Jumat, 28 Januari 2011

Pelajaran Hidup Berdasarkan Pengalaman Personal yang Merupakan Fakta (Berat di Judul :D)

   Mood gue lagi pengen nulis, mumpung dapet ide. Yaya, besok gue emang UAS listening. Tapi, tenang ajaa. Gue bukan tipe orang-jenius-tanpa-harus-belajar, melainkan orang-cerdik-mesti-belajar-baru-bisa. Hah! Jadi intinya, gue udah belajar buat ujian besok. Hasrat menulis gakbisa dilawan, didukung oleh gue-udah-tidur-siang jadi mata masih segar buat nulis.
   Gue lagi memikirkan masa lalu gue. Yah, maksut gue, masa-masa dimana gue masih belum banyak belajar. Masa-masa dimana gue masih jadi bocah ingusan. Unyuu... Eh, jorok ya..... Btw perlu dicatat, gue nulis ini sambil ditemani ekor gue, alias Paul Gordon Tambunan, adek bungsu gue yang ngintilin gue kemanapun di rumah. Kalau dia cuman duduk kalem sih gue fine-fine aja, tapi ini dia sambil bercerita tentang segala macem hal yang ada di majalah Bobo, sambil pada akhirnya maksa gue buat ngedongengin dia. Astaga, life is hard. Note it.

13 menit kemudian...

   I'm back! Yap, tugas gue sebagai kakak yang baik sudah selesaaaii. Lanjut aja deh ah nulisnya lagi. Hm, kali ini tulisan gue kayak curhatan yah? Well, tulisan ini bakal gue copy ke blog soalnya, dan setau gue blog itu bisa diartikan sebagai Online Diary. Makanya kali ini gue nulis seperti curhat.
  Okelah kelamaan masuk ke main topik. Let's discuss about some of my life's experiences.



1. Embarrassed to ask astray on the road
    Artinya? Malu bertanya sesat di jalan :p Yeah, as a person, we can't be so reckless or hasty. Jangan gegabah. Itu intinya. Setiap keputusan yang kita ambil dalam hidup, hendaknya dipikirin secara mateng-mateng. Kenapa? Karena hasilnya gak bakal diketahui secara pasti, sampai kita selesai melakukan keputusan yang kita ambil itu. Dalam pengalaman hidup gue, gue punya suatu kisah yang... memalukan. Jadi ceritanya, waktu masih kelas 6 SD, gue penasaran banget sama pisau cukur punya bokap. Itu loh, yang buat nyukur kumis para lelaki. Gue penasaran sama cara kerja pisau cukur tersebut, jadi, gue putuskan untuk mencoba tanpa bertanya, karena malu. Eitsss, bukan untuk nyukur kumis gue yah. Gue wanita seutuhnya, kok. Catet, gue gak punya kumis. Gue nyoba pisau cukur itu untuk... mencukur rambut gue! Yak, dengan kepolosan anak kelas 6 SD, gue cukur rambut gue. Hasilnya? Gue shock luar biasa. Rambut gue. Berjatuhan ke tanah. Mahkota gue... Ah. Anyway, setelah itu gue putuskan untuk bertanya mengenai segala sesuatu hal yang gue belum tahu secara pasti, supaya gue gak salah lagi. Makanya, i love asking. I ask many things to everyone. I grow up as a critical person. Why? Because i learn not to underestimate any little things! It could shave your hair. Hm?

2. Pay attention
    Memperhatikan secara seksama. Yeah, itu penting sekali. Masih berkaitan dengan pelajaran hidup nomer 1. If you don't know, ask, and if you want to know, pay attention on it. Do not too fast to conclude something, moreover, if it's something new for you. Gue pernah lagi suka-sukanya sama jeans legging, alias jegging. Jadi tiap lagi belanja pakaian, pasti gue kalap nyari jegging yang beda warna sama jegging-jegging yang gue punya. Kenapa gue suka jegging? Yah, soalnya simple aja makenya. Gak ribet nyari ukuran, dipake juga enak, dan pastinya gak usah takut lupa naikin ritsleting kapanpun, karena jegging gak punya ritsleting. Say thanks to jegging! 0:) Lalu, waktu lagi di sebuah toko yang menjual pakaian, yang dalam bahasa inggrisnya nama tokonya adalah Sun, gue pun ngeliat bak tempat berbagai celana yang, ehem, berpalangkan: Diskon 50%! Wihii, sebagai perempuan normal, diskon adalah suatu hal yang menggiurkan. Gue pun bergegas mendatangi bak itu, karena gue liat banyak jegging di dalem. Sambil ngobrak-ngabrik bak itu, nemuin jegging yang pas, adek gue berbisik, "Kak, sebelah lo ibu hamil". "Terus?"tanya gue, acuh gak acuh, sibuk soalnya.
    "Gue rasa ini bukan jegging, tapi celana ibu hamil".
    "Eh serius lo? Eh ngga lah. Ini jegging". Adek gue mutusin untuk menjauh, karena malu katanya. Sementara gue masih aja sibuk ngobrak-ngabrik bak itu. Sampe pada akhirnya, gue memutuskan untuk melihat sekeliling. Hasilnya? Di sekitar gue semuanya adalah ibu-ibu hamil, yang lagi nyari celana hamil diskonan. Di sekeliling gue juga ngeliat, berderetan baju-baju untuk ibu hamil. Gue ngacir. Malu. Sumpah, itu mirip banget sama jegging, tapi modelnya agak norak sih.. Oke, lain kali gue bakal lebih memperhatikan segala sesuatu sebelum bertindak! Why? Because, you don't wanna get pregnant just because the discount, right? Ouch.

3. Chance comes, but most of the time, it only comes once.
    Uh-uh. Kesempatan datang kepada setiap orang, tapi kebanyakan dari kesempatan itu, hanya datang SATU KALI. So, jangan sampai kita sia-siain kesempatan yang ada. Cerita gue kali ini, berdasarkan pengalaman gue waktu baru-baru lulus SMA. Jadi ceritanya, gue berhasil terpilih oleh pihak sekolah untuk mengikuti beasiswa untuk kuliah di Jepang. HAHA. #edisibangga. Testnya simple sebenernya, cuman matematika sama bahasa Inggris. Emang sih, peluang gue buat lolos test beasiswa itu gak banyak, but at least, i got the chance. Well, guess what? I let the opportunity out of my hands. How could? Jadi ceritanya, waktu itu test nya jam 07.30 di Universitas Darma Persada. Berangkatnya bareng 3 orang temen dari sekolah jam 06.30. Tapi alangkah teledornya gue, sekitar pukul 08.30 gue baru bangun! Itu pun bangun karna ditelevonin salah seorang temen gue.
    'Lo dimana cha?'
    'Hah? Baru bangun lah gue', jawab gue dengan mata yang masih setengah melek, nyawa aja belum terkumpul.
    "Hah? Lo gak jadi ikut test beasiswa??'
    'Test? Test apaan sih? Beasiswa yang..." gue nepok jidat. Damn. Gue melewatkan kesempatan. Sayang banget... Peluang gue mungkin cuman 1:200 tapi keberhasilan adalah berasal dari kesempatan. Naasnya, gue tidak secara bijak menanggapi kesempatan itu. So, I'm still here, in Indonesia.

4. Check baby, check!
    Memeriksa secara teliti. Itu adalah hal kecil yang biasa dilewatkan oleh manusia. Padahal ada istilah; karena nila setitk rusak susu sebelangga, kan? Waktu masih SD, rumah gue berjarak gak cukup jauh dari sekolah. Jalan kaki 15 menit juga nyampe. Itulah yang gue pikirkan sewaktu kelas 4 SD, gue menemukan bahwa gue tidak membawa PR dari guru killer, padahal gue udah ngerjain PR itu! Sedih, takut, bercampur jadi satu. Gue minta izin ngambil buku PR gue di rumah. Retified. Dengan buru-buru gue pulang ke rumah, tapi sampe rumah ternyata gak ada orang. Gue yang panik nangis-nangis manggil nyokap, minta bukain pager. Rusuh banget deh pokoknya. Gue pun putus asa, sambil bersimbah air mata dan keringat, gue kembali ke sekolah. And you know what? Waktu nyampe di sekolah, gue duduk lemes, sambil merogoh laci meja gue. Ternyata? Buku PR gue ada di situ. Dalem... Udah capek-capek bolak-balik, ternyata gue gak teliti nyari buku PR gue. Kesia-siaan yang bodoh, bukan?

5. Telling good, teaching good
    As the first child in family, gue sering nyeritain adek-adek gue tentang berbagai macem hal. Salah satunya adalah kebanggaan gue yang waktu kecil rada jahat. Mmh, gue cerita, waktu masih SD gue pernah malak temen satu meja gue. Gue bikin garis batas di tengah-tengah meja, untuk misahin wilayah gue sama temen semeja gue yang polos. Liciknya, batas wilayah gue lebih luas, dan kalau temen gue itu ngelewatin batas wilayah, dia berkewajiban untuk membayar Rp 1000,- Duh! Jahat ya? T.T Setiap hari gue bisa meraup Rp 7000,- dari kepolosan temen gue itu. Padahal temen gue itu cowok loh! Hal ini pernah gue ceritain ke adek gue, si Paul. Dan pada suatu hari, waktu gue cerita ke nyokap kalau gue pernah malak, Paul nyeletuk,
    'Aku gak berhasil kak kayak gitu'.
    'Ha? Gak berhasil apa dek maksutnya?' tanya gue, bingung.
    'Ya jadi waktu itu aku pernah bikin garis batas juga di meja, kalau temen aku kena, dia harus bayar. Tapi dia gakmau bayar'.
    Astaga. Semenjak itu, gue putuskan untuk membagi cerita yang baik-baik aja kepada adek gue. Masa lalu yang kelam dan jahat seperti itu tidak masuk hitungan pastinya. Sebagai manusia, kita menjumpai banyak orang yang lebih muda dari kita, oleh karena itu, patutnya kita bisa menjadi panutan bagi mereka. Yakan yakan!

   Begitulah, 5 pelajaran hidup berdasarkan pengalaman personal gue yang merupakan fakta. Gak mudah memang hidup di dunia. Tapi orang yang mau belajar dari kesalahan, tidak malu mengakui kesalahannya, pasti akan lebih baik dalam melangkah ke depan. Karena, dia sudah tahu, jalan mana yang berlubang dan mesti dihindari. So pasti, dia tidak akan terperangkap untuk kedua kalinya. OK?!
   Yap, jadi sekian tulisan gue. Pegel. Mau tidur. Besok ujian. Wish me luck for tomorrow's Listening final examination! Hope I'll get A again 0:) amen.


by: Esra Masniari Tambunan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar