Kamis, 19 September 2013

It's always sweet and good to go back to where your ancestors came from....... ♥ (Part 2)

  Ini cerita pengalaman gue pulang kampung bagian ke 2. Setelah sebelumnya gue menceritakan gimana indah dan damainya kampung halaman bokap yg super dingin, kali ini gue akan menceritakan pengalaman gue pulang kampung ke kampung halaman nyokap, yaitu Garoga, Samosir; dan masih di kawasan pulau Sumatera Utara tercinta.
   Tahun 2012 lalu, gue beserta keluarga pulang kampung 3 kali ke Sumut dalam setahun. Dan alasannya sudah gue ceritakan di part 1 tulisan gue mengenai pulang kampung ini. Untuk ke Garoga nya sendiri, seinget gue cuman 2x di tahun itu. Kali pertama dan kali kedua. Kali pertama gue hanya sama nyokap dan adek bungsu gue. Saat itu, kami masih bisa seneng-seneng dan menikmati kunjungan kami ke kampung sebagai liburan sekaligus.
Ini Danau Toba hasil foto gue (tanpa editan)
   Hampir sama seperti Nagasaribu, kampung bokap, Garoga juga indah banget serta peaceful. Wangi kepulan asap pagi hari khas kampung, langit biru nan cerah, serta pepohonan hijau dimana-mana. Rumah almarhum opung gue sendiri dikelilingi bukit dan pepohonan. Bahkan ada pohon duren segala! Betapa cinta gue sama kedua kampung gue! :) Bedanya, di Garoga nggak sedingin di Nagasaribu. Paling hanya di malam hari, dan itu pun nggak seberapa. Hal ini dikarenakan Garoga sendiri letaknya di pulau Samosir, yg terkenal dengan lokasi Danau Toba; yaitu danau terluas di Indonesia.



Juga Danau Toba hasil bidikan gue (tanpa editan)

   Di Garoga sendiri sudah ada beberapa lokasi wisata karena Pulau Samosir memang salah satu lokasi pariwisata di Indonesia. Tapi, sayang banget, Danau Toba kalau gue bisa bilang, dilupakan oleh pemerintah. Menurut nyokap, Danau Toba sekarang sepi banget, beda sama dulu yg rame sama wisatawan. Memang, sih, gue lihatnya aja sedih. Banyak lokasi-lokasi turis tapi sepi sekali. Di Indonesia sendiri kan banyak sekali tempat wisata karena alamnya Indonesia itu juara. Sayang aja dilupakan pemerintah sehingga nggak dikembangkan. Sedih...

   

Gue dan Paul, adek bungsu gue di salah satu tempat lokasi wisata. Namanya "Objek Wisata Budaya Batu Kursi Raja Siallagan"

Ulos, kain khas batak, yg dipamerkan di "Objek Wisata Budaya Batu Kursi Raja Siallagan"


   Gue cinta banget sama kampung halaman nyokap. Suasananya teduh banget, alamnya masih terjaga rapi. Sawah juga ada dimana-mana dan mereka terlihat cantik. Pokoknya kalau pengen menjauh dari hiruk pikuk kota, gue rasa kedua kampung halaman gue adalah jawabannya. Untuk mencapai Garoga sendiri diperlukan waktu kira-kira 5 jam dari Medan. Ohya, jangan berharap ada mall atau bioskop di Nagasaribu atau Garoga ya, karena hiburan yg disajikan kedua kampung cantik ini hiburan alam :D

Sawah di sekitar kampung gue di Garoga. MANTAP!

Entahlah. Pemandangan bukit berselimut awan di langit biru di belakang gereja dengan salib suci mana lagi yg kamu dustakan? Priceless. 

   Ah! Jadi kangen banget sama kampung halaman. Menurut gue aneh sekali orang-orang yg nggak rindu sama kampung halamannya sendiri. Apalagi sampai lupa (atau bahkan anehnya, malu) untuk bisa berbicara bahasa daerahnya sendiri. Buat gue sih, itu konyol banget. Sama aja kayak menentang diri sendiri.
   Emang, sih, biaya pulang kampung itu mahal. Bahkan kadang-kadang lebih mahal daripada biaya jalan-jalan ke luar negeri. Sayang sekali, ya? Gue beruntung dan bersyukur karena biaya ini dibiayai oleh kedua orangtua gue. Thanks to teach me how to love myself and where I come from, mom and dad :)


HORAS MAJUA-JUA! LAS DO ROHAKKU TU HO, ALE HUTA KI NA BAGAKKI! :D






Esra Masniari Tambunan



p.s:
2 of my loved ones" Mom and Paul, my baby brother in a ferry, a ship that brought us to cross Danau Toba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar