itu sukses bikin gue galau dan menitikkan air mata di angkot, man! Sebel bgt gak sih :" Gue gakmau juno diganti! Apa-apaan.. Gue tuh sebelum memutuskan untuk memelihara anjing lagi setelah vakum selama 5 tahun krn pindah rumah, selalu minta punya anjing tapi gk dikasih. Alesan bokap nyokap krn takut gue nangis bombay tiap anjing gue mati. Ya elah, itu kan natural. I really love animals, especially dogs. Kalau jadi orang kaya gue pengen bgt pelihara singa, harimau, beruang, panda, burung nuri, sama anjing yg banyak! Huhu. Dulu pas masih kecil, waktu punya anjing pun, gue sering ngasih masuk anjing liar yg kehujanan ke dalam rumah. Gue jg ngasih makan mereka. Pokoknya gue suka bgt sama anjing! Akhirnya gue masa bodo sama izin dari bokap nyokap, dan nyari anak anjing kemana-mana, lalu mempersiapkan nama Juno, bahkan sebelum anak anjingnya ada. Lalu ketemu deh, temennya adek gue yg punya anjing mau beranak. Beginilah kisahnya.

   Waktu itu tanggal 22 Desember 2010 adek gue ngasih kabar kalau anjing temennya udah beranak, 3 ekor, jantan semua. Kata nyokap, ambil yg bungsu. Karena menurut mitos (yaelah mamak gue) anjing yg peranakan bagus yang bungsu. Nah, ternyata, seminggu kemudian gue mau ambil anak bungsu si Ciko (nama induknya Juno), majikannya mau rawat yg bungsu, krn gakpunya ekor, jadi menurut mitos (lagi) bakal pinter. Gue pun disuruh ambil yg sulung aja krn paling gendut. Setelah gue angkat si sulung, gue liat lah yang nomer 2, kok lebih unyu yah. Yaudah gue pun memutuskan untuk ngambil yg nomer 2. 2 minggu kemudian si nomer 2 yg gue beri nama Juno ini gue bawa pulang sm saudara gue naik mobil. Si little Juno di dalem kardus, deh. Dia rewel bawel, pengen keluar mulu dari kardus.

   Sampai di rumah, gue sayang bgt deh nih Juno. Berasa impian gue tercapai bgt! Haha~ Dan malam pertama Juno di rumah, jam 2 malem dia nangis-nangis di dalam kardusnya. Nyokap bangunin gue, suruh bikin susu untuk Juno. Akhirnya gue kasih susu deh tuh dengan mata berat bgt karena ngantuk. Tapi ternyata, dia cuman pengen bebas dari kardus. Udah keliatan tuh bandelnya-___- Hari demi hari berlalu (asyek), nyokap dan bokap mesenin, gue harus bener-bener ngerawat Juno. Kalau mau beli segala macem pake duit sendiri. Gue juga yg harus mandiin dia, ngasih makan dia. Ok, gue turutin. No problem dong! Bokap sama nyokap juga wanti-wanti gitu deh. Katanya ini doggie gak boleh pipis dan pup di garasi ataupun halaman rumah. And you know what? Juno is a smart dog! Dia selalu ngegonggong ngasih isyarat tiap dia mau pup. Dia gak pernah tuh pup di halaman atau garasi. Pasti dia selalu pup di luar hihi.

   Juno juga rakus beraaaat. Dia makan apaaaaaaaaa aja! Haha. Waktu masih umur beberapa bulan sih masih suka gue beliin daging kalengan buat anak anjing gitu. Tapi katanya makanan itu malah memicu penyakit cacingan. Dan ternyata, bener. Umur 6 bulan, Juno hampir mati karena penyakit parvo. Penyakit parvo itu penyakit yg paling sering nyerang anak anjing. Umumnya, kalau kena parvo, anak anjing cuman tahan 1 minggu, lalu mati. Gejalanya awalnya gakmau makan, lemes bgt, muntah-muntah. Lama-lama bisa pup dan muntah darah. Waktu Juno lemes bgt dan gakmau makan, gue langsung tau dia kena parvo. Juno yg super rakus gakmau makan bikin gue pusing 7 keliling. Sampe didatengin nyokap seorang dokter hewan buat ngobatin Juno, tetep aja Juno gak ada perubahan. Mana dia super duper galak pula karena perutnya sakit bgt. Akhirnya gue cuman bisa nangis aja dan mikir mungkin umur Juno bakal pendek. Gue udah pasrah bgt. Tapi akhirnya TUHAN ngasih jalan keluar :D Gue nyoba googling ttg obat alami buat parvo, dan ternyata obatnya air kelapa ijo. Malem-malem gue sama nyokap nyari air kelapa ijo dan ketemu!! Juno yg lagi galak bgt itu pun diiket di pager, terus air kelapa ijonya disuntikin ke mulutnya pake suntikan yg tanpa jarum. Dia ngamuk-ngamuk, but I didn't care. I just wanna see him get healthy again! Finally, malam itu juga setelah Juno dikasih air kelapa ijo dan susu putih, besok paginya dia udah mau makan!!!! :D Gue terharu bgt usaha gue itu berhasil! Juno sembuh total dan dia udah bisa jalan, bahkan sorenya dia bisa main dan makannya banyak. Semenjak itu, Juno sehat banget. Dia super lincah, makannya banyak bgt, sampe sekarang, yaitu umurnya 1 tahun 7 bulan. Meskipun suka sok galak sama orang yg takut sama dia, karena badannya guede, dia gak beneran galak. Dia gak pernah gigit orang. Dia cuman sok gertak doang. Dia suka mainin bola kaki, tapi kita gak dibolehin ngambil bolanya dari dia. Dia suka nyelonong lari ke dalam rumah kalau pintu rumah lagi dibuka, lalu duduk di atas sofa ruang keluarga. Dia suka main kejar-kejaran. Dia selalu ngekor kemana pun gue pergi. Dia selalu gonggong kayak nangis kalau anggota keluarga pulang atau mau pergi. Dan kalau ada siapapun yg manggil dia termasuk gue, dia pasti bakal langsung ke arah gue, gak ke yang lain :D
   Pokoknya Juno itu kesayangan gue bgt. Gue yg bener-bener besarin dia, ngurusin, dan ngerawat dia. 80% hidup Juno itu gue yg tanggung jawab. Untungnya, keluarga gue juga sayang bgt sama dia. Mama gue orang kedua yg deket sama Juno setelah gue. Walaupun Juno itu cuman mix breed, gue gak perduli. Buktinya, dari semua 2 saudara Juno dan induknya, badan Juno beda sendiri. Dia gak kate, gak pendek jelek gitu. Badan Juno gede, tinggi. Gue ngerasa berhasil jadi majikan yg baik hehe. Bokap sering mempermasalahkan Juno yg bukan jenis anjing ras, jadi bagi dia Juno anjing kampung. Padahal, temen-temen gue aja yg ngeliat Juno gak kepikiran Juno itu anjing kampung, looh. Dan sekarang, gak ada kata deh, Juno mau diganti sama anjing jenis Pitbull or Akita or Siberian Husky or Golden Retriever, para jenis anjing kesukaan gue. Bagi gue Juno spesial bgt. Gue gak mungkin ngebiarin dia dikasih orang. Yg ada dia dipotong lagi! NO WAY. I don't eat dogs! Ataupun dirawat keluarga lain, gue jg gakmau. Bisa stress dia, terus mati karena sedih. Gak ada kematian yg lebih menyakitkan daripada mati karena sedih kan? Huhu. Pokoknya gue bakal rawat dan pelihara Juno, yg gak pernah gigitin koran baru, yg suka bgt masang tampang melas minta makanan, yg suka bgt manja-manja, yg songong gakmau nyalam kecuali kalau nyokap yg minta (dia takut sama nyokap krn nyokap tegas sama dia hahaha) sampe dia udah tua bgt. Untungnya sekarang bokap lagi belajar ngerti, kalau gue gak akan pernah mau Juno diganti-ganti. Mungkin bokap takut kali ya, kalau suatu hari Juno mati gue bakal nangis parah berhari-hari. Karena dia sering pesenin untuk jangan terlalu sayang sama binatang peliharaan, atau apapun, karena suatu hari pasti pergi juga. Yah, gue kan emang cengeng bgt ya. Apalagi kalau udah sayang bgt sama sesuatu. Pokoknya sih, sekarang ya sekarang deh. Whatever happpens, I love my doggie Juno and he cannot be replaced by any kinds of  dogs! Okeokeeee ;)



Kamis, 04 Agustus 2011

Kakak (Short Story)

   Senja itu terasa lebih dingin. Langit bukanlah berwarna oranye yang indah, melainkan abu-abu gelap. Aku menapakkan kaki sembari bersyukur telah tiba di bandara Soekarno-Hatta dengan selamat, meski cuaca tidak terlalu bersahabat. Hari ini aku kembali ke Jakarta, setelah 5 tahun lamanya menetap di New York. Aku begitu rindu kota kelahiranku ini. Kata orang, rumput tetangga lebih hijau. Namun hal itu tidak berlaku bagiku. Kehidupanku selama 5 tahun di New York memang cukup baik. Aku memiliki pekerjaan yang tetap dan menghasilkan banyak uang. Kehidupan sosialku juga sangat baik. Kota New York merupakan kota yang glamor. Di sana selain bekerja, aku juga sering bersenang-senang. Siang bekerja, malam berpesta. Istilahnya, "work hard play hard". Tetapi jauh dari hingar-bingar kehidupanku yang menyenangkan di New York, aku selalu ingin kembali ke Jakarta; kembali menjumpai kakak.

   Kakakku adalah sosok yang aku idolakan. Ia berusia 4 tahun lebih tua dibanding ku. Ia memiliki kulit cerah serta mata cokelat yang cantik seperti ibu. Sedangkan aku, lebih mirip ayahku. Kami berdua berkulit coklat dan berlesung pipit. Warna rambut ku dan kakak sama-sama hitam. Namun aku berambut lurus dan tebal, sedangkan kakak memiliki rambut ikal. Bentuk tubuh kakak tidak terlalu semampai seperti aku. Ia agak sedikit gemuk, sedangkan aku memiliki tubuh semampai dan bagus. Walaupun orang-orang berkata aku merupakan seorang gadis cantik, aku lebih ingin menjadi seperti kakak. Ia memiliki wajah yang selalu tersenyum dan ia selalu membawa keceriaan dimana pun ia berada.
   Nasib aku dan kakak tidak terlalu baik. Saat kakak berusia 15 tahun dan aku berusia 11 tahun, kedua orangtua kami mengalami kecelakaan yang merengut nyawa mereka. Aku dan kakak pun dirawat oleh paman dan bibi kami. Kehidupan kami bersama mereka tidak terlalu baik. Mereka seringkali mengacuhkan kami. Bahkan paman pernah hampir berbuat yang tidak senonoh kepadaku ketika ia sedang mabuk. Ya, paman merupakan seorang pemabuk. Saat aku ketakutan hampir dijamah paman, kakak langsung menghampiri kami. Ia menjadi seorang pahlawan untukku. Kakak menggengam erat tanganku, kemudian membentak paman agar menjauhi ku. Kejadian itu sangat membuat aku makin menyayangi kakak. Ia merupakan pelindungku, juga sahabatku. Kakak juga merupakan seorang pribadi yang mendukungku habis-habisan untuk mendapatkan beasiswa untuk berkuliah, sama sepertinya. Menurutnya, cara itu satu-satunya agar kami berdua bisa berkuliah. Paman dan bibi kami tak mau menyekolahkan kami sampai ke bangku kuliah. Berkali-kali mereka tekankan bahwa menampung kami berdua saja sudah merupakan keuntungan besar bagi kami.

   Aku dan kakak menyelesaikan kuliah kami berdua dengan baik di sebuah universitas di Adelaide, Australia. Kami benar-benar mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan kuliah. Aku mengambil jurusan akuntansi, sedangkan kakak mengambil jurusan psikologi. Kami tumbuh menjadi pribadi yang sukses dan menyenangkan. Selepas kuliah, kakak melepas masa lajangnya dengan dinikahi oleh pria yang telah dipacarinya selama setahun. Aku sangat bahagia melihat kakak bahagia dengan suaminya. Perjalanan cintaku sendiri tidak cukup mulus. Banyak pria yang hanya singgah di hidupku. Mereka menyukai aku karena parasku, tak lebih. Aku hampir tidak pernah merasakan cinta yang sebenarnya. Sekalinya aku jatuh cinta, pria itu meninggalkan aku. Aku terlarut dalam sakitnya patah hati selama berbulan-bulan. Kepribadianku menjadi lebih keras, namun rapuh. Di saat kehidupanku sedang goyah, pekerjaanku menjadi terbengkalai. Di saat itu pula, kakak lagi-lagi menjadi pahlawanku. Ia mencoba untuk membantuku dengan menawarkan untuk ikut tinggal bersama ia dan suaminya, di saat umur pernikahan kakak baru memasuki tahun ketiga. Ia ingin memastikan aku tidak pernah sendiri dalam melewati berbagai kesusahan di hidupku. Awalnya aku keberatan karena tidak ingin merepotkan kakak, tetapi kakak memaksa dan aku tahu, di saat-saat berat seperti itu, aku benar-benar ingin kakak ada di sampingku.

   7 bulan tinggal bersama kakak dan suaminya membuat kehidupanku kembali tertata dengan baik. Setengahnya pengaruh dari kasih sayang kakak yang selalu setia untukku, namun sebenarnya sebagian besar, karena aku jatuh cinta kepada Raymond, suami kakak.
   Raymond merupakan seorang pria yang baik. Awalnya ia memperlakukan aku sebagai adiknya. Ia bersikap perhatian, sama seperti kakak. Namun entah kenapa, lama-kelamaan tumbuh cinta di antara kami berdua. Aku jatuh cinta kepada Raymond, dan Raymond pun jatuh cinta kepadaku. Perlakuan Raymond mulai istimewa kepadaku, dan aku menikmatinya. Aku tahu aku salah, tetapi aku benar-benar jatuh cinta kepada Raymond. Sampai suatu hari kakak memergoki kami berciuman di dapur, di saat kami pikir kakak masih mandi. Kakak sangat marah. Aku tahu hatinya hancur. Belum pernah ku lihat kakak sangat kecewa kepadaku. Ia memaki kami, tersungkur dan menangis. Hatiku rasanya juga terkoyak melihatnya demikian. Raymond tidak melakukan apa-apa. Sebelum kakak mengusir aku dan Raymond, Raymond sudah lebih dulu mengajak aku mengemasi barang-barang kami dan pergi meninggalkan kakak. Betapa berdosanya aku ketika aku menyadari bahwa di malam itu, aku merasa bahagia karena ternyata Raymond lebih mencintai aku dibanding kakak. Aku memang menyayangi kakak, namun hari itu aku buta. Aku dibutakan oleh cinta terlarangku kepada Raymond. Aku dan Raymond pun pergi meninggalkan kakak. Perceraian kakak dan Raymond berlangsung segera setelah peristiwa malam itu, kemudian aku dan Raymond memutuskan untuk meninggalkan Indonesia untuk menikah dan menetap di New York.

   Ku pikir cintaku yang kuat terhadap Raymond merupakan kisah indah yang bisa menguatkan aku untuk melupakan rasa bersalahku terhadap kakak. Tetapi, aku salah. Setiap kali memandang mata Raymond, aku merasa berdosa. Aku tahu kakak begitu mencintai dan mempercayai aku dan Raymond, namun alangkah jahatnya aku dan Raymond, telah merengut kebahagiaan kakak secara paksa dan merusak hidupnya.
   Umur pernikahan aku dan Raymond ternyata lebih singkat dibanding pernikahan kakak dengannya. Hanya 1,5 tahun aku mampu menjaga biduk pernikahanku dengan Raymond. Kami sering diliputi pertengkaran, sampai akhirnya kami memutuskan untuk bercerai. Seusai bercerai perasaan bersalah terhadap kakak semakin menyakitiku. Aku tahu aku sudah sangat berdosa dengan menyakiti hati wanita yang sangat menyayangi dan melindungku dari kecil itu; tetapi aku sangat merindukan kakak.
   Bertahun-tahun aku bergulat dengan pikiranku sendiri; memutuskan untuk menghubungi kakak lagi atau tidak. Aku rindu sekali pada kakak, dan ingin sekali mendengar suaranya serta menemuinya. Aku ingin sekali kakak memaafkan aku. Aku sudi bersimpuh di kaki kakak untuk mendapatkan maafnya. Tetapi aku merupakan seorang pengecut. Aku terlalu takut kakak tak akan pernah mau memaafkan aku. Terlebih pernah suatu kali aku yang memberanikan diri menelefon kakak, namun setelah mengetahui bahwa si penelefon adalah aku, kakak langsung mematikan telefonnya. Aku tahu mengapa kakak berlaku demikian. Aku sudah meremukkan kehidupannya, melukainya sangat dalam. Tidak heran jika kakak tak mau memaafkanku. Tapi aku, si tidak tahu terima kasih ini, ingin sekali suatu hari kakak akan membukakan pintu maafnya untukku.

   Cukup sudah selama 5 tahun aku berpisah dari kakak. Aku bertekad untuk kembali ke Indonesia untuk menemui kakak. Aku akan berjuang untuk mendapatkan maafnya. Dengan menguatkan diri, aku rencanakan kepulanganku ke Jakarta. Setelah tiba di bandara Soekarno-Hatta, aku pun memutuskan untuk segera menemui kakak. Tak ku pedulikan rasa lelah yang menyengat akibat perjalanan belasan jam untuk tiba di Jakarta. Aku hanya ingin bertemu kakak.
 
   Aku bersyukur kakak belum pindah dari rumahnya yang sebelumnya sehingga aku masih tidak perlu lagi mencari-cari kakak. Sampai di rumah kakak, aku perhatikan beberapa tetangga yang aku kenali memasang mata tajam terhadapku. Ada hinaan yang tersirat dari pandangan mata mereka terhadapku. Aku berusaha tersenyum pada mereka, namun mereka tidak membalas. Aku memaklumi sikap ketus mereka terhadapku. Manusia seperti apa yang tega menusuk kakak kandungnya sendiri lalu merebut suaminya? Aku memang terkutuk.
   Aku merasakan tanganku basah karena gugup seusai memencet bel rumah kakak dua kali. Jantungku berdegup tak karuan. Berbagai pertanyaan berkecamuk di dadaku. Akankan kakak menerimaku untuk masuk ke rumahnya? Masih marahkah kakak padaku? Sudikah kakak memaafkan aku? Rindukah ia padaku?
   Perlahan pintu rumah kakak terbuka. Aku melihat wajah kakak saat pintu itu terbuka. Kakak bertubuh kurus sekarang. Matanya sayu, namun aku tetap melihat wajahnya terpancar cantik. Kakak terkejut melihat siapa yang ada di balik pintu rumahnya. Ia hampir menutup pintu rumah, namun aku segera menahannya.
   "Kak, aku mohon biarkan aku masuk", ujarku sambil menahan kakak menutup pintunya. Mataku segera basah. Kakak terdiam sejenak.
   "Aku ingin bicara kak, aku mohon biarkan aku masuk ke rumahmu..." aku memelas. Air mataku mulai mengalir. Kakak menyadari tangisanku dan membiarkan tanganku mendorong pintu hingga terbuka. Ia menangis. Aku merasakan sakit yang amat dalam melihat air matanya.
   "Aku minta maaf, kak", ujarku lirih, tenggelam dalam tangisan. Kakak masih mematung, namun air matanya mengalir deras membasahi lehernya. Aku pun berlutut.
   "Aku tahu aku sudah sangat menyakitimu, kak. Aku tidak tahu diri, aku benar-benar tidak tahu terima kasih. Maafkan aku yang sudah buta, kak. Aku mohon maafkan aku, kak. Aku rindu kakak. Aku mohon maafkan aku, kak..." aku semakin terisak. "Aku hanya minta kakak untuk memaafkan aku. Aku rela kakak menamparku berkali-kali karena kakak tidak sempat melakukan itu, kak. Aku tidak akan peduli sakitnya tamparanmu, kak. Jika kau tidak ingin melihatku lagi setelah ini aku juga akan pergi kak, tapi aku mohon maafkan aku, dan biarkan aku memeluk kakak untuk yang terakhir, karena aku rindu sekali padamu, kak", lanjutku dengan terus menangis.
   Keajaiban terjadi. Kakak membantuku berdiri dan kemudian memelukku. Aku kaget namun segera membalas pelukannya dengan sangat erat. Kami berdua tenggelam dalam tangisan kami.
   "Aku juga rindu padamu, Carlie. Aku memaafkanmu. Tolong, jangan pernah pergi lagi", ujar kakak. Aku merasakan keteduhan yang amat sangat. Hati kakak pasti sangat besar untuk menerima permintaan maaf dari seorang adik yang tidak tahu diri ini. Aku bersyukur memiliki kakak seperti dia. Aku akan melakukan berbagai cara untuk mengembalikan dunianya yang indah. Aku ingin menyaksikan kakak bahagia sampai akhir hidupnya. Terima kasih sudah memafkaanku, kak.***





by: Esra Masniari Tambunan

Sabtu, 09 Juli 2011

Nggak Akan Kemana-mana

"Hey kamu yang sedang resah di sana
Tenang aja, aku nggak akan kemana-mana
Aku bakal diam di sini"


"Kamu yakin?
Aku takut kamu lari
Semenit atau dua menit bisa bikin aku resah nggak liat sosok kamu"


"Aku janji".


"Tapi..."


"Aku janji"

Kamis, 07 Juli 2011

Hujan

   Saya suka banget sama hujan. Ya rintiknya, ya awan mendungnya, ya hawanya, ya baunya, ya segala tentang hujan pokoknya. Saya tau sih, habis hujan itu becek, tapi saya tetap cinta sama hujan. Mau hujan badai kek, mau hujan yang gerimis doang, saya tetep cinta mati sama si hujan ini. Bagi saya, TUHAN itu emang dahsyat banget! Selain ngasih matahari yang cantik dengan kilaunya yang kayak emas, DIA juga ngasih pelangi dengan warna-warni yang amazing. Hujan, merupakan salah satu ciptaan TUHAN yang paling saya suka. Selain hujan, saya juga kagum sama bulan dan bintang. Jangan heran kalau langit malam lagi rame banget sama taburan bintang-bintang yang super cantik dan bulan sabit atau purnama lagi bertengger, saya pasti kegirangan sampe bisa loncat-loncat. Tapi sayangnya, di kota udah jarang keliatan bintang yang banyak, ya :(


   Kalau hujan turun biasanya saya duduk di teras sambil ngelus-ngelus anjing saya, Juno, terus nikmatin hujan gitu aja. Waktu tahun baru 2011 kemaren, saya malah ngomporin adek-adek dan sepupu-sepupu kecil saya yang lagi pada di rumah buat rame-rame main hujan. Awalnya mereka ragu, tapi lama-kelamaan mereka semua mau, dan kita lari-lari ketawa-ketiwi di tengah hujan. Para orangtua kami ketawa ngeliatin kami yang asik-asikan main hujan. Mereka kebanyakan bilang, "Echa ini, udah gede masih aja main hujan". Saya sih, bersyukur aja, di umur saya yang waktu itu mendekati 20, saya masih berjiwa muda dan tau caranya bersenang-senang hehe.
 
   Waktu hujan badai saya pernah jalan di komplek nggak pake payung. Jadi saya habis pulang dari kampus, terus pas turun dari angkot, hujan turun lebat banget. Ada angin kencang pula. Awalnya saya pake payung pas jalan kaki menuju rumah, tapi ternyata payungnya kalah kuat. Yaudah, alhasil saya putusin buat jalan kaki di tengah badai itu. Hasilnya? Saya cuman ngerasain basah kuyup yang segar :D Waktu naik ojeg dan hujan turun juga saya nolak buat pake mantel hujan yang disodorin sama abang ojegnya. Saya lebih milih nikmatin hujan itu hehe.


   Kenapa saya suka hujan? Alasannya bukan karena saya sama salah seorang mantan saya pernah jalan kaki di bawah gerimis-gerimisan atau duduk di taman waktu sedang hujan. Hal itu emang manis, tapi saya suka hujan dari dulu, dari sebelum punya pacar, dari saya masih kecil. Saya suka main hujan, kalau dibolehin mama. Biasanya waktu masih SD saya main hujan telanjang-telanjangan di depan rumah saya sama adik saya haha. Tapi mama jarang banget bolehin saya main hujan. Alasannya ya takut sakit. Tapi, saya belum pernah sakit karena hujan-hujanan. Untunglah :)


   Saya suka hujan. Hujan di pagi hari itu indah dan damai. Hujan di siang hari menyejukkan. Hujan di malam hari itu sexy dan cantik. Ibarat sebuah kata, hujan itu sempurna. Walaupun seringkali orang-orang menggambarkan hujan itu cocok dengan suasana patah hati atau galau, atau bahkan kesedihan, bagi saya hujan itu malah romantis. Hujan itu keindahan yang menyejukkan hati saya. Saya bisa tersenyum cuman dengan menghirup aroma tanah yang dibasahi hujan sambil memperhatikan butiran air hujan yang jatuh ke bumi. Saya juga bisa bersenandung senang cuman dengan melihat awan mendung mampir; siap-siap mengguyurkan hujan. Saya cinta hujan, itu intinya. Bagi saya, hujan itu tidak kelabu. Bagi saya, hujan itu anugerah.






With love,


Esra Masniari Tambunan

Selasa, 05 Juli 2011

Friends :)

   Hello! Hari ini adalah hari pertama SP, alias Semester Pendek. Semester Pendek adalah masa dimana para anak-anak binus yang lucu-lucu mesti ngulang mata kuliah yg gagal mereka tuntaskan. Dan, uh-uh, I'm one of those people who must repeat a subject too. I failed on Introduction to Literature, which was taught in the 2nd semester, baby! Nyebelin bgt, deh... Gue gagal karena telat sejem pas UAS! Ah, males nyeritainnya. Yang jelas gue gak salah sepenuhnya. Abang metromininya tuh! #guegakjelasbgt

   Hari ini tuh di kelas yang super dingin, suasananya juga super dingin. Semua itu karena di dlm kelas yg berisi 15 org, gue adalah satu-satunya mahasiswi termuda dan terfresh! Yippiiee :D Ok, stop. That's not what I am supposed to say. Maksut gue, semua peserta SP yang sekelas sama gue itu senior, man! Gue, jadi pendiem bgt deh di kelas. Cheesy. Sometimes, ada hal-hal lucu, sih. For instances; pas disuruh perkenalan diri, ada murid di kelas yang kocak.

   "My name is Suparjo. You can call me Jo". Dan serentak yang lain pada nyahut, "Kenapa jadi keren amat". Gue? Hanya tertawa kecil. Imut bgt...

   Kejadian lucunya cuman itu saudara-saudara! Bayangin doooong nggak asik bgt kan!!!? #nggaknyante Biasanya tuh di kelas gue, tiap hari kayak OPEJEH! Gue tuh pasti ketawa mulu, tau. Contohnya, gue punya temen namanya Farly. Sebut saja dia Mawar. OH IYA! Nama aslinya udah gue sebut duluan... Yaudah, anggep aja namanya Farly Mawar #sosweet Nah, suatu hari temen gue yang namanya Ipan (Nama plesetan) cerita sama gue kalau Farly Mawar bilang gini,
 
   "Lo pada tau sinetron *** (bukan sensor, si Ipan lupa nama sinetronnya) nggak? Yang main itu kan temen-temen gue semua, loh". LOL. Berasa diceritakan oleh seorang anak kecil ya, bok. Semenjak itu the boys at class call him "Cowok Sinetron".

   Contoh lucu lainnya! Kan gue lagi asik ketawa-ketiwi sambil ngobrol sama Aceng (nama plesetan juga), terus tiba-tiba gue nengok samping kiri, seperti ada seseorang yang mengamati layaknya stranger!! #lebay Ternyata si Leinad (nama dibalik). Gue tanya, "Ngapain lo, lein?" Dia jawab, "Nguping", dengan tanpa ekspresi. Yah oloh... Gue belum pernah ngaku nguping seumur hidup. Such a brave man! *prok prok prok*

   Waktu ada fashion show di kelas Speaking IV juga kocak supeer! Seru bgt deh. Kita semua ketawa-ketiwi. Ngakak deh. Pokoknya seru abits lah ya, kelas gue. What else should I say? Waktu temen gue yang bernama Tuys (nama plesetan) make kemeja putih buat ujian Public Speaking pun dia kena ceng-cengan abis-abisan. Soalnya kenapa? Lengan kemeja putihnya ketat bgt! Dia abis dikatain kayak personil Morgan SM*SH huahuahua :D Atau sebenarnya dikecengen gitu suatu kehormatan buat dia? :-?

   Terus waktu temen gue yang namanya Melisong (nama plesetan lagi dong) nulis jawaban untuk kuis perorangan di papan tulis yang mengharuskan menulis nama biar dapet nilai #panjangaja si Melisong malah nulis NIM nya segala! Udah keren-keren tuh ya, eeeh jawaban dia salah! Ha ha ha~ Garing abis lo, mel! xD
Peace!!


   Nah, di semester 3 lalu, gue sama Adindot (nama plesetan jugak) itu kan satu kelompok buat bikin iklan promosi di matkul Speaking 3, yah. Kita iklannya Upin Drink! Gue lupa kenapa gue sama si Dindot ngasih nama Upin Drink. Gue rasa ada singkatan konyolnya tuh. Si Dindot ceritanya jadi macem Doraemon gitu. Dia punya kantong di perutnya! Menggelambir gitu haha. Eh iya bukan ngomongin perutnya yah. Dia pake plastik item gitu buat jadi kantong-kantongan si doraemon. Awalnya gak pada ngerti si Dindot tuh jadi apa. Abis makenya plastik item dengan tali rafia. Cocokan jadi pemulung daripada doraemon xD
Peace lagiii

Tapi akhirnya pas kita nyetel ost pendek si doraemon buat ngeluarin Upin Drink, anak-anaknya akhirnya ngeh kalau Dindot itu doraemon huahuahua. Dan semua serempak tertawa! :) Gue senang sekali kalau si Dindot diketawain O:) #devilish
   Udah gitu terakhirnya kita nyanyi "I Feel Good" nya James Brown abis gue minum Upin Drink ini. Tapi si Dindot cuman kebagian nyanyi "tenonenonenonet". Gini nih skenarionya:

Gue: I feel good!
Dindot: Tenonenonenonet
Gue: I knew that I would
Dindot: Tenonenonenonet
Gue: So good!
Dindot: Tet! Tet!
Gue: So good!
Dindot dan Gue: Terereeet!

Anak-anak pun mengasihani Dindot yang hanya jadi terompet...

*Tulisannya sengaja kecil karena gue merasa tidak bersalah.

   Hahaha! Eh gue nggak sejahat itu lageeh. Dindot kan temen gue tersayaaang muaaccchhh! #daripadabenjol

   Duh! Pokoknya banyakkkk bgt kejadian seru sama temen-temen kamfus gue! No day without laughing. Yang galau bisa amnesia sama kegalauannya, deh, kalau di kelas gue. Dasar kelas lawak hahaha. Dan tadi siang, waktu lagi merasakan kegaringan kriuk-kriuk pas kelas SP gue jadi merasa kangen berat sama kelas Sastra Inggris gue, yaitu PAG. Jadi ngerti sekarang, ternyata liburan panjang ini terasa hambar without you, guys.  Udah gitu yang cowok-cowok sering dibully dengan panggilan "gays" lagi ahahaha. Soalnya di kelas kita yang cowok itu minoritas. Jadi sering dibully deh biar yang cewek-cewek bahagia #laknat. Tapi tenang ajaaa, mereka semua nggak betulan gay, kok! Atau.... kalau ada pun gue bakal tetep jadi temen kalian :") #ngeselin :p Jadi, akankah semester 5 ketemu orang-orang serupa lagi? I wish they are still you my beloved PAG! :)



p.s: I wish all my friends in 04 PAG a good life and full of bliss! miss ya guys, girls, gays! #oops

XOXO


Love,
Esra Masniari Tambunan

Kamis, 30 Juni 2011

Another Love Story

Cinta identik dengan kata 'galau'.


   Gue bukan orang yang cukup tegar untuk berurusan dengan 'kesakitan'. Kegores sedikit dan merasa perih sedikit bisa meringis-ringis sampai keluar air mata. Luka di lutut atau karena beling aja bisa mewek-mewek, jadi apalagi dengan luka besar? Yah, dengan luka yang dirasa di hati APALAGI. For me, it can be called as a disaster.

   Udah lama nggak ngerasain patah hati berat. Semenjak lepas total dari mantan gue yang super-nggak-punya-perasaan, gue bener-bener enjoy ngejalanin hidup. Gue bisa bebas kemana-mana tanpa diributin sama dia, gue bisa temenan sama siaaaaaaaapa aja, gue juga bisa pipis ke WC tanpa bawa handphone. Ya... maklum deh, mantan gue yang satu itu luar biasa over protective. Gue benci ci ci. Untunglah semenjak terakhir sama dia, gue nggak dapet yang over protective lagi...

   Tanggal 24 Juni 2011 kemaren itu tepat gue setahun putus sama dia. Dan tanggal 26 Agustus 2011 nanti tepat setahun gue menjomblo. LOL. Nggak usah heran kenapa gue inget. Bukan maksut dihitungin, but that's what women does! We are good at remembering dates :D

   Well, lanjut ah... Semenjak putus sama si mantan yang over protective, sebut saja dia OP; gue jadi agak sulit menentukan pilihan hati. Berbagai pria dari berbagai macam suku dan agama (cielah) datang mendekat, tapi gue belum pernah benar-benar jatuh cinta sama sekali. Pernah gue paksain, tapi gue cuman tahan 10 hari. Kerjaan gue jadi menggantungkan harapan orang melulu, dan gue jadi terkesan jahat dan menyakiti. Duh ilah, cewek kayak gue aja sok-sok nyakitin-___- Sebenarnya gue beruntung, karena mereka itu rata-rata orang baik-baik dan tulus. Yah, walaupun kadang ada beberapa cowok yang ngedeketin secara norak dan gue yakin, mereka nggak tulus, sih. Btw, juga ada cowok yang pernah nembak gue bilang mau serius sama gue sampai nanti dia mau nikah sama gue. Padahal kita baru deket 1 minggu, loh. Deket 1 minggu itu pun bagi gue belum ada yang bikin gue deg-deg seer... Semua masih berjalan biasa, malah bisa gue bilang hambar. Lucu ya, niat dia serius, tapi dengan cara pake kata 'menikah' malah bikin gue yakin bgt kalau dia nggak serius :p

   Sebenarnya kriteria gue untuk pria idaman itu nggak muluk-mulut banget, kok. Sebagai wanita jomblo-tanggung yang berumur 20 tahun, serta dilengkapi dengan pengalaman pahit yang dijadikan pelajaran, gue memutuskan untuk mencari (dicari oleh) seorang pria yang tingginya lebih dari gue, berahang kuat, berdada bidang, berparas manis atau lumayan lah pokoknya; dengan pendidikan yang matang juga pekerjaan yang bagus. Pekerjaan yang bagus kan harus utama, buat masa depan anak-anak gue. (...) Nah, cowok itu juga harus berpikiran luas. Gue nggakmau dia berpikiran sempit lalu over protective dan jealous melulu. Capek hati, capek jiwa. Gue juga mau cowok itu pengertian dan nggak harus terus-terusan komunikasi. Masalahnya, gue males banget harus sms an dan telfonan terus-terusan. I'm a kind of girl who is easily bored with something, and a relationship too. A relationship needs spaces. It helps those two people get closer from time to time because spaces make them realize that they will always fall for them ;_)

   Lanjut mengenai kriteria, gue juga menginginkan seorang cowok, eh pria aja deh; yang memiliki agama yang sama dengan gue, yaitu Kristen Protestan. Agama nya harus benar-benar kuat, tapi nggak fanatik. Segala yang berlebihan itu nggak baik, toh? :) Agama bukan cuman pondasi dasar aja bagi gue, tapi gue juga pengen pria ini nantinya menjadi nakhoda untuk gue dan kehidupan kami ke depannya. Dia harus bisa ngasih unjuk dan ngajarin gue berbagai kehidupan berdasarkan iman Kristiani. Amiiinn...

   Jadi, sepertinya kriteria gue untuk pria tidak susah, kan? LOL. Oh ya, kalau masalah sikap dan sifat mah gue ok ok aja gimanapun dia. Gue kan nggak mencari dewa, tapi pria. Pria itu manusia, jadi nggak mungkin sempurna. Sepanjang pria ini nggak pemabuk, perokok, dan berhidung belang, gue terima. Yang jelas dia harus sayang lahir batin sama gue dan keluarga, deh! Sekilas nampaknya gue jadi seperti menulis buat formulir kolom 'nyari jodoh' deh...

   Btw, I'm not wholly single. My heart is taken, actually, by someone whom I'm still guessing whether he's really into me or not. Well, dia itu sisi seseorang yang sempurna buat gue. Gue sebenarnya nggak begitu ngerti kata 'sempurna' itu apa, dan bagaimana cara gue untuk memakai dan menggambarkannya. Tapi, gue punya definisi sendiri tentang apa itu 'pria sempurna'. Yang jelas, 'pria sempurna' itu adalah pria yang seharusnya bisa membuat gue tersenyum dan ketawa terus kalau kita lagi bersosialisasi. Sempurna kan bukan fisik atau karier, menurut gue; tapi titik poin dimana kebahagiaan itu menggelayut di sekitar kehidupan kita. Gue percaya bgt, happiness is still our number one requirement. Dan ya, dia berhasil untuk yang satu itu.

   Gue jadi sadar akan sesuatu. Selain membuat gue senang-senang, pria ini juga rajin dengerin keluh-kesah gue, juga candaan gue. Hal ini bukan hal yang umum, tapi kata sepupu gue yang masih 2 SMP, kalau seseorang mau dengerin curhat kita, terutama berbeda gender, itu berarti dia perhatian lebih sama kita. Ah, ya, gue setuju ;) Kebanyakan orang, sampe temen deket sendiri pun biasanya enggan dengerin curhat gue. Yah, mereka sih dengerin, cuman rata-rata ngasih tanggepan yang 'menggurui' atau sekedar menenangkan secara formalitas. Sedangkan terkadang manusia cuman minta untuk didengarkan, lalu diberi tanggapan kecil. Hal kecil kayak gitu yang bisa bikin manusia meleleh, kan? :) Dia juga membuat gue mawas diri dan benar-benar kembali fokus sama kenyataan perasaan yang sebenarnya gue rasa. Waktu gue agak 'nakal' dan terkesan mengganggu hubungan sahabat gue dengan weceknya, gue jadi membuat diri gue stabil lagi. Gue tau dan yakin, perasaan gue sama sahabat gue itu cuman karena gue kagum aja sama dia. And uhm, well... Sekarang gue juga tau, sahabat gue yang gue pikir bener-bener baik pun ternyata nggak baik. Dia punya wecek, tapi masak genitin gue juga. Uh, bad guy... Nggak bad juga sih, ah, dia beneran baik, sih. Tapi, baik itu seharunya nggak begitu. Yah, yasudahlah.

   Gue pribadi, dan ya emang, gue sendiri jadi disebut pribadi (apasih?) nggak terlalu yakin 100% kalau he's into me. Pasalnya, terlalu berharap itu menyakitkan, dan gue nggakmau jatuh dari ketinggian yang bisa bikin gue 'luka-luka'. I prefer to prevent than to bend. Sekarang yang gue lakuin selain tetap-menyukai-dia adalah bersyukur. Kenapa? Karena dia membuat gue melihat cinta dan segala sesuatu menjadi lebih baik. Koreksi-koreksi yang dia kasih memacu gue untuk menjadi lebih baik, dan ibarat dari mendapat nilai D, gue akhirnya memanen nilai A. Sabar dan nggak cenderung bersikap memaksa juga gue pelajari untuk menjadi kepribadian yang seperti itu, karena gue nggak pernah sedikit pun memaksa untuk mencari tau apa yang sebenarnya dia rasa. Gue melihat berbagai sisi dunia menjadi lebih terbuka. Gue melihat bintang terang di langit malam yang gelap. Gue melihat ruas kapur putih di atas papan tulis hitam. Gue melihat cahaya matahari seusai hujan deras. Gue melihat embun di pagi hari yang dingin. Segala sesuatu yang gue pikir sepenuhnya buruk ternyata punya sisi yang baik. Dia, secara nggak langsung, mengajari gue akan hal itu. Gue jadi bisa berpikir secara lebih dewasa. Gue lebih tau menghindari galau, yang umumnya disebabkan sama dia :p He shows me his imperfect life, llike what I have too, hapilly. We all have an imperfect life. Instead of grumbling, I learn how to be grateful.

   Sekarang, yang gue punya adalah diri gue sendiri. Gue, di sini harus memperjuangkan hidup gue sampai titik yang paling maksimal. Karena gue nggak mau gagal. Tidak sempurna diperbolehkan, namun tidak untuk gagal. Seandainya jodoh sama dia gue syukuri karena hal itu adalah hal yang sangat nyaman. Tapi, seandainya enggak pun nggak apa-apa karena jodoh gue nantinya pasti adalah orang yang sudah sangat gue pertimbangkan matang-matang, jadi gue nggak mungkin tidak merasa nyaman dan bahagia nantinya. Pokoknya yang jelas sekarang, I wish him a very good life. I wish him a happiness, a life with full of bliss. I wish him a true love too. I wish he finds someone like me, who has a truly heart for him :D I wish him a very good health. I wish him a great carrier, a dream of everything he wants. I wish him a perfect week every month. I wish him tears after the dirt coming. I wish him a smile after his hard day. I wish him all the best :) Dan gue? Well, gue bakal menjejakkan langkah kaki gue seeeeepanjang-panjangnya untuk mencapai masa depan gue yang nun jauh di sana dengan berperan sebagai Masniari, alias matahari emas, yang bersinar cerah dan terang tiada duanya. Masniari? Yap. Seperti nama tengah gue, Masniari! ;)



curhat sayang,

Esra Masniari Tambunan




p.s: he knows how to respect what I love. he's a very kind guy, secretly...

Selasa, 28 Juni 2011

Singing Moment (A duet of "Angel" with my junior) in BINUS.



Lucu deh, Haekal belum hafal lagunya jadi dia bawa teks. Orang-orang pada ketawa :D Anws, I'm not satisfied with my performance on that time :( It's not bcz of what Haekal did. I think it was funny :D It's all about me. hiks. Mhkaay, hope for a better performance next time. Cheerio!


p.s: thank partner!

Surat Cinta (Short Story)

   Dear Leon,

   Apa kabar? Ku harap kamu baik-baik saja di sana. Ku harap kau bertanya akan kabarku juga, dan ya, aku sepertinya cukup baik-baik saja. By the way, aku merindukanmu. Sudah 1 tahun berlalu dan sepertinya aku semakin rapuh saja semenjak kepergianmu. Oh ya, ini surat pertamaku untukmu, bukan? Biasanya kita saling menelpon untuk bertukar kabar, namun sekarang rasanya berbeda. Aku tidak bisa meneleponmu lagi. Aku tidak bisa mendengar suaramu lagi. Ya, Tuhan, aku rindu sekali padamu, Leon...
   Seandainya saja waktu bisa diputar kembali, aku bersumpah tidak akan membiarkanmu pergi 2 tahun lalu untuk bertugas di Iraq. Sudah ku bilang kan, di sana akan suram sekali, namun entah kenapa kamu ngotot sekali, sih. Sekarang jadinya bagaimana? Selama 1 tahun di sana kamu baik-baik saja, dan aku sedikit lega. Tapi sekarang aku ditinggalkan dengan air mata sebagai teman. Aku rindu padamu, Leon...
   Kau bilang kita akan menikah sepulangmu dari Iraq, bukan? Aku senang sekali dengan perkataanmu. Masih kuingat ketika kau melamarku di Mcdonalds. Rasanya lucu sekali, saat aku asyik mengunyah cheese burgerku, kau datang dengan sebuah balon putih bertuliskan, "Will you marry me, dear Emily?" Aku hampir saja tersedak daging di burgerku karena kaget bercampur bahagia. Selama 6 tahun berpacaran, di otakku tertanam prinsipmu yang tidak ingin menikah karena kau tidak percaya pada pernikahan. Jadi jelas, saat kau melamarku di depan puluhan orang pada Sabtu pagi di Mcdonalds rasanya aku ingin melompat saja karena sangat senang. Hmm, jangan tertawa. Well, aku memang lompat ke pelukanmu, ya. LOL. Aku suka sekali mengingat momen itu, Leon. Apalagi ketika kau berlutut dan menyerahkan cincin terindah yang pernah kulihat seumur hidupku. Lucunya lagi, cincin itu sudah tersimpan selama 1 tahun karena kau malu melamarku. Ah, Leon, aku sayang sekali padamu.
   
   Leon, aku benar-benar merindukanmu sekarang. Aku tidak tahu lagi harus bagaimana melanjutkan hidupku tanpamu. Rasanya semua hambar. Aku tidak mengerti mengapa hal ini harus terjadi padaku. Kita harusnya sudah menikah sekarang. Coba bayangkan seandainya kita jadi menikah. Mungkin aku sudah hamil sekarang dan kau akan mati-matian mencari makanan yang aku idamkan. Mungkin kita juga akan sibuk berdiskusi mengenai warna kamar bayi kita dan peraturan-peraturan apa yang akan dijalani anak kita saat ia tumbuh nanti. Kita tidak mau anak kita mengkonsumsi narkoba serta alkohol, kan, sayang? Leon, sumpah mati aku rindu padamu. Aku tidak tahu harus berbuat apa lagi sekarang.

   Aku tidak tahan hidup di dunia yang tanpa kau lagi, Leon. Aku mati rasa. Seandainya saja aku bisa ikut mati terkena bom bersamamu di Iraq waktu itu, mungkin sekarang kita berdua sudah bahagia menjadi sepasang pengantin surga. Ah, Leon, surga rasanya seperti apa? Sangat indahkah sehingga kau tidak ingin lagi kembali ke bumi? Aku ingin ke sana. Aku ingin bersamamu selamanya, Leon. Aku ingin menikmati nafas yang aku punya sampai Tuhan mengguyur bumi dengan bah denganmu. Maukah kau berbagi surga denganku? Tetapi jika seandainya aku adalah seorang makhluk terkutuk yang tak pantas di surga, maukah kau ikut ke neraka denganku? Aku harap kau menganggukkan kepala. Aku yakin kau mau, karena cintamu sama besar dengan cintaku. Benar kan, sayang?
   Aku segera datang, Leon sayang. Jangan pergi kemana-mana, tetaplah di surga.


Yang selalu mencintamu,
Emily Wellington.


                                          *                     *                   *

   "Emily, ayo makan dulu ya, nak. Kemaren kau tidak makan, kan? Sekarang makan dulu, sayang", ujar Ny. Wellington sambil mengetuk pintu kamar putri bungsunya. Lama menunggu jawaban, ia memutar kenop pintu kamar yang ternyata tidak terkunci itu. Sedetik kemudian ia tersungkur lemas dan berteriak. Emily Wellington tergantung di tiang kamar dengan dengan wajah pucat yang menyunggingkan senyum tipis.




Esra Masniari Tambunan

Minggu, 26 Juni 2011

A Part When We Apart

   There is a lot of people I have met in my life. I have best friends, but they leave. I have lovers, but they also walk off from my life. It's not a matter for me. At least, in the long run, after fighting with tears and time, I felt so much better.
 
   I thought best friends were really the best thing we have in our life, but I'm shown that they weren't. Plenty of people have me titled as their best friends, and sometimes I do that too. But, this is the problem: I used to be taught by words and stories that best friends last forever. However, now I finally find that best-friend is way a fairy tale. Why? I think I'm so fucked up by every single story I have with every different they-call-them-as-best-friends.
 
   Having made boys as best friends is a mistake :"( because I fall in love; we both fall in love; he falls in love with someone and his gf doesn't like me; he falls in love while I don't. Being a professional is hard when someone is in love and stupidity can be done when someone is in love. I mean, when someone is in love, s/he will do everything he can to get his love even if s/he has to be in silent just to make sure his/her love stays being friend with them.

   Girls as best friends doesn't work well in my life too. They simply go after we rarely do things together. We used to laugh and be mad together, but when we come to a phase like a graduation, everything easily changes. 3 years never ever been enough to let them pass your life. You have to see them with their new friends or even best friends; you have to be jealous when they cannot frequently spends their time with you anymore; you have to find other friends just to find out that there are no ones like the old ones you had...

   I don't know where destiny brings me now. If someday I open my eyes and discover a new reality, I just really hope that I will not get in on the wrong situation just like I use to do. I will be so glad if someday I will come upon a period when I will not get lost in a part when I have to be apart anymore.

   Those colorful bitter pills I swallow must heal me from plenteous pain I suffer in the entire of my life. I pay a lot for it.



xoxo,
Esra Masniari Tambunan

Selasa, 31 Mei 2011

Everyone is Gifted.

   Pernah merasa disepelekan? Pernah merasa dianggap remeh? Atau pernah merasa diabaikan lalu dianggap tidak mampu? Atau malah pernah merasa tidak percaya diri karena seringnya dipandang sebelah mata dan tidak dipercaya bahwa kamu bisa?
   Begitu banyak masih orang-orang di dunia ini yang merasa dirinya kecil, dan tidak berarti apa-apa. Seringkali manusia memiliki bakat terpendam dan tidak berani menunjukkannya kepada dunia. Hey, everyone is gifted! Semua orang itu punya talenta, lagi. Everyone has a role in this world! Setiap orang dikaruniai peran untuk dimainkan di kehidupan ini. Tetapi, bedanya ada 2 jenis manusia di dunia ini. Mereka yang mampu menjadi percaya diri menunjukkan talentanya, atau mereka yang hanya menyesali kecilnya diri mereka dan kemudian menyembunyikan talenta yang mereka punya.

   Apa aja alasan seseorang tidak mengembangkan minat dan bakatnya? Ya seringkali tidak dipercaya kalau dia mampu, dianggap menyombongkan diri, atau karena kilau manusia itu tidak cukup terang untuk bisa terlihat bersinar. Sebenarnya, TUHAN tidak pernah menciptakan manusia unskilled atau tanpa bakat. GOD never makes mistake! DIA menciptakan setiap makhluk ciptaanNYA itu sempurna, sedetail-detailnya. Setiap makhluk hidup di bumi ini juga memiliki peran dan bakat masing-masing. Contohnya, cacing yang kecil saja diciptakan TUHAN berguna. Hewan yang satu itu berguna untuk menyuburkan tanah :) Menyuburkan tanah berarti berguna untuk kehidupan manusia dalam menanam segala macam tanaman, untuk dijadikan pangan. Lalu, pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia. Jadi jelas kan cacing yang kecil itu saja berguna untuk kehidupan? Karena setiap makhluk hidup diciptakan TUHAN dengan bakat dan kegunaan masing-masing.

   Untuk semua orang yang pernah dibully, semua orang yang pernah dianggap remeh, dan untuk semua orang yang pernah dianggap tidak berguna, tunjukkan saja kepada dunia bakat yang kamu miliki. Jangan pernah takut merasa bahwa kamu tidak memiliki apapun untuk diberitakan kepada dunia. Untuk semua orang yang merasa tidak percaya diri oleh karena merasa kekurangan dalam hal fisik, materi, juga kemampuan, jangan pernah ragu untuk menyemangati diri sendiri bahwa diri kamu itu istimewa. Setiap orang yang sedang merasa bahwa dirinya kecil dan terluka, ingatlah untuk tidak pernah mengasihani diri sendiri kemudia berlarut-larut bersedih. Tunjukkan, bahwa setiap pandangan orang yang meremehkanmu itu SALAH. Kamu punya bakat, gunakanlah bakatmu itu semaksimal mungkin. Even the knife has to be sharpened to be sharp. This is life and we are the knife. When the pain is enough, we're the strongest. All we need to do is trying. Don't be afraid of the pain people give when they try to knock you down. Everyone is gifted. We have to be never stop trying. Biarkan dunia menyaksikan kehebatan yang dimiliki olehmu. Jangan pernah merasa kecil karena kekurangan yang kamu miliki. Jangan pernah putus asa saat aral lintangan seperti diremehkan, disepelekan, atau keberhasilan yang tertunda meruntuhkan semangat yang kamu punya. Selalu akan ada kesempatan yang mendatangimu jika kamu tetap mencoba. Karena saat kamu berhenti berusaha, saat itu juga kamu berhenti untuk meraih mimpi demi masa depan yang kamu idam-idamkan. Juga ketika orang lain membicarakan yang jelek-jelek tentang dirimu ketika kamu sedang berusaha, jangan biarkan kesakitan menguasai amarah dan pikiranmu. Tetaplah melakukan yang baik, dan memikirkan yang baik pula. Berterimakasih lah untuk mereka yang telah menyakitimu, karena dengan cambukan mereka lah, pada akhirnya kamu akan berusaha keras untuk menjadi lebih baik.
   Ingatlah juga pepatah bahwa emas, dimanapun berada tetaplah emas. Sesakit apapun jalan yang kamu tempuh, yakinlah bahwa kehidupan pada akhirnya akan membayar pantas untuk setiap usaha jujur dan baik, yang kamu lakukan. Hidup ini adil. Apapun yang terjadi, setiap manusia adalah berharga, bertalenta. Believe it.



Esra Masniari Tambunan

Senin, 16 Mei 2011

Petir Tanpa Hujan (Short Story)

Hari ini aku memutuskan untuk tidak pulang. Aku muak dengan keadaan rumah yang semakin tidak terkendali. Ayah, yang selalu saja berbuat ulah dengan berselingkuh sana-sini dan hampir selalu pulang dalam keadaan mabuk. Belum cukup itu saja yang aku keluhkan dari keadaan rumah. Ibuku, terlalu lemah menghadapi sikap ayah yang sangat buruk itu. Dibiarkannya ayah membawa pulang wanita lain ke rumah! Tak jarang tamparan juga didaratkannya di pipi ibu. Sudah sering kulihat lebam biru bersarang di wajah ibu. Hatiku terkoyak, sakit rasanya melihat wanita yang melahirkan dan merawatku sampai sekarang diperlakukan sekeji itu. Ingin rasanya aku menghajar ayahku sendiri, membuatnya jera dengan berlaku seperti itu pada ibu. Tapi apa dayaku? Aku masih berumur 15 tahun, tubuhku kurus, belum cukup kuat untuk sekedar mendorong ayah sampai jatuh. Mana nafsu aku makan banyak; seperti yang ibu harapkan selama 2 tahun ini, jika setiap hari aku tersiksa dengan keadaan yang terjadi di rumahku.

   "Bu, kenapa kita nggak pulang kampung saja ke Purbalingga? Kita berangkat selagi ayah nggak di rumah, jadi dia tidak perlu ikut", ujarku minggu lalu pada ibu yang sedang menyetrika pakaian seragamku.
   "Loh, Andi kok ngomongnya begitu? Jadi maksudnya kita ninggalin ayah sendiri di sini? Ya, kasihan ayah dong, ndi", jawab ibu tenang dan kemudian tersenyum. Senyum amat teduh, yang hanya bisa kulihat jika ayah tidak berada di rumah. Aku hanya terdiam mendengar jawaban ibu. Ya, aku sudah menebak itu jawaban yang akan diuraikannya. Ibu terlalu mencintai ayah. Aku juga, tetapi hatiku luka. Apa sebenarnya ibu takut meninggalkan ayah? Takut jika ayah masih mengejar kami, kemanapun kami pergi. Tapi jujur, dari lubuk hatiku yang terdalam, cintaku kepada ayah sudah terganti dengan harapan agar tidak usah lagi mengenal ayah.

   Derrtt. Derrtt. Handphoneku bergetar, membuyarkan lamunanku. Oh, ternyata ibu meneloponku melalui telepon rumah. Aku menimbang-nimbang, memutuskan untuk mengangkatnya atau tidak. Sudah 7x ibu menelopnku, dan kurasa ia sudah cemas sekali sekarang. Aku putuskan untuk menjawab telepon itu.

   "Andi dimana? Ibu telepon berkali-kali kok nggak diangkat? Ya Tuhan, Ndi, ini sudah jam berapa? Kenapa nggak pulang??" cecar ibu dengan berbagai pertanyaan. Nada suaranya terdengar sangat khawatir. Aku melirik putaran jarum di benda yang melingkar di pergelangan tanganku. Pukul 9 malam.
   "Andi lagi nggak pengen pulang", jawabku pelan.
   "Apa?! Jangan macem-macem ya, ndi! Cepat pulang, ibu sendiri di rumah, ayahmu sudah pergi", ibu menegaskan kalimat terakhirnya.
   "Maksud ibu??"
   "Ayahmu sudah memutuskan untuk pergi, ndi", jawab ibu lirih. Namun entah kenapa, ku yakin ada semburat senyum di bibirnya.
  Aku mendengar suara petir menyambar-nyambar di luar sana sedari tadi. Langit malam terlihat mendung, terlihat lelah. Tidak ada hujan, bahkan setetes pun. Aku memutuskan untuk segera pulang. "Terima kasih, Tuhan", bisikku.



Esra Masniari Tambunan

Mesin Waktu (Short Story)

    Janet memperhatikan dengan seksama sebuah benda besar dengan bentuk yang aneh di depannya. Ia memperhatikan kabel-kabel di sekitar benda itu, yang mengerjap-ngerjap dengan sinar merah dan biru, dengan mata terbelalak. "Hebat! Sangat hebat! Ini luar biasa!" pikirnya.

   "Bagaimana, Janet? Percayakah kau sekarang aku sudah sukses membuat penemuan seperti ini?" ujar profesor Arnold dengan mata yang bersinar-sinar, penuh kebahagiaan. Rambutnya yang sudah memutih berantakan dan menjuntai-juntai. Janet bergidik ngeri melihat mimik gila profesor itu. Seperti kebanyakan penemu, profesor Arnold memang bertingkah aneh dan nyentrik. Profesor Arnold merupakan dosen di kampus Janet. Entah kenapa Janet pernah dengan bodoh menantang profesor nyentrik ini untuk membuatkannya mesin waktu. Hal yang nampaknya mustahil, namun dengan secara nyata terpampang di depan Janet, 3 tahun setelah Janet memberikan tantangan itu.
   "Ok, sekarang apa selanjutnya?" ujar Janet.
   "Kau bilang ingin kembali ke masa lalu, bukan? Nah, sekarang kau bisa menjadikan impianmu nyata! Hahaha", profesor Arnold tertawa keras sekali. Ya, Janet memang ingin kembali ke masa lalu, tepatnya 4 tahun lalu. Apa sih yang terjadi sebelum ia kehilangan ingatan akibat kecelakaan mobil yang menewaskan ibu dan adiknya?

   "Ya, aku ingin sekali mencobanya. Cepatlah tunjukkan cara untuk menggunakan mesin ini, profesor!" desak Janet. Kening profesor Arnold berkerut, sejenak seperti berpikir.
   "Boleh. Tapi ada syaratnya", jawab profesor Arnold membuat Janet bingung.
   "Apapun yang terjadi di masa lalu adalah bagian di hidupmu. Syukurilah", jawab profesor itu, kemudian tertawa lagi.
   "Yeah, apapun", tanggap Janet masa bodoh. Mesin waktu dihidupkan.
   "Tapi, bolehkah aku tahu apa alasanmu sehingga kau bersikeras untuk kembali ke masa lalumu?" tanya profesor Arnold, memperlambat hasrat Janet untuk segera kembali ke masa lampau.
   "Ingin melihat kembali kehidupan yang aku punya sebelum mengalami amnesia sialan ini", jawab Janet terburu-buru.
   "Sepertinya ada sesuatu yang lain".
   "Hhh... Ayahku bilang dulu aku punya pacar, namanya Thomas. Tapi, setelah aku mengalami kecelakaan mobil 4 tahun lalu, Thomas menikahi Isabell, tetanggaku! Aku ingin tahu apa yang menyebabkan hal itu terjadi", jawab Janet.
   "Aaah... Jadi itu alasan yang sesungguhnya. Masihkah kamu mencintai Thomas? Kau tidak ingat sedikit pun tentang kisah kalian berdua, bukan?" Janet terdiam. Ya, memang Janet tidak ingat apa-apa. Tapi, sungguh, gadis ini tidak rela jika memang benar pacarnya direbut oleh orang lain, di saat ia sedang mengalami musibah. Lagipula, selama 4 tahun ini Janet masih lajang, tidak lagi punya pacar. Ia berencana untuk lebih baik merebut Thomas dari Isabell seusai mengetahui yang sebenarnya terjadi di masa itu.
   "Cepatlah profesor, jalankan mesin ini. Aku tidak ada waktu menjawab pertanyaan bodohmu", kata Janet ketus, mulai tidak sabar. Profesor Arnold tertawa terbahak-bahak. Ia kemudian menyuruh Janet untuk masuk ke dalam mesin waktu itu, kemudian mengutak-ngatik tombol keberangkatan mesin waktu. Janet hanya diam, berharap penuh mesin ini bekerja dengan baik. Tertera di layar mesin, 2000, tahun tujuan Janet
   Sensasi terguncang dirasakan oleh Janet. Ia menutup matanya rapat-rapat, dan memegang dinding mesin waktu itu. Perlahan-lahan ia merasakan kakinya melayang. Kepalanya sakit, badannya lemas. "Apa-apaan sih mesin ini? Cara kerja yang kasar", ujar Janet dalam hati.
   Hal yang lebih aneh kemudian dirasakan oleh Janet. Gadis pirang itu merasa tenggorokannya tercekat ketika menyaksikan tangannya berubah menjadi abu. Berikutnya, ujung jari kakinya, kemudian perutnya, dadanya, lalu lehernya. Mata Janet melotot marah. Ia benar-benar tidak mengerti apa yang terjadi. Selanjutnya, tubuhnya lenyap, berubah menjadi abu. Mesin waktu itu berhenti bekerja.

   "Well, sepertinya mesin waktuku gagal. Sayang sekali gadis malang itu berubah menjadi abu. Dimana ya letak kesalahan mesinku ini? Hahahaha. Hahahahahahaha", tawa profesor Arnold menggema di laboratoriumnya, di ruang  bawah tanah rumahnya itu. Angin berhembus dari jendela, menerbangkan serpihan abu Janet.



Esra Masniari Tambunan

Jumat Tanggal 13 (Short Story)

   Aku menikmati pemandangan hujan di sore hari di teras rumahku. Udara sejuk sekali, tidak dingin. Kudekap kakiku, dan ku hirup bau tanah tersiram hujan, favoritku. Pikiranku melayang jauh, teringat kedatangan Jody 2 tahun lalu ke rumahku. Jody, mantan kekasihku, yang sekarang menetap di Sydney. Aku termangu, kemudian terisak. Mengutuk diriku sendiri adalah hal yang sekarang sering sekali kulakukan. Penyesalan dalam ku rasakan ketika mengingat sosoknya yang kucintai.
     Kau tahu rasanya tidak bisa lagi bertemu dengan seseorang yang telah mencuri keseluruhan hatimu? Aku berbicara mengenai Jody. Aku begitu mencintai Jody dengan segenap hatiku. 3 tahun sudah kami lewati bersama sebagai sepasang kekasih. Pertengkaran tidak banyak kami kecap, kisah kami amat manis, membuat iri teman-teman kami yang menyaksikannya. Tapi sayang sekali, kisah cinta kami harus berakhir tragis.    Orangtua Jody menjodohkannya dengan seorang anak dari sahabat mereka, yang sudah banyak membantu dalam meniti perusahaan batu bara orangtua Jody. Jody tidak bisa mengelak dari kenyataan. Ia terlalu mencintai ibunya. Aku tidak bisa menyalahkannya atas itu. Orangtua memang sepatutnya lebih dicintai bukan? Aku pun mundur, merasa sakit. Perjodohan kuno itu menghancurkan hidupku. Di hari Jody datang untuk menemui diriku yang terakhir kali, aku bersikeras tidak ingin menemuinya. Jody merasa kacau sekali, dan aku tahu, aku sendiri sudah hancur berkeping-keping.


     Lamunanku terpecah ketika mendengar bunyi bel rumahku. Aku buru-buru menghapus air mataku yang ternyata sudah membuat basah seluruh wajahku. Namun tak lama bagiku untuk merasa kaku, ketika melihat siapa sosok yang berdiri di depan rumahku. Jody! Aku bersumpah itu Jody! Rambut hitamnya yang ikal, badannya yang tinggi tegap, mata coklat yang agak sipit, serta lesung pipit di pipinya. Ya, Tuhan, itu Jody Samuel, mantan kekasihku, hatiku! Aku terperanjat, kemudian segera membuka pagar.
"Lea?"tanya pria yang ku yakin adalah Jody. Aku menatapnya lekat-lekat. "Jody?" tanyaku balik dengan perlahan. Pria itu mengangguk. Jody tersenyum. Aku menghambur ke pelukannya, ada haru menjalar di tubuhku. Aku yakin air mataku mengalir lagi.

    "Habis nangis masak nangis lagi?" tanya Jody, menggodaku. Aku tidak menjawab, terlalu sibuk bahagia. Namun pertanyaan muncul di benakku. Tahu darimana dia aku habis menangis?
"Lea, kamu rindu padaku?" Jody bertanya sambil mengusap kepalaku.
"Jika rindu itu artinya mati rasa dan bermimpi mengenaimu selama 2 tahun ini, ya, aku rindu padamu!" ada nada bahagia di dalam kata-kataku. Air mata masih mengirinya. Jody tersenyum dengan binar mata yang sangat senang. Ada binar cinta juga tersirat di bola matanya.
     "Ayo masuk ke dalam", ujarku.



     Aku mempersilakan Jody untuk duduk di ruang tamu, kemudian menyibukkan diriku mencari biskuit dan membuat secangkir teh hangat untuk Jody. Kasihan Jody, dia kehujanan. Mukanya juga sangat pucat, mungkin belum sempat makan.
   "Ini diminum dulu tehnya, Jody", kataku. Tanganku masih gemetar akibat kaget serta gembira. Jody mengetahui hal itu, ia meremas lembut tanganku, sembari memberi syarat untuk duduk di sampingnya. Ingin sekali aku menanyakan 1000 pertanyaan kepada Jody saat ini. Apa yang membuat dia mengunjungiku di Jakarta? Bagaimana dia bisa tahu aku ada di rumah dan sedang tidak bepergian? Bagaimana dengan istri dan anaknya, Kenny di Sydney sehingga Jody bisa tahu-tahu berkunjung ke Jakarta? Tapi aku hanya membisu. Kubiarkan aku jatuh di dekapan Jody. Dibuatnya tubuhku hangat oleh badannya yang entah mengapa sangat dingin. Jody mengecup lembut keningku. Samar-samar ku dengar berita dari televisi di ruangan ini yang ternyata tidak dimatikan.

     "Pesawat Airbus A380 dari maskapai Qantas, yang terbang dari Sydney, Australia menuju Jakarta mengalami kecelakaan hari ini, Jumat, 13 Mei 2011, pada pukul 1 siang waktu setempat. Kecelakaan yang disebabkan oleh buruknya cuaca mengakibatkan pesawat ini mengalami pendaratan yang gagal dan mengakibatkan 5 orang tewas seketika di tempat. Berikut adalah nama-nama penumpang yang menjadi korban: Artha Lamena, Diro Senjawidjaya, Arthur Brown, Mira Agasta Lena, dan Jody Samuel. Kelima jenazah.............."

     Aku terkejut mendengar berita itu. Bulu kudukku merinding, merayap dari ujung kepala hingga jari kakiku. Lagi-lagi air mata mengalir dari kedua pelupuk mataku. Tangan Jody semakin memperat pelukannya. Aku balas memelukknya dengan lebih erat..



Esra Masniari Tambunan

Apa Kabar?

Apa kabar?
Baik.
Apa kabar?
Baik.
Apa kabar?
Baik.
Apa kabar?
Baik. Ku bilang baik.
Apa kabar?
Apa sih maksudmu?
Aku cuma ingin dengar bahwa kamu baik-baik saja



Esra Masniari Tambunan

Rabu, 04 Mei 2011

Good Words Become An Action As A Shelter

Masalah yang gue geluti sekarang masih menusuk. Tapi untunglah tadi gue juga curhat ke orang lain juga, jadi gue gak perlu sedih atau kecewa berlebihan.. Jadi ini yang gue dapet..

"Nah, inilah kehidupan. Sekarang, echa belajar untuk hidup di dalam konflik. Gak perlu banyak bicara atau terlalu mengurusi masalah itu. Juga jangan malah jadi keluar dan lepas tangan sama masalah ini. Emang rasanya gak enak banget, tapi inget lagi tujuan kamu yang sesungguhnya. Tantangan yang sebenarnya nya adalah bagaimana kamu lari di tengah hujan. Basah juga sih tapi jangan sampe malah berhenti. Lagi, kita tidak perlu mejadi ikan untuk berenang di laut, tidak perlu menjadi rusa untuk berlari di hutan. Intinya, terobos masalah ini dengan tetep kuat dan tidak terpengaruh hal yg kelihatannya sempurna tapi menyakitkan. Gak perlu menjadi sesuatu yang bukan-kita hanya untuk menyamakan kedudukan. Jadi ambil yang baiknya dong. Belum tentu menjadi sama itu baik kan? Karena menjadi dewasa adalah belajar mengenai 2 hal terpenting: belajar untuk memaafkan dan belajar untuk menerima kekurangan orang lain. Dan mengenai merasa diremehkan dan juga diribetin sama omongan orang yang terlihat 'hebat', kita cukup belajar dari dia. Orang yang kelihatan hebat di muka umum tapi kepo sama orang yang kelihatannya gak sehebat dia, itu perlu dipertanyakan. Apakah si hebat ini udah melakukan hal yang baik untuk membuat si tidak-hebat ini menjadi lebih hebat? Kalau cuman untuk merendahkan sih semua orang juga bisa. Jadi lebih baik kan membantu si tidak-hebat menjadi sama-sama hebat? Begitu, cha. Jangan sampe keluar ya.."

Yeah, bener banget. Bener banget semuanya itu. Semoga gue bisa lebih bijak menanggapi masalah yang gue hadapin sekarang, dan seterusnya. Semua pelajaran gue jadiin aksi, bukan cuman ditulis atau diinget doang, amin..


Btw itu nasehat yang gue dapet abis curhat ttg sesuatu yang belakangan ini menjadi pergumulan gue. Seneng curhat sama orang yang sangat tepat: MY DAD :)



Esra Masniari Tambunan